MAIDEN’S LOVE

MAIDEN’S LOVE

Prolog

"Kapan kamu menikah?"

"Apa sih yang kamu cari? Jabatan sudah punya, harta juga sudah ada..."

"Tinggal kamu sendiri lho yang belum nikah di keluarga besar ini..."

"Kamu tuh jangan suka pilih-pilih..., nanti malah nggak dapat sama sekali!"

*Rea hanya menghela napas panjang setiap kali mendengar pertanyaan yang sama keluar dari keluarga besarnya. Kesepuluh jarinya sibuk memutar ke kiri dan ke kanan gelas kertas ukuran venti berisi Caramel Machiatto Frappucino* sambil menyenderkan tubuh mungilnya di salah satu Coffee Cafe yang cukup terkenal dengan lambang bintang lautnya. Rasanya baru kemarin ia menginjak usia ke tiga puluh satu tahun dan tak menyangka niat silahturahmi dengan menghadiri arisan keluarga besar di Yogyakarta berakhir seperti sidang terbuka menanyakan 'kapan menikah' seolah ia tersangka yang telah berbuat kejahatan besar.

*Sial! Tak adakah pertanyaan lain selain hal tersebut?! *Teriak Rea frustasi dalam hati. Ia sadar bahwa ia lemah akan hal tersebut. Jika dipikir-pikir ia cantik, cerdas, memiliki jabatan prestisius di salah satu Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan sejauh ini ia selalu berusaha menjadi orang yang baik dan bertanggung jawab. Tapi mau bagaimana lagi jika Yang Maha Kuasa belum memberi ridhonya untuk mempertemukan dirinya dengan jodohnya? Ia selalu berusaha membuka hati namun sampai detik ini belum ada satupun dari pria-pria tersebut melangkah maju untuk melamarnya. Yang ada berujung kekecewaan karena mereka mengaku merasa minder dan insecure berdampingan dengan dirinya bahkan overthinking menjelekkan dirinya hanya untuk menutupi ego maskulinnya yang terluka. Terserahlah, ia tidak perduli! Mungkin Yang Maha Kuasa tahu bahwa para pria tersebut bukan yang terbaik untuknya.

Bohong! Sebenarnya ia perduli, sangat perduli akan hal tersebut. Di dalam benaknya ia selalu bertanya kenapa? Kenapa selalu berakhir seperti ini? Apa yang salah dari dirinya sehingga membuat para lelaki tersebut minder dengan dirinya. Padahal ia merasa bahwa ia hanyalah wanita biasa yang hanya dititipi amanat oleh Yang Maha Kuasa memegang jabatan cukup penting di kantornya. Padahal masih banyak wanita lain yang jabatannya lebih tinggi darinya, padahal ia pun hidup dengan sederhana. Mereka saja yang selama ini salah menilai dirinya. Ah, dirinya sudah lelah untuk membela diri jika pada akhirnya selalu disalahpahami.

Tanpa ia sadari air matanya menetes di pipi kemerahan miliknya. Sepertinya pertanyaan itu semakin membuat hatinya kembali terluka setelah sekian lama ia berusaha sembuhkan. Tak mengertikah mereka bahwa urusan jodoh itu hak Sang Pencipta? Ia benci jika harus diingatkan dengan umurnya yang sudah masuk kepala tiga, ia benci jika dikatakan terlalu memilih, ia benci dibilang tidak berusaha sama sekali, ia benci! Rasanya ia ingin berteriak kepada mereka bahwa apa yang mereka pertanyakan dan ucapan itu menyakitinya dan ia ingin mereka berhenti bertanya hal tersebut karena ia pun tak mampu menjawabnya!

"Ya Tuhan, hanya kepada-Mu lah aku memohon pengampunan atas dosa-dosaku…,” Ujar Rea pelan sambil mengusap air matanya yang terus jatuh tak mau berhenti. Hanya emosi itulah yang dapat ia keluarkan saat ini, marah pun percuma karena tidak akan mengubah apapun. Yang ada justru perang dingin menyimpan luka jika dipaksakan mengutarakan isi hati yang sampai dengan saat ini hanya menjadi wacana tanpa realisasi nyata.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!