Farhan, yang melihat Asuna yang masih menangis, segera mendekatinya dan memeluknya lagi dengan erat.
"Kakak, kenapa Ayah memukulmu? Dia tidak boleh memperlakukanmu seperti itu,"ujar Farhan.
"Aku tidak tahu, Farhan. Ayah hanya marah dan tidak bisa mengendalikan dirinya,"jawab Asuna yang masih menangis.
"Tidak apa-apa, Kakak. Aku akan melindungimu. Aku akan menjadi superhero dan melawan semua orang jahat di kota ini,"ujar Farhan, yang menghibur Asuna.
Asuna tersenyum dan mencubit pipi Farhan dengan lembut. Meski hatinya masih sedih, dia merasa lega memiliki adik yang selalu mendukungnya.
"Terima kasih, Farhan. Kamu selalu menjadi kekuatan untukku,"kata Asuna.
"Jangan khawatir, Kakak. Aku akan selalu di sampingmu,"kata Farhan, yang mendukung kakaknya.
Asuna mengusap air matanya, Sekarang kembali tidur, "Farhan. Besok pagi kamu masih harus sekolah,"ujar Asuna yang mengingatkannya.
"Baik, Kakak. Tidur yang nyenyak ya,"jawab Farhan.
Asuna mengantar Farhan ke kamarnya dan kembali ke ruang tamu. Dia duduk di sofa dan menatap ke arah jendela, memikirkan masa depannya dan keluarganya. Hatinya penuh dengan kekhawatiran, tapi dia tidak bisa menyerah pada keadaan. Dia harus mencari cara untuk memperbaiki hidup mereka dan keluar dari kota ini.
Asuna berbisik pada dirinya sendiri, "Aku tidak akan menyerah. Aku akan terus berjuang untuk keluargaku. Dan mungkin, suatu saat, aku akan menemukan jalan keluar dari kota ini,".
Keesokan paginya, Asuna bangun dengan wajah yang masih bengkak akibat pukulan ayahnya semalam. Ia mencoba mengunjungi kamar Farhan.
"Farhan, bagaimana kondisimu," tanya Asuna yang, menghampiri adiknya.
"Aku baik-baik saja, kak, aku sudah bangun ini"jawab adiknya yang duduk di ranjangnya.
"Maaf, kau tidak seharusnya terbangun. Aku dan ayah hanya sedang bertengkar. Tapi jangan khawatir, semuanya baik-baik saja sekarang," ujar Asuna.
"Baiklah, kak. Aku percaya kamu." kata Farhan.
Asuna tersenyum dan mengelus kepala adiknya. Dia merasa bersalah karena adiknya terganggu karena pertengkaran semalam. Namun, Asuna berjanji dalam hatinya bahwa dia akan melakukan segalanya untuk melindungi adiknya dari situasi yang tidak menyenangkan seperti itu.
Setelah bersiap-siap, Asuna bersiap-siap pergi ke sekolah dengan adiknya. Di tengah perjalanan, dia bertemu dengan teman baiknya, Rina. Rina mencoba memperhatikan wajah Asuna yang agak bengkak, tapi Asuna menolak untuk membicarakan apa yang terjadi semalam.
"Asuna, kau terlihat aneh. Apa yang terjadi padamu?"tanya Rina yang penasaran.
"Oh, tidak apa-apa. Aku hanya sedikit terlambat bangun pagi ini."jawab Asuna, yang menutupi pipinya dengan tangan
"Aku tidak yakin. Apakah ada yang salah? Kau bisa bercerita padaku," ujarnya yang masih memerhatikan wajah Asuna.
Asuna menggelengkan kepala, "Tidak, aku baik-baik saja. Terima kasih, Rina."
Rina merasa sedikit kecewa, tapi ia mengerti bahwa Asuna mungkin tidak ingin membicarakan masalah keluarganya. Mereka berjalan ke sekolah bersama, dan Asuna mencoba melupakan kejadian semalam dan memikirkan hal-hal yang lebih positif.
Di sekolah, Asuna berusaha fokus pada pelajaran dan mencoba untuk tidak memikirkan masalah keluarganya. Namun, kepala Asuna masih terasa berat akibat perdebatan semalam dengan ayahnya. Setelah berlalu beberapa jam, Asuna merasa lega karena selesai dengan semua pelajarannya. Dia dan Rina kemudian berjalan pulang bersama-sama, seperti biasa.
Namun, ketika mereka tiba di dekat rumah Asuna, mereka melihat dua orang pria yang mencurigakan sedang mengawasi rumahnya. Asuna merasa khawatir dan memutuskan untuk mempercepat langkahnya menuju rumah. Namun, kedua pria itu langsung mendekatinya dan meraih lengan Asuna.
"Hey, ke mana kau akan pergi, manis?"ujar Pria 1
"Kau terlihat cantik,"kata pria yang kedua dengan senyum cabulnya.
Asuna merasa panik dan ketakutan saat dua orang pria itu meraih lengannya. Dia mencoba melepaskan diri, tapi mereka terlalu kuat. Rina yang juga khawatir, mencoba membantu dan berteriak meminta tolong.
"Tolong! Ada orang-orang aneh di sini!"teriak Rina meminta tolong.
Tapi sayangnya, tidak ada orang yang mendengar teriakan mereka karena rumah-rumah di sekitar mereka kosong. Asuna dan Rina merasa sangat terancam, namun Asuna mencoba tetap tenang dan memikirkan cara untuk melepaskan diri.
"Tolong, lepaskan aku! Aku akan memberi kalian uang, apapun yang kalian inginkan!" ujarnya, dengan harapan Meraka berhenti.
"Uang? Kami tidak ingin uangmu, manis. Kami ingin tubuhmu," ucap pria pertama.
"Ya, kau sangat cantik. Kami akan memberi uang jika kau mau mengikuti kami,"ujar pria kedua.
Asuna merasa sangat takut dan terancam. Dia tidak tahu harus berbuat apa, tapi ia tiba-tiba mendapat ide untuk berpura-pura memanggil Ayahnya
"Tolong, lepaskan aku! Aku akan memanggil ayahku!" teriak Asuna. Yang mencoba mengancam mereka.
"Ayahmu? Apa yang bisa ayahmu lakukan?"ujar pria pertama dengan nada yang meremehkan ancaman Asuna.
"Dia adalah seorang polisi!"Ucap Asuna dengan nada tinggi.
Ketika mendengar itu, pria-pria itu melepaskan Asuna dan melarikan diri. Asuna dan Rina merasa sangat terkejut dan lega karena berhasil melepaskan diri dari orang-orang yang mencurigakan itu. Saat itu Asuna hanya menakuti Orang orang aneh tadi dengan mengatakan Ayahnya seorang Polisi, padahal ayahnya hanya seorang pekerja kantoran yang selalu mabuk, Mereka berlari menuju rumah Asuna dan.
Dia dan Rina kemudian mengunci pintu dan menunggu keadaan membaik, Meskipun masih merasa takut dan terancam, Asuna merasa lega bahwa dia dan Rina dalam keadaan aman
Sorenya Rina pulang dari rumah Asuna, dan malam hari Ayahnya masih seperti biasa namun kini Asuna menghindari percakapan dengan Ayahnya, dan tidak memperdulikan ayahnya begitu pula dengan Ayahnya seperti tidak peduli dengan keadaan Asuna yang wajahnya memar akibat pertengkaran semalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments