Pria itu memandangi cairan emas dalam minuman mahal nya. Entah mengapa rasanya begitu tawar. Sama seperti halnya teman kencan nya malam ini. Ia tidak berselera sama sekali. Jangankan untuk sekedar memeluknya, memandang wajahnya pun ia begitu enggan.
Tidak beda jauh dengan ketidak mampuannya menghargai kemolekan perempuan yang sedang bersamanya. Berbalut gaun berpotongan seksi yang khusus diciptakan untuk merangsang lelaki. Wanita itu duduk di sudut sofa seraya tersenyum menggoda.
“Kenapa diam saja, sayang? Masih terpengaruh pertunjukan tadi?”
Mereka baru kembali dari Cinema XYZ, setelah menghadiri sebuah premiere film sejarah dokumenter yang hanya dihadiri oleh kalangan atas dan terbatas saja.
Si pria menanggapinya dengan tatapan sengit. Pria itu ragu jika teman kencan nya itu memahami pesan yang terselubung dari sebuah cerita sejarah yang menyimpan begitu banyak rahasia pelik. Kalaupun ada pengaruhnya, paling-paling hanya menghilangkan suasana pesta yang menyelimuti mereka. Ketika beranjak dari ruang makan, tempat santap malam disajikan sebelum pertunjukan, seperti undangan lainnya yang semua tokoh terkemuka di Jayakarta, ia diliputi suasana gembira. Jadi, pantas kalau teman kencannya heran melihatnya murung sekarang.
“Mungkin.”
Si teman kencan nya beringsut mendekati si pria dengan tidak sabar. Kendati demikian, perempuan itu sadar benar bagaimana menggunakan kesempatan itu untuk membiarkan belahan gaun nya tersingkap, memperliihatkan bentuk pahanya yang putih, langsing, dan mulus. “Aku sih tidak terlalu memikirkan hal itu. Jujur, cuma akan mendatangkan depresi saja.” Dia sengaja merajuk untuk memikat perhatian si pria.
Sayangnya, pria itu mengacuhkan nya dengan menaruh gelas minumannya di atas meja kaca dan bangkit berdiri. Hanya kesopanan yang tertanam dan diperolehnya sedari kecil yang mencegahnya untuk tidak menunjukkan rasa jijik nya pada pemikiran dan perasaan perempuan itu. Ia melangkah menyeberangi ruangan, lalu berdiri memandang kelap-kelip lampu kota di luar sana.
Tangannya dimasukkan ke dalam saku pantalon nya. Ia merasa kesal pada dirinya sendiri. Ada apa sebenarnya dengan dirinya ini? Mengapa suasana hatinya jadi kelabu seperti ini? Mengapa ia merasa tidak puas dengan segala hal, termasuk dengan kehidupannya, dan dirinya sendiri?
Padahal ia tidak punya masalah. Siapa pun di luar sana mengenalnya dan bagaimana kehidupannya. Uangnya bisa dikatakan tidak berseri, juga pakaian, mobil, apalagi wanita. Teman kencan nya malam ini terkenal bertubuh aduhai dengan prestasi bukan main. Sayang sekali, ia tidak menginginkan perempuan itu, seperti juga ia sedang bosan dan tak lagi ingin minuman mahal yang disuguhkan di jamuan makan malam tadi.
Ia benar-benar bosan dengan semua itu, kehidupan glamor, dan kaum borjuis. Terutama, melihat sikap sok teman-temannya. Sikap munafik dan ke pura-puraan mereka lah yang membuatnya semakin muak bergaul dengan kaum konglomerat, dimana ia harus turut serta dalam drama yang mereka buat, seolah ia memang menginginkannya dan menikmatinya.
“Ada apa sebenarnya denganmu, Langit?”
Gaun sutra si teman wanitanya berdesir di hamparan karpet mahal itu dengan lembut untuk menghampiri Langit. Tiba-tiba saja lengan si wanita telah melingkar manja di pinggang si pria, dan tangan si wanita mencari jalan untuk dapat masuk ke balik tuksedo yang dikenakan si pria. Si wanita membiarkan telapak tangannya menempel datar di dada pria itu. Kemudian, jari tangannya mulai membelai dan menggosok-gosok dada dengan sangat provokatif. Perempuan itu tahu apa yang harus dilakukannya. Ibu jarinya mempunyai kepekaan seperti radar, karena dalam waktu sebentar saja ia sudah menemukan ****** pria itu, mengusap-usapnya hingga bereaksi.
Si wanita benar-benar telah teruji dan lulus ujian. Terlihat dari tubuh indah nya yang dirawat oleh berbagai macam skincare, juga rutin konsultasi ke dokter kecantikan, melakukan berbagai macam treatment. Tubuhnya selalu bersih dari bulu-bulu yang tidak diinginkan. Selalu harum dan dijaga bentuknya. Bersenang-senang dan menghabiskan uang sugar daddy. Menjalani hidup mewah dengan jalur cepat, dan mendapatkan kekasih sebanyak-banyaknya hingga nanti memutuskan untuk mengikat diri dengan pernikahan “baik-baik.”
“Serahkan padaku. Aku yakin pasti bisa membuatmu merasa gembira lagi.” Desah perempuan itu sambil mendekatkan tubuhnya ke punggung si pria. Sedikit berjinjit, ia sengaja menghembuskan napasnya di dekat telinga si pria. Tangannya turun merayapi permukaan kemeja pria itu, mencari kancing kait pantalon nya.
Biasanya tangan perempuan itu bisa membangkitkan gairah nya dalam beberapa detik. Tetapi tidak malam ini. Justru perbuatan teman kencan nya itu membuat si pria semakin jengkel. Dengan gerakan kasar dan tiba-tiba ia membalikkan badannya menghadapi perempuan itu. Dicengkeramnya bahu si wanita kuat-kuat dan didorong nya mundur. “Maaf,” ucapnya buru-buru membuat terkejut si wanita. Ia cepat-cepat melepaskan cengkeram nya dan berusaha tersenyum sopan. “Sepertinya aku sedang tidak mood malam ini.”
Perempuan itu tampak tersinggung. Dia menggerakkan kepalanya hingga rambutnya yang lebat dan panjang ikut bergoyang mengikuti putaran kepalanya. Rambut yang selalu tersentuh perawatan rambut ahli dengan bayaran mahal itu ter-sibak ke belakang. “Oh, kau sudah berubah sekarang?”
Si pria hanya tertawa pendek. “Bisa jadi.”
“Biasanya kau tidak mengingat namaku. Kita hanya saling melepaskan pakaian masing-masing dan bercinta. Lalu, kau akan bilang terima kasih, dan pergi begitu saja. Lantas, apa yang membuat berbeda malam ini?”
“Mungkin aku lelah dan sedang banyak pikiran.” Perlahan-lahan si pria berjalan ke pintu depan. Ia tidak ingin dianggap sedang melarikan diri. Namun saat ini, itulah yang dibutuhkannya.
Begitu tahu apa yang akan dilakukan si pria, perempuan itu langsung meraih tangan pria itu. Bagaimanapun juga, Langit Bramastya adalah tangkapan yang menguntungkan dalam segala hal. Bahkan, bagi perempuan seperti dirinya yang terkenal dengan selera nya yang tinggi, pemilih, dan selalu menjaga harga dirinya, rela merendahkan dirinya, menjual harga dirinya hanya demi Langit.
“Ayo lah, jangan begitu. Aku bisa membuatmu melupakan apapun dan siapapun juga. Aku janji.” Sergah perempuan itu masih berusaha merayu dengan sengaja menggigit bibir bawahnya yang basah mengilat oleh sapuan lip gloss. Layaknya ular yang tengah bergelut dengan mangsanya, perempuan itu melingkar kan lengannya di leher si pria dan menarik kepala pria itu untuk menciumnya. Tubuhnya sengaja mengundang, lidahnya lenyap diantara bibir pria itu yang mengatup.
Kembali si pria tidak merasakan apapun. Yang ada hanya rasa jijik, terganggu, dan tidak puas. Ia meraih lengan si wanita dan menurunkan nya dari lehernya, lalu berkata, “Maafkan aku. Jangan malam ini.” Jawabnya sambil menyeringai.
“Jika kau memaksa pergi dan meninggalkan aku di sini, maka jangan harap bisa datang dan menemuiku lagi.” Si wanita nampak tidak bisa menerima sebuah penolakan. “Dasar bajingan. Kau pikir kau siapa?”
Sesampainya di pintu, si pria sempat menoleh dan melihat teman kencan nya itu. Si wanita berkacak pinggang, dadanya naik-turun, matanya melotot, dan dia terlihat sangat marah. Setidaknya, kemarahannya itu spontan. Tidak direncanakan atau pun sengaja dipersiapkan. Untuk pertama kalinya si wanita menunjukkan dirinya yang asli. Dan di mata si pria, itu kali pertama si wanita terlihat cantik, karena telah menunjukkan sifat aslinya. Meski begitu, ia tetap tidak menginginkan perempuan itu.
“Selamat malam.” Ucapnya dengan suara lembut sambil membuka pintu.
“Pergi saja kau ke neraka, brengsek!” umpat si wanita saat pria itu menutup pintu di belakangnya tanpa menoleh sedikitpun.
“Siapa tahu suasana di sana justru lebih menyenangkan.” Gumam pria itu kering sambil melangkahkan kakinya berlalu dari tempat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Naraaulia
langit. penasaran
2023-04-12
0
Kariangau
langit...dan bumi .hihihihi
2023-04-12
0
Ria Santika
Siapa nih Langit? Apakah ini si pangeran timur ya?6
2023-04-10
0