Sebulan berlalu.
Suasana pagi masih sepi, hanya para pelayan yang mulai mengerjakan pekerjaannya.Putri membantu bibi memasak di dapur. Bibi sudah melarangnya, tapi Putri tetap melakukannya. Pagi ini ia ingin memasak. Setelah selesai memasak, Putri juga membantu menata semua makanan di atas meja.
"Benar, mas Radit mau bekerja?" tanya Putri terkejut melihat Raditya sudah rapi dengan pakaian kantornya. Raditya sudah benar-benar sehat.
"Hemmm... " Raditya hanya berdehem, sambil menikmati sarapannya. Tentunya setelah Putri menyiapkan piring yang sudah berisi makanan. Raditya sudah terbiasa dengan keberadaan Putri yang selalu menyiapkan kebutuhannnya, sudah seprti seorang istri saja.
"Terima kasih, selalu memberiku semangat," ucap Raditya setelah selesai sarapan. Ia merasa hidup kembali setelah ada wanita itu. Ada saja hal konyol yang wanita itu lakukan untuk menarik perhatiannya, kadang membuat Raditya sampai geleng-geleng kepala.
Raditya sudah dinyatakan sembuh oleh dokter. Orang tuanya sangat berterimakasih pada Putri bahkan mereka menganggap Putri seperti anak kandunganya sendiri. Hanya saja pertemuan mereka hanya sebentar, karena alasan pekerjaan mereka tidak bisa terlalu lama di Jakarta, mungkin setelah nanti Raditya siap kembali ke perusahan yang di luar kota mereka akan lebih santai.
"Mas Radit pantas untuk bahagia dan juga itu adalah pekerjaanku. Sepertinya aku harus mencari pekerjaan lain," ucap Putri berpura-pura sedih di akhir kalimat.
"Kau akan pergi?"
"Tentu saja, tidak mungkin aku menjadi perawat mas Radit selamanya, mas Radit harus melanjutkan hidup, menikah dan punya anak. Putri pun sama, masak iya Putri jadi pengangguran, meskipun punya banyak uang," ucap Putri sembari terkekeh kecil.
"Kau akan pindah ke apartemen?" tanya Raditya yang sudah tahu kalau sang kakek akan memberikan apartemen pada Putri jika dirinya sembuh, tentunya selain uang 1 M.
"Ya, bersama sahabatku, kami akan tinggal bersama sampai salah satu diantara kami menikah." Raditya merespon dengan anggukan kepala.
"Bersiaplah ikut denganku ke kantor."
"Ikut ke kantor?"
"Ya." Membuat Putri lemas seketika, apa yang bisa dilakukannya di kantor, tidak mungkin kan dia membantu OB disana.
"Aku dirumah saja," jawab Putri tak semangat.
Raditya tetap memaksanya, akhirnya Putri setuju. Mereka berangkat ke kantor bersama. Putri mengekor dibelakang Raditya setelah mereka masuk ke dalam gedung yang menjulang tinggi itu. Untuk sementara dia akan bekerja di perusahaan yang di pimpin pamannya sebelum kembali ke perusahaan yang sebelumnya ia pimpin, yang saat ini masih dipegang ayahnya.
"Mas, Putri malu, banyak yang lihatin, " ucap Putri setelah mereka masuk ke dalam ruangan.
"Biasanya malu-maluin," sindir Raditya sembari tersenyum.
"Ck... "
"Aku akan menemui paman, tunggulah disini." Putri mengangguk. Paman yang dimaksud Raditya pastilah Hardian. Dia sudah lama tidak bertemu Hardian, terakhir waktu sarapan.
Waktu berlalu, sudah satu jam Raditya tak kunjung kembali. Hingga Putri lelah menunggu. Tak lama pintu terbuka, Putri bangkit dari duduknya.
"Mas, lama sekali, aku... " Putri menghentiian ucapannya ketika yang masuk bukan Raditya melainkan Hardian. Putri menampakkan senyum pepsodentnya. Senyum yang paling manis, tapi senyumnya jadi kering ketika tidak mendapat balasan dari laki-laki yang berdiri menatapnya.
Tatapan yang lama-lama seperti mengintimidasi. Membuat Putri merinding.
"Hi... paman," sapa Putri kemudian. Hardian masih diam menatapnya tanpa membalas sapaan Putri.
Merasa aneh, akhirnya Putri kembal duduk.
Ada apa dengannya, tatapannya seperti pertama kali kita bertemu. Bukankah hubungan kami sudah semakin membaik. Dia juga tidak pernah menghinaku lagi.
Putri sedikit melirik ke arah pria itu yang masih menatapnya.
Lama-lama paman ini membuatku kesal. Tapi aku harus bagaimana? Mencolok kedua matanya?
"Kapan kau akan pergi?" tanya Hardian setelah puas menatap Putri.
Putri menghembuskan napasnya lalu menatap Hardian. Sepertinya dia salah menilai hubungan mereka.
"Segera," jawab Putri singkat. Dia tahu kemana arah pembicaraan laki-laki itu. Benar-benar minta dicolok nih paman tampan batin Putri.
"Kau akan kembali bekerja menjadi wanita penggoda?" tanya Hardian tanpa di filter lebih dahulu. Putri tak menjawab, terlalu malas untuk berdebat.
"Kenapa? Bukankah itu keahlianmu? Kau sungguh hebat membuat mereka semua percaya kalau kita punya hubungan. Apa kau sudah terbiasa? Ups.. aku sampai lupa kau bekerja dimana, tentu saja itu sudah menjadi kebiasaan," ucap Hardian panjang untuk pertama kalinya.
Tumben bicaranya panjang sekali.
"Sepertinya paman mulai hobby menghinaku. Apa aku membuat kesalahan? Aku pikir hubungan kita sudah lebih baik. Dan perlu diingatkan, wanita penggoda ini sudah membantu Paman agar tidak kehilangan muka di depan teman paman."
Putri tersenyum remeh. "Tampan tapi jomblo, aku heran apa yang membuat Paman tidak punya kekasih, tidak mungkin kan paman tidak laku."
"Atau mungkin mereka kabur karena takut dengan wajah dingin paman ini." Putri melangkah mendekati pria itu.
Cup
Tanpa aba-aba Hardian mencium bibir wanita itu sekilas. Putri terdiam ditempatnya, masih belum sadar dengan apa yang terjadi. Serangan mendadak itu membuatnya terpaku. Sedetik kemudian kesadarannya kembali, Hardian telah menciumnya.
"Paman, kenapa menciumku?" Putri malah bertanya. Karena terkejut Putri sampai lupa menampar laki-laki itu.
"Kau terlalu lancang." Hardian pergi setelah mengucapkan itu.
"Rasanya aku ingin menamparnya, tapi kenapa aku hanya diam saja? Ini ciuman pertamaku dan paman yang menciumku. Akhhh.... " teriak Putri.
Putri keluar dari ruangan Raditya, tanpa berpamitan pada laki-laki itu. Entah kemana perginya laki-laki itu.
*
*
Pov Hardian.
"Paman, aku akan kembali bekerja."
Raditya menemuiku satu jam yang lalu. Aku tahu dia bersama Putri. Tiba-tiba muncul ide gila yang tak pernah aku lakukan sebelumnya. Aku membuat keponakanku sendiri sibuk di luar, setelah itu aku pergi menemui wanita itu. Wanita yang hampir sebulan ini mengganggu pikiranku.
Aku membencinya tapi ada rasa yang kuat untuk menemuinya, tidak mungkin aku merindukannya. Dia bukan typeku, gadis nakal dan suka menggoda pria. Entah aku pria ke berapa untuknya.
Saat aku membuka pintu, dia kira aku Raditya, entah kenapa itu membuatku tak suka. Dia tersenyum padaku, membuat jantungku berdebar. Tapi entah kenapa yang keluar dari mulutku bukan kata-kata manis, malah kata-kata hinaan yang pasti membuatnya tersinggung. Aku membuatnya kesal sampai akhirnya aku mencium bibir itu. Bibir yang ingin ku cicipi lagi.
Pov end.
"Janda, oh no." Hardian mengusap wajahnya kasar. "Oh yes."
"Apa aku menyukai seorang janda, wanita yang sudah disentuh pria lain, entah berapa pria yang sudah menyentuhnya." Hardian jadi frustasi membayangkan banyak pria yang menyentuh wanita itu.
Dia ingin menolak wanita itu, tapi hatinya berkata lain. Hardian memejamkan kedua matanya sejenak lalu membukanya kembali.
Deg
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
putri kutukanmu sdh berhasil ke Paman sdh tergila gila pada janda dan itu jatuh padamu janda oh no oh yes lg berusaha kejar km kan putri jg janda sdh berhadil cium bibirmu Paman🤣🤣🤣🤣ciuman pertama mu di ambil Paman
2024-02-18
0
Sandisalbiah
toh.. kutukan Putri jadi kenyataan kan.. paman akan tegila² pd janda..
"janda oh no.. oh yes "
kejar tuh janda... 🙄🙄
2023-12-14
2
ɴᴏʟ
makanya jgn jutek²
gk nyadar kn udh jatuh cinta
2023-09-13
0