Setelah perbincangan mereka waktu itu. Ratna yang mengurus pengunduran diri Putri karena Putri tidak berani datang kagi ke hotel dan hari itu juga Putri tinggal dirumah kakek.
"Jadi kau akan tinggal disini?" tanya kakek.
"Ya kek, Putri ingin fokus ke mas Radit, baru nanti cari pekerjaan lain."
Kakek senang mendengarnya, itu artinya Putri akan merawat Radit setidaknya hampir 24 jam dikurangi istirahat tentunya.
Radit mulai menunjukkan kesembuhannya setelah bersama Putri.
"Tentu, kakek akan menerimamu dengan tangan terbuka."
"Terima kasih, Kek." Maaf tidak bisa memberitahumu alasan sebenarnya lanjut Putri dalam hati.
*
*
"Kenapa kau menerima tawaran kakek untuk merawatku?" tanya Radit. saat ini mereka berada di taman samping rumah. Temoat yang akhir-akhir ini menjadi tempat favorit mereka.
Radit sudah mulai sembuh, hanya saja dia belum melaksanakan aktivitas seperti dulu. Mungkin butuh waktu untuk kembali hidup normal seperti dulu.
"Awalnya aku menolak mas, aku kira kakek mau membeliku untuk menghangatkan ranjangnya. Tapi ternyata kakek ingin aku merawat cucunya yang awalnya aku kira anak kecil. Aku terkejut karena yang harus aku rawat adalah pria dewasa. Apa mas tahu berapa uang yang kakek keluarkan untukku?"
"1M dan 1 unit apartemen jika mas Radit sembuh. Kakek sangat baik dan mas Radit adalah sumber penghasilanku yang baru." Putri menjawab sendiri pertanyaannya.
"Jadi kau melakukannya karena uang?"
"Ya." jawab Putri sembari mengangguk pasti.
Mendengar jawaban Putri membuat Radit bingung harus merespon bagaimana, bukankah seharusnya Putri berpura-pura tidak suka uang meskipun sebenarnya sangat suka.
Putri malah menunjukkan sifat materialistisnya.
"Berarti kau tidak tulus merawatku?"
Putri menautkan kedua alisnya. Mencerna maksud pertanyaan pria yang berstatus duda itu.
"Mas mau bilang Putri matre?" tanya Putri menatap tajam pada kedua bola mata Radit.
"Bukankah itu benar?"
"Tentu saja salah. Putri selalu tulus dalam bekerja." jawab Putri tidak terima dengan tuduhan pria itu. "Putri bekerja dan dapat uang bukan hasil menjerat pria hidung belang."
"Asal mas tahu ya, banyak pria hidung belang yang menawari aku uang, tapi aku tidak mau menjual diri mas. Kerja di hotel tidak mudah, kita harus punya muka tebal," jelas Putri panjang lebar.
"Tapi itu kenyataan kau melakukannya hanya kerena uang semata. Apalagi uang yang akan kau dapatkan jumlahnya sangat fantastis."
"Jadi maksud mas Radit, gajiku tidak sesuai dengan pekerjaan yang aku jalani?"
"Hemmm.... jasa perawat tidak semahal itu."
"Kalau begitu salahkan saja kakek, dia yang menawariku 1M, aku tidak meminta."
Radit terdian mendengar ucpan Putri. Sebenarnya dia juga bingung dengan pikirannya sendiri tentang Putri. Entahlah apa maksud Radit sebenarnya, karena apa yang dikatakannya tidak jelas, apa yang sebenarnya ingin diketahuinya.
"Aku..."
"Sudahlah mas, yang pasti mas Radit adalah sumber rezekyku. Makanya mas Radit cepat sembuh supaya 1 M segera mendarat dengan selamat di rekening ku."
Wanita ini sebenarnya matre apa bukan ya. Lalu apa sebenarnya yang ingin aku ketahui. Wanita ini sudah jujur dan tidak berusaha untuk menutupi kejelekannya.
Seorang pria sedari tadi memperhatikan keduanya dari atas balkon. Mereka berdua tidak bisa melihat pria itu karena posisi keduanya yang membelakangi.
"Apa yang mereka bicarakan?" tanya Hardian pada dirinya sendiri. Melihat keseriusan keponakan dan perawatnya itu.
"Sudahlah jangan dipikirkan, nanti mas Radit stress lagi."
Sudah seminggu Putri tinggal dirumah kakek dan setiap hari ia selalu bertemu Hardian.
*
*
"Tumben kau selalu ada dirumah?" tanya kakek pada putra bungsunya saat mereka semua berada di ruang keluarga. Sesuatu yang sebelumnya tidak bisa Hardian lakukan lagi yaitu berkumpul bersama keluarga.
Apalagi selama ini Hardian selalu pulang seminggu sekali, kadang dua minggu, bahkan pernah satu bulan lebih Hardian tidak pulang. Tapi beberapa hari terakhir Hardian lebih sering terlihat dirumah itu.
"Hanya ingin saja," jawab Hardian santai. Ingin melihat wanita itu lebih sering. Lain dihati lain dimulut. Pikiran Hardian semakin terkena virus wanita itu. Hardian memejamkan kedua matanya ketika bayangan wanita itu berputar dikepalanya.
*
*
Malam hari.
Hardian cukup lama memandang pintu rahasia yang ada dikamarnya. Ada dorongan untuk membuka pintu itu. Tepat jam 12 malam, ia membuka pintu itu. Pintu yang menjadi penghubung dua kamar dan satunya adalah kamar Putri.
Perlahan namun pasti Hardian melangkahkan kakinya mendekat ke arah ranjang.
Hanya lampu tidur yang hidup, meskipun kurang pencahayaan, tapi Hardian bisa melihat wanita yang terbaring di atas ranjang. Hanya terdengar langkah kakinya sendiri dan deru napas wanita itu, yang semakin lama terdengar semakin keras.
Hardian mendekatkan wajahnya melihat wanita itu yang sepertinya sedang bermimpi buruk.
"Jangan.... jangan.... berhenti..... berhenti.... " racau Putri yang sedang tertidur. Keringat dingin membanjiri keningnya.
"Pergi!" teriak Putri yang langsung membuka kedua matanya. Putri duduk dengan napas yang masih memburu, lalu mengambil air diatas nakas , diletakkannya kembali gelas itu setelah menguknya habis.
Untung saja Hardian memundurkan tubuhnya terlebih dahulu lalu bersembunyi. Putri tak bisa melihatnya.
"Tuhan, aku mimpi buruk lagi." Putri membaringkan tubuhnya kembali setelah merasa sedikit tenang untuk melanjutkan tidurnya.
Tak lama iapun tidur kembali. Hardian masih terdiam disana berusaha untuk mengatur napasnya agar tidak terdengar oleh wanita yang berbaring di atas ranjang.
Dia mimpi buruk. Apa dia memiliki trauma? Apa yang membuatnya trauma? Apa ada sesuatu yang aku lewatkan tentangnya. Ucap Hardian dalam hati.
Hardian keluar dari tempat persembunyiannya lalu menatap wanita itu kembali sebelum kembali ke kamarnya.
Pagi hari.
Dengan wajah segar dan ceria Putri keluar dari kamarnya untuk memulai tugasnya sebagai perawat Hardian. Saat keluar kamar ia bertemu Hardian yang juga keluar dari dalam kamar.
"Selamat pagi, paman." Putri menyapa Hardian ramah sejak laki-laki itu menolongnya. Hardian hanya diam sembari menatap Putri, tidak ada niatan untuk menjawab sapaan Putri.
Semalam gadis nakal ini terlihat ketakutan, sekarang begitu ceria. Apa dia berpura-pura?
Putri meninggalkan Hardian, melanjutkan langkahnya menuju kamar Raditya.
Tak lama Hardian melewati kamar Raditya, lalu berhenti sejenak. Suara Putri terdengar jelas di telinganya karena pintu kamar yang sedikit terbuka.
"Dasar gadis bodoh," umpat Hardian. Tapi di detik berikutnya terlihat kedua bibirnya sedikit terangkat ke atas membentuk sebuah senyuman kecil.
"Kapan kau akan membawa wanitamu?" tanya Ayah Malik setelah Hardian sampai di meja makan.
Hardian mengabaikan pertanyaan sang ayah yang selalu itu saja.
"Haruskah ayah yang mencarikan wanita untukmu?" tanya ayah Malik lagi, yang juga tidak mendapat jawaban dari Hardian.
Padahal Hardian hanya tinggal menunjuk wanita seperti apa yang dia inginkan. Banyak wanita yang mengantri untuk dijadikan istri olehnya.
"Baiklah, Ayah yang akan mencarikan wanita untukmu."
"Jawablah, lama-lama kau membuat ayah stress."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
🤦🤦Paman jujur saja pada Ayah Paman kl hati sdh tertarik nama Putri y térukir disana jangan menghindari perasaannya
2024-02-18
0
Sandisalbiah
Hadeh.. hati paman itu udah di stempel nama dan wajah Putri.. cuma paman aja yg mangkir dr perasaannya..
2023-12-14
1
Bzaa
enggak ponakan enggak paman, dua2ny bikin stress si kakek😃
2023-11-17
0