Sesekali Hardian melirik wanita yang berada disampingnya sambil fokus menyetir. Hal yang tak pernah Hardian lakukan pada wanita termasuk kekasihnya. Peduli. Itu sama sekali bukan gayanya. Tapi gadis nakal itu mampu membuatnya simpati. Menarik perhatiannya tanpa pria itu sadari.
Mereka sampai di apartemen. Hardian menunjukkan kamar yang akan ditempati Putri. Wanita itu langsung masuk ke dalam kamar, lalu membersihkan diri, dengan hanya menggunakan handuk kimono dia kelaur dari kamar mandi. Mencari pakaian ganti di dalam lemari, dia hanya menemukan kaos berwarna biru dengan ukuran besar. Ia lalu mengenakannya tentunya dengan pakaian dalam sebelumnya.
"Aku harus bisa," gumamnya pelan setelah duduk di atas ranjang. Berusaha untuk menyemangati dirinya sendiri dengan apa yang terjadi hari ini. Karena ia tidak punya siapapun di kota ini selain Ratna. Tidak ada waktu untuk bermanja.
Ia teringat akan kejadian yang telah lalu. Pak Kades yang terkenal baik hati memanggilnya mendekati gubuk ketika dia mengantar makanan untuk ayahnya di sawah.
Curiga, tentu saja tidak. Pak Kades adalah laki-laki yang menjadi panutan, orang yang paling dihormati orang sekampung. Tapi siapa sangka pak kades yang terkenal baik itu melecehkannya, pak kades hampir saja memperkosanya. Untung saja ada orang yang mendengar teriakannya. Kedatangan orang-orang, bagaikan cahaya terang baginya. Namun cahaya itu terasa redup ketika pak kades bisa membalikkan keadaan. Padahal mereka dapat melihat dengan jelas, kondisinya yang berantakan , pakaian kusut dan sedikit robek.
Tapi, siapalah Putri. Mereka lebih mempercayai perkataan pak kades busuk itu.
"Sepertinya aku harus berhenti kerja, aku belum siap bertemu pak tua itu," gumam Putri setelah cukup tenang.
"Mungkin tinggal dirumah kakek untuk sementara akan lebih baik."
Setelah cukup lama berbincang dengan pikirannya sendiri. Putri merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur itu, tak lama wanita itu pun terlelap dan terbang ke alam mimpi.
*
*
Pagi hari.
Hardian yang keluar dari dalam kamar disuguhkan dengan aroma masakan yang sangat menggoyang lidah. Ia mengayunkan langkah kakinya menuju asal aroma tersebut. Terlihat Putri sedang mondar mandir di dapur sambil menggoreng.
Pemandangan yang terlihat seksi dimata Hardian. Hardian menatap wanita itu tanpa kedip.
Memperhatikan gerakan lincah wanita itu dan juga baju miliknya yang kebesaran ditubuh wanita itu dengan bagian bawah mulus yang terekspos sempurna, karena gerakan wanita itu membuat baju yang sudah pendek itu naik turun.
Hardian mendekati wanita itu lalu melingkarkan kedua tangannya memeluk erat tubuh wanita itu sambil menghirup aroma maskaan yang dimasak wanita itu. Diciumnya gemas pipi wanita itu membuat waita itu tertawa cekikikan. Hardian membalik tubuh wanita itu lalu tangan satunya mematikan kompor. Ia mendekatkan wajahnya semakin dekat dengan bibir wanita itu.
Hardian menggelengkan kepalanya ketika pikiran kotor berani masuk kepikirannya. Hardian melangkah pergi darisana.
Gadis nakal itu membuat pikiranku kotor. Dan aku lupa satu hal dia bukan gadis tapi wanita berstatus janda.
Hardian kembali masuk kedalam kamarnya untuk menetralkan detak jantungnya yang berdebar kencang. Setelah menutup pintu Hardian memegang dadanya.
"Tidak... Bukan wanita itu yang harus membuat jantungku berdebar." Tolak hardian pada hatinya. Meskipun dia jarang terlihat dengan wanita hanya mantan kekasihnya. Bukan berarti ia tidak tahu apa-apa tentang perasaan.
Dulu ia pernah merasakan perasan itu pada gurunya sendiri. Tapi dia hanya diam tidak melakukan apapun. Pada mantan kekasihnya pun dia tidak pernah berdebar seperti ini. Dia hanya merasa nyaman dengan keberadaan wanita itu, yang selalu mengerti dirinya dan selalu ada untuknya. Mantan kekasihnya pun tidak pernah menuntut apapun. Meskipun begitu ia selalu memberikan fasilitas terbaik untuk mantan kekasihnya itu.
"No... No janda." Hardian masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Kemudain keluar kembali dengan pakaian kantor yang sudah rapi.
Putri menunggu Hardian di meja makan, Dia juga sudah berganti pakaian dengan seragam kerjanya.
Senyum terbaik ia suguhkan untuk menyambut pria tampan yang berjalan ke arahnya. Hardian berjalan dengan wajah dinginnya, tapi dengan hati yang bergemuruh.
"Silahkan duduk, Paman!" Putri menarik kursi untuk pria tampan itu. Hardian menatapnya tajam, panggilan paman merusak pendengarannya.
Hardian tidak suka dipanggil paman, maunya dipanggil sayang aja. Hardian memejamkan kedua matanya ketika pikiran aneh itu datang kembali.
Putri menyiapkan sarapan untuk Hardian lalu mereka sarapan bersama sampai sarapan mereka habis.
"Paman, terima kasih sudah menolongku. Aku akan pulang." Putri berterimakasih sekaligus berpamitan.
"Hemm.... "
Mereka berdua keluar dari dalam apartemen. Mereka diam, tidak ada yang membuka pembicaraan. Putri juga bingung harus bicara apa, karena biasanya Hardian selalu menghinanya.
Saat mereka sampai dibawah, Hardian langsung menarik tangan Putri kenuju ke parkiran.
"Eh... paman... " pekiknya terkejut, tiba -tiba Hardian menggiringnya seraya menarik tangannya untuk mengikuti langkahnya.
"Masuklah!"
Putri diam melihat ke arah Hardian.
Apa susahanya sih bilang akau akan mengantarmu. Dasar pria dingin! Aku gak bisa ngebayangin bagaimana kalau si paman pacaran.
Putri tertawa dalam hati seperti dirinya pernah pacaran saja.
Tak lama mobil itu sampai di kontrakan Putri. Setelah mengucapkan terima kasih Putri keluar dari dalam mobil setelah itu Hardian melajukan mobilnya kembali.
"Senyumnya mahal sekali, apa susahnya sedikit tersenyum, tinggal mengangkat sedikit bibir ke atas," gerutunya kesal sambil melangkah ke rumahnya.
"Put, apa yang terjadi? Kenapa kau tiba-tiba menghilang? Kau kemana saja? Kenapa tidak menghubungiku? Apa ada yang menyakitimu?" Ratna langsung menanyai Putri dengan banyak pertanyaan ketika Putri masuk ke dalam rumah.
"Kak, aku bingung harus menjawab yang mana dulu. Pertanyaan kakak banyak sekali, aku sampai lupa, apa yang kakak tanyakan tadi?"
"Kalau begitu cerita saja semuanya."
"Aku duduk dulu ya, kak." Karena Putri sedari tadi masih dalam posisi berdiri di dekat pintu.
Setelah itu Putri menceritakan semuanya pada Ratna, tentang kejadian di masa lalu dan pertemuannya dengan pak kades. Tentang pria yang menolongnya yang tak lain adalah paman dari cucu kakek kaya.
"Kenapa kau tidak memberitahuku? Aku akan menendang burungnya," ucap Ratna menggebu-gebu, jiwa bar-barnya keluar. Ia benci laki-laki yang suka melecehkan wanita. Dia yakin Putri bukan satu-satunya wanita yang dilecehkan oleh pak kades.
"Tidak keburu kak, aku sudah lemes duluan."
"Lain kali, berusahalah untuk teriak," nasehat Ratna.
Putri hanya menganggukkan kepalanya.
"Kak, aku akan berhenti bekerja."
"Kenapa, apa karena pak kades?" Yang mendapat anggukan kepala dari Putri.
"Aku belum bisa menghilangkan trauma ini, apalagi dia sudah tahu tempat tinggalku. Untuk sementara aku akan tinggal dirumah kakek. Apa kakak tidak apa sendirian?" tanya Putri hati-hati.
"Kau tidak perlu memikirkanku, mungkin aku hanya akan merindukanmu. Tapi jika itu baik untukmu maka lakukanlah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
😄😄😀😀Hardian habis menolong putri terus berkhayal kan sdh mulai tertarik wah ada rasa Hardian ke putri begitu juga Raditya
2024-02-18
0
Dewi Chusnual
😂😂😃berhalu kan akhirnya
2024-01-31
0
Sandisalbiah
ribet banget hidupmu ya Put.. harus di kasih pelajaran itu org² yg udah jahatin kamu.. biar pd kapok..
2023-12-14
0