Putri menatap penampilannya di depan cermin. Seragam yang selama ini menjadi kebanggaannya. Yah meskipun hanya pelayan tapi seragamnya tak kalah seperti seragam orang kantoran.
"Perfect, let's go."
Setelah itu Putri keluar dari rumah yang selama setahun ini menjadi saksi hidupnya di kota. Dan seperti biasa, diluar sudah banyak pasukan yang akan menyerangnya, dari yang manis hingga yang pahit.
"Mau kerja, Neng?"
"Udah cantik aja, Neng. Abang jadi ingin ikut."
Begitulah sapaan tetangga yang manis, memuji dan menggodanya. Putri hanya mengiyakan dan tersenyum untuk membalas sapaan mereka.
Kalau yang pahit, aduh bikin mules.
"Udah mau bernagkat jual diri tuh."
"Pantas saja tambah kinclong, dapatnya banyak dari om-om."
"Cantik sih cantik, tapi murahan."
Entah apa lagi yang mereka ucapkan. Putri mengabaikannya, tersenyum adalah hal terbaik yang bisa ia lakukan. Meskipun rasanya ingin dia melakban mulut julid tersebut.
Putri bersama teman-temannya mulai bekerja. Lelah, sudah pasti tapi mereka bahagia bisa dapat pekerjaan. Di kota besar sangat sulit untuk mencari pekerjaan. Kadang S1 saja kerjanya sama seperti mereka sebagia pelayan, apalagi dirinya yang hanya lulusan SMA.
"Putri..." panggil seorang laki-laki yang terkejut sekaligus senang melihat wanita itu. Senyum lebar pria itu suguhkan.
Putri yang merasa namanya dipanggil segera menoleh ke asal suara.
"Ya... " jawabnya tanpa melihat terlebih dahulu pada laki-laki yang memanggilnya.
Deg
Tiba-tiba wajahnya berubah pucat, keringat dingin membanjiri keningnya. Tubuhnya gemetar, ingin lari, tapi kakinya seakan lengket ditempatnya berdiri.
Laki-laki itu yang tak lain adalah pak kades, laki-laki yang pernah melecehkannya dan juga memfitnahnya.
Tuhan tolonglah aku. Siapapun datanglah, ku mohon! Doanya dalam hati.
"Akhirnya aku menemukan tempat persembunyianmu, kau tahu aku menunggumu," ucap pak kades sambil berjalan mendekat.
Ada kalanya kita akan lemah, jika saja yang melakukan itu pria lain, pasti dengan mudah Putri membalikkan keadaan. Tapi pria dihadapannya membuatnya bungkam. Rasa trauma itu muncul dengan sendirinya. Meskipun bisa dibilang traumanya hampir sembuh dibanding dulu. Buktinya dia bisa menghadapi para pria hidung belang.
Putri mundur selangkah demi selangkah hingga membentur tembok. Dadanya terasa sesak, ingin berteriak tapi suaranya mendadak hilang.
Tentu saja pak kades melihat raut ketakutan wanita itu, membuat pak kades tersenyum menang.
"Manis, ayo kita lanjutkan kisah kita disini."
Pak kades berusaha untuk menyentuh pundak Putri, membuat wanita itu semakin menunduk ketakutan. Cairan kristal itupun keluar dari kedua ekor matanya.
Tolong. Jeritnya dalam hati.
"Sekali murahan tetap murahan," hina Hardian dalam hati ketika melewati lorong dan melihat kedua orang itu.
Dari jauh Hardian sudah melihat Putri bersama seorang pria. Hardian memalingkan wajahnya melewati keduanya. Setelah beberapa langkah melewati keduanya, Hardian sedikit menangkap sesuatu yang tak beres. Ia berbalik lalu melihat ke arah dua orang yang berbeda jenis kelamin sekaligus perbedasn usia yang sangat jelas terlihat.
Hardian mengernyitkan keningnya saat melihat keadaan wanita itu yang berbeda. Entah dorongan darimana langkah kaki pria itu berjalan menuju ke arah mereka.
"Selamat malam," Sapa Hardian. "Saya pemilik hotel, apa pelayan disini mengganggu kenyamanan Anda," tanya Hardian ramah namun dengan tatapan menghunus tepat ke jantung pak kades.
Pak kades yang merasa aura bahaya keluar dari tubuh pria di hadapannya segera undur diri.
"Malam, tidak... tidak ada yang mengganggu. Permisi." Pak kades terburu-buru meninggalkan tempat itu.
Kini tinggallah mereka berdua. Putri masih menunduk ketakutan dengan tubuh yang bergetar. Sementara Hardian masih menatapnya dengan pikiran yang tak terbaca.
Ada apa dengan gadis ini?"
Hardian tanpa sengaja selalu memanggilnya dengan sebutan gadis. Wajah Putri imut jadi terlihat seperti masih berumur belasan tahun.
Melihat kedaan Putri yang tak baik-baik saja, Hardian mengulurkan tangannya menyentuh pundak wanita itu. Putri semakin ketakutan mendapat sentuhan dari seorang pria.
"Kenapa?" tanyanya dengan suara berat.
Mendengar suara itu seketika Putri mendongak dan langsung menangis melihat siapa yang berdiri dihadapannya. Meskipun pria itu selalu menghinanya, tapi pria itu tidak pernah melecehkannya.
Putri berhambur memeluk Hardian. Hardian yang terkejut, diam tidak melakukan apapun. Dia tidak menolak ataupun menerima saat Putri memeluknya. Keadaan masih sepi, hanya terdengar deru napas keduanya bersama isakan tangis wanita itu.
"Tolong bawa aku," pinta Putri lirih.
Hardian hanya diam, membawa wanita itu bukanlah gayanya. Apalagi wanita itu terkenal buruk. Tapi melihat keadaan wanita itu kembali, hati nuraninya tersentuh.
Hardian membawanya keluar dari hotel, lalu masuk ke dalam mobil. Mereka berdua terdiam dengan pikiran masing-masing. Hardian merasa bingung harus membawa Putri kemana? Kerumahnya, apa yang harus dikatannya pada ayah Malik dengan keadaan Putri yang memprihatinkan.
Membawa ke tempat tinggal wanita itu, nanti malah mereka yang digrebek warga disana. Akhirnya mau tidak mau, Hardian membawanya ke apartemen. Ini pertama kalinya Hardian membawa wanita lain selain kekasihnya ke tempat pribadinya.
Mobil berhenti di gedung apartemen. Hardian membawa Putri ke atas, ke unit apartemennya. Mendudukkan tubuh wanita itu di atas sofa, lalu menutup pintu kembali.
Ya dari keluar mobil Hardian memapah wanita itu. Bukan karena waita itu tidak bisa berjalan hanya saja wanita itu seperti linglung.
Hardian masuk ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian. Tak lama ia keluar kembali. Hardian mengambil dua minuman hangat untuk mereka. Wanita itu masih termenung ditempatnya.
"Minumlah!" Hardian memberikan minumannya.
Putri menatap pria itu lalu tersenyum. Putri mengambil minuman itu lalu menyesapnya sedikit demi sedikit.
"Terima kasih, aku akan pulang," ucap Putri menatap pria itu sambil tersenyum.
Hardian hanya menatapnya. Dia bukan type pria yang bisa menghibur wanita yang lagi bersedih dengan banyak kata yang menghibur.
"Aku akan mengantarmu." Hanya itu ucapan menghibur yang keluar dari mulut pria tanpa ekspresi itu.
Setelah itu mereka sampai di dekat rumah kontrakan Putri. Ketika Putri ingin turun dari mobil, spontan ia menutup pintu mobil itu kembali. Dia kembali merasa ketakutan. Wajahnya terlihat cemas, tubuhnya bergetar kembali. Tangannya memegang bajunya dengan erat.
Hardian melihat kearah wanita yang mengurungkan niatnya untuk keluar dari mobil. Ia melihat reaksi wanita itu seperti sebelumnya.
"Bawa aku pergi," ucapnya terbata dengan suara yang bergetar. Hardian langsung melajukan kembali kendaraannya. Sebelumnya ia melihat ke arah tatapan wanita itu, terlihat dua orang pria yang sedang berbincang.
Apa yang membuat gadis nakal ini ketakutan sampai seperti itu. Dimana gadis yang biasanya berani dan suka menggoda.
Hardian terpaksa membawa wanita itu kembali ke apartemen daripada kerumah ayah Malik. Dia malas untuk menjawab pertanyaan curiga dari pria yang selalu menyuruhnya menikah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
Putri takut dg pak kades yg pernah melecehkannya dan Putri trauma Hardian🤔🤔
2024-02-18
0
Sandisalbiah
kadesnya harus di kebiri nih Kek-nya.. 🤔🤔🤔
2023-12-14
1
Bzaa
wah wah pa kades kykny paman yg Mao memperkosa putri
2023-11-17
0