Hanya satu hal yang tidak Hardian ketahui yaitu tentang sesuatu yang selama ini Putri sembunyikan dibalik sikap cerianya. Trauma yang selalu menghantuinya setiap malam.
"Mas, Putri balik ke kamar dulu ya, tidak enak malam-mlam dikamar pria, nanti kita dikira ngapain," ucap Putri dengan terkekeh kecil.
Setelah berpamitan, Putri pun keluar dari dalam kamar. Sedangkan Raditya masih termenung, sedetik kemudian terbit sentum tipis di bibirnya.
*
Di kamar Hardian.
Hardian menatap pintu yang berada di kamarnya. Pintu di balik rak buku. Rak buku yang sebelumnya ia tatap dengan penuh maksud sekarang sudah berpindah tempat.
Ternyata ada pintu rahasia di balik rak buku seperti di film-film. sepuluh menit berlalu, Hardian masih setia di depan pintu itu. Ia seperti enggan untuk membuka pintu itu, namun tak sedikitpun Hardian melepaskan tatapannya.
Wajah dinginnya mengisyaratkan sesuatu yang hanya Tuhan dan Hardian yang tahu.
*
Malam pun berganti pagi.
Putri berangkat lebih pagi karena dia harus ke kontrakan dulu, sekarang malamnya terbagi beberapa hari di kontrakan sisanya dirumah kakek. Sebenarnya ia tak tega meninggalkan Ratna sendirian, mereka terbiasa bersama.
Namun mau bagiamana lagi, meskipun kakek tidak pernah menegur jam kerjanya, dia harus tahu diri, gajinya mahal tapi kerjanya hanya sebentar.
Di meja sarapan.
"Kakek, Putri nanti malam tidak kesini ya."
"Kenapa?"
"Putri ijin libur, Kek."
"Kakek?" tanya Hardian yang barusaja sampai di meja makan. "Ayah punya cucu perempuan?" tanyanya pada ayah Malik.
Ayah Malik hanya tersenyum menanggapi pertanyaan putranya itu. Ayah Malik tahu putranya itu tidak menyukai Putri.
Putri yang tersindir, baru sadar dengan panggilannya pada orang tua itu. Dari awal dia memanggik kakek, ia lupa bahwa kakek itu sekarang adalah majikannya.
"Maaf, Ka... eh.. Tuan... " ucap Putri kikuk.
"Sudahlah, tidak perlu kau hiraukan perkataannya. Anggap saja kau cucu perempuanku."
"Cucu perempuan kok di bayar," sindir Hardian.
"Anggap saja itu uang saku."
Ayah Malik dan Hardian masih berdebat. Putri diam melongo, mendengarkan perdebatan orang kaya.
"Uang saku, oh my God. Uang saku sebanyak itu, jiwa miskinku meronta.
"Kek, Putri berangkat dulu," sela Putri ditengah perdebatannya dengan putra bungsu si kakek. Putri menyalami sang kakek lalu mencium tangannya, hal yang selalu ia lakukan.
"Putri berangkat dulu, paman?" sapanya pada Hardian tanpa bersalaman, membuat Hardian terdiam.
Putri segera pergi dari hadapan mereka, sebelum Hardian mengeluarkan umpatan yang berbisa. Ia sengaja memanggil pria itu paman.
"Siapa suruh menggangguku, tapi panggilanku untuknya lumayan bagus," gumam Putri setelah berada di dalam taxi.
*
*
Malam hari.
Raditya keluar dari kamar.
"Radit... " panggil kakek penuh haru, akhirnya cucu satu-satunya keluar dari kamar. Bulir bening keluar dari kedua sudut matanya turun membasahi kulit keriput pria tua itu. "Radit... " panggilnya lagi. Sebesar apapun cucunya, bagi kakek Radit tetaplah seperti Radit kecil, padahal cucunya itu sudah menikah.
Kakek memeluk Raditya erat.
"Dimana Putri, Kek?" pertanyaan pertama yang keluar dari mulut pria tampan itu setelah lebih dari dua bulan mengurung diri di dalam kamar. Kakek melepaskan pelukannya.
"Putri...?" tanya kakek heran sekaligus terkejut.
Entahlah kakek harus bahagia atau bersedih. Dia bahagia cucunya mau keluar kamar dan mencari Putri, itu artinya dia tak salah pilih. Putri melakukan pekerjaannya dengan sangat baik.
Dia sedih karena bukan dia yang pertama kali dicari oleh cucu kesayangannya itu.
"Putri hari ini libur, besok dia akan datang lagi," jawab kakek yang kemudian kembali terkejut karena Raditya langsung pergi setelah mendengar jawabannya.
"Hanya itu, dia hanya mencari Putri," gumam kakek yang kemudian terpaku ditempatnya. Rasanya kakek ingin menangis disela kebahagiaannya itu.
Kakek bergegas menghubungi kedua putranya. Ayah Raditya mengucap syukur mendengar kabar putranya.
Sementara Hardian langsung pulang setelah mendapat telpon ayahnya.
Tak ketinggalan, kakek juga menghubungi Putri.
Putri yang merasa bahagia memutuskan tidak jadi libur, setelah pulang kerja dia akan kesana.
"Kakek akan menjemputmu," ucap kakek sebelum mematikan sambungan teleponnya.
*
*
Putri belum melihat mobil kakek, tapi daritadi ada sebuah mobil mewah tak jauh dari tempat Putri berdiri. Hardian memutar mobilnya dan langsung berhenti di depan Putri. Dia membuka kaca mobilnya sedikit.
"Masuklah!" perintahnya.
"Tapi... " Putri langsung masuk setelah mendapat tatapan tajam dari Hardian.
Hening. Tidak ada yang membuka suara selama dalam perjalanan. Putri duduk dibelakang, ia kurang percaya diri untuk duduk disamping laki-laki dingin itu.
Beberapa menit kemudian mobil berhenti disebuah rumah mewah. Hardian turun lebih dulu diikuti Putri yang juga keluar dari dalam mobil.
Kakek menyambut keduanya dengan tersenyum lebar.
"Kakek, bagaimana keadaan mas Radit?" tanya Putri tak kalah bahagia. Hanya Hardian yang diam saja lalu masuk lebih dulu ke dalam rumah meninggalkan mereka diluar.
"Sekarang dia di kamar, mungkin sudah tidur. Terima kasih," ucap kakek mengungkapkan rasa terima kasih, ia sungguh terharu. Dia juga tidak tahu apa yang dilakukan Putri hingga membuat Raditya kekuar kamar untuk pertama kalinya setelah kejadian itu.
Mereka saat ini berada di ruang tengah.
"Kakek, itulah gunanya kakek membayarku." Putri bingung harus menjawab apa, jadi ucapan matre yang kekuar dari mulutnya.
Bertepatan dengan Hardian yang berjalan menuju ke tempat keduanya berada dan terdengar jelas di telinganya.
"Hanya karena uang?" tanya Hardian dalam hati sembari tersenyum getir. Di dalam hatinya bertanya kenapa semua wanita seperti itu? Kenapa semua wanita tidak bisa setia.
*
*
Pagi hari.
Rumah ini besar sekali, tapi kenapa aku harus selalu berpapasan dengan pria dingin itu. Tidak bisakah kami tidak usah bertemu.
Putri berjalan santai, berpura-pura tak melihat pria itu.
Hardian menatapnya sinis kembali, padahal kejadian Raditya keluar kamar masih hangat, dan hubungan keduanya lumayan ada kemajuan, meskipun belum bisa dibilang dekat.
"Berhentilah jadi wanita penggoda!" tegas Hardian. Ya yang dia tahu Putri selalu menggoda pria hidung belang.
Jadi baginya aku wanita penggoda, terlanjur basah jadi tercebur saja sekalian.
Putri berbalik ke arah pria itu, lalu menatapnya dengan tatapan menantang.
"Aku butuh uang untuk menyambung hidup," jawabnya dengan mimik wajah serius.
"Ck... Ayah tidak mengeluarkan uang sedikit untuk membayarmu, meskipun kau tidak bekerja, kau masih bisa makan." Ucapan Raditya yang kali ini panjang sekali tidak seperti biasanya.
"Manusia itu serakah, setelah dapat uang hanya untuk makan, tentu saja akan muncul keinginan yang lain, salah satunya, ingin jadi kaya."
"Meskipun pekerjaan itu kotor," sindir Hardian dengan wajah dinginnya.
Putri terdiam sejenak.
"Tidak semua orang beruntung," ucap Putri lirih. Kalau saja bisa memilih, dia ingin hidup normal tanpa ada orang yang menyinggungnya. Tapi takdir tidak sesuai rencana manusia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Hardian.. bukankah kamu udah tau bagaimana Putri... mulutmu iku loh.. haish.. wong lanang ko lambe ne lemes..!!
2023-12-14
2
Bzaa
semangat put💪🫰
2023-11-17
0
Ida
🤔 prediksi ku akan ada persaingan antar Paman Hadian dan Raditya 🤪😂
2023-09-04
0