"Uang," jawab Putri singkat lalu berlalu pergi meninggalkan pria itu, tanpa melihat pria itu lagi.
Toh memang benar, Putri bekerja karena uang, tidak mungkin kan dia bekerja sukarela tanpa dibayar, dia tak sebaik itu. Realistis saja dalam menjalani hidup, tidak ada yang tidak butuh uang. Hidup butuh makan, pakaian dan banyak lagi. Tentunya itu semua bisa didapat hanya dengan uang.
Sementara Hardian masih diam terpaku ditempatnya. Rasa tidak suka masuk ke dalam hatinya. Semenjak penghianatan kekasihnya, pikirannya selalu buruk terhadap wanita. Apalagi Putri yang jelas- jelas wanita murahan di matanya.
Tak lama Hardian pun kembalai ke dalam kamarnya. Dia menghubungi Sakti dan memerintahkan asistennya itu untuk mencari tahu tentang Putri.
Hardian menatap rak buku dihadapannya dengan tatapan tajam, entah apa yang ada di rak itu.
Sementara di dalam kamar. Putri memegang jantungnya yang berlompat ria. Sungguh menghadapi laki-laki itu butuh tenaga ekstra.
"Tatapannya saja seakan melucuti pakaianku. Bagaimana bisa pria setampan itu terlihat begitu mengerikan," ujar Putri sambil memegang bajunya.
Setelah itu Putri naik lagi ke atas ranjang untuk melanjutkan tidurnya yang terganggu.
*
*
Keesokan paginya.
Putri keluar dari kamar lalu masuk lagi ketika melihat pria yang membuatnya spot jantung juga keluar dari dalam kamar. Dia tidak mau tenaganya habis untuk menghadapi laki-laki itu.
Hardian yang juga keluar kamar sempat melihat kelakuan Putri yang tidak jadi keluar kamar ketika melihatnya.
Sepuluh menit berlalu. Putri pun keluar dari kamar sambil mengintip ke kamar sebelah.
"Sepertinya dia sudah turun," ucap Putri lega sembari menghela napas panjang. Ia menutup pintu.
"Astaga... " pekiknya terkejut melihat laki-laki itu bersandar di tembok sebelah kanan kamarnya. "Kau membuatku jantungan." Putri memegang dadanya.
"Kau menghindariku?" tanya Hardian tanpa ekspresi dengan tatapan tajamnya.
"Cihh ... percaya diri sekali!" Putri berusaha menutupi kegugupannya. Setelah itu dia meninggalkan Hardian dengan langkah tergesa. Lalu masuk kedalam kamar Raditya.
Hardian tidak melepas tatapannya pada wanita itu hingga tak terlihat kembali. Terukir senyum tipis di bibirnya, senyum yang begitu samar, tidak ada yang akan tahu jika dia tersenyum karena wanita yang ia anggap murahan.
*
Di kamar Raditya.
"Mas, pamanmu sangat menakutkan," ucapnya pada Raditya. Setelah mengatur napasnya.
"Tatapannya itu loh bikin leleh... eh mengerikan."
"Ternyata cerita di novel itu benar ya, laki-laki tampan dengan tatapan tajamnya, dan sekarang aku bisa melihatnya."
"Mas, jawab dong." Putri menghela napas panjang.
Putri menelisik wajah tampan Raditya.
"Mas mau dengar cerita sedih? Tidak jawab, artinya setuju."
"Ada seorang gadis cantik yang memiliki cita-cita tinggi, ingin kuliah lalu jadi wanita sukses, tapi itu hanya menjadi khayalan wanita itu saja, karena setelah lulus SMA dia dijodohkan dan menikah. Wanita kampung harus cepat menikah agar tidak dibilang perawan tua." Putri mulai bercerita.
"Mas tidak mau bertanya bagaimana kelanjutan kisah wanita itu?"
"Tidak apa, aku akan menjawabnya. Selanjutnya jalan hidupnya tidak semudah seperti apa yang direncanakan," lanjut Putri sendu diakhir kalimat.
Putri diam sebentar, sebelum berpamitan pada laki-laki yang belum juga mengeluarkan suara emasnya itu.
"Mas, aku berangkat kerja ya, ingat, mas harus segera sembuh."
Setelah mengucapkannya, Putri keluar dari kamar itu. Setelah pintu tertutup, Raditya menoleh kearah pintu tanpa bersuara.
*
*
Putri keluar dari rumah mewah itu. Namun langkahnya terhenti di depan pintu.
"Berapa?"
Putri diam lalu berbalik ke asal suara itu. Meskipun tidak menyebut namanya, namun Putri tahu pria itu berbicara padanya.
"Berapa harga tubuhmu?" Pria itu mengulangi pertanyaannya.
Putri masih menatapnya, detik berikutnya ia tersenyum sinis.
"Kenapa? Kau ingin mencicipinya?"
"Aku tidak suka barang bekas." Balas pria itu dengan tersenyum tak kalah sinisnya.
Barang bekas katanya, yang benar saja.
Putri berjalan lebih mendekat ke arah pria itu.
"Baguslah, aku juga tidak berminat menjualnya padamu," bisik Putri tepat ditelinga Hardian, bahkan pria itu dapat merasakam hembusan napas wanita itu.
Setelah membuat pria itu terdiam, Putri tersenyum mengejek lalu berbalik meninggalkan pria itu.
Hardian masih menatap punggung wanita itu. Darahnya berdesir merasakam hembusan napas wanita itu. Entah kenapa melihat kesombongan wanita itu, Hardian merasa tertantang.
Tertantang untuk apa? Tidak. No Janda. Itulah yang dipikirkan Hardian.
Sementara Putri menggerutu kesal. "Dasar menyebalkan, pria sialan, mulutnya penuh dengan bisa."
Putri langsung masuk ke dalam hotel setelah turun dari taxi.
*
*
Hari ini begitu melelahkan, banyak tamu pariwisata dari luar negeri. Meskipun sibuk, tapi Putri senang tenaganya terkuras habis jadi nanti malam saat tidur dia tidak harus bermimpi buruk lagi.
Putri pulang kerumah kontrak yang selama ini ia tempati bersama sahabatnya, karena dia merasa lelah. Dia akan mempertimbangkan untuk berhenti kerja, bekerja di dua tempat cukup menguras tenaganya.
*
*
"Pernikahan yang baru seminggu itu hancur hanya karena satu kabar berita. Wanita itu harus menjanda di usia muda, tidak mudah baginya menjalani kehidupan dikampung." Putri melanjutkan ceritanya pada Raditya.
Cerita yang sebenarnya adalah kisahnya sendiri. Tapi dia tidak menyebutkan itu pada Raditya.
Setahun hidup menjanda tidak mudah bagi putri, apalagi hidup di desa. Keluar rumah saja dibilang janda kegatelan, padahal ia hanya ingin ke warung depan rumah.
Menyapu halaman di depan rumah saat sore hari dibilang lagi nunggu para laki pulang kerja, siapa tahu ada yang kecantol katanya.
Rasanya tidak ada yang bisa ia lakukan, hanya bisa bergerak bebas di dalam rumah, keluar pintu depan pun sudah salah.
Dicaci maki orang sudah biasa ia terima, padahal bukan keinginannya untuk hidup dengan status janda. Siapa yang ingin menjanda, apalagi diusia muda.
"Mas bisa bayangin, kan? Bagaimana perasaan wanita itu? Bagaimana sakitnya wanita itu." Apalagi dia belum merasakan yang enak-enak, lanjut Putri dalam hati, setelah lama kerja di hotel, pikirannya sudah tak semurni dulu lagi.
"Sakit mas, sakit... " Putri terisak akan cerita yang diceritakannya sembari memegang dadanya. Yang sebenarnya kisah pilunya selama ini.
"Maaf, mas.. aku hanya terbawa suasana, jadi ikutan sedih mendengar cerita wanita itu hingga menangis seperti ini."
"Putri lucu sekali ya ... " puji Putri berusaha tertawa disaat luka lama itu hadir kembali.
Pernikahannya atas dasar perjodohan, meskipun tak ada cinta di hatinya, tapi jadi janda muda juga bukan keinginannya.
Sementara di depan pintu kamar itu, Hardian berdiri disana dan daoat dengan jelas mendengar cerita Putri.
"Kerjanya hanya curhat, perawat tidak profesional."
Ya Hardian sudah tahu bagaimana asal usul Putri di masa lalu, dari kehidupannya di desa sampai ke kota. Tidak ada satupun cerita yang terlewatkan, termasuk semua pria yang menggodanya atau digoda olehnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
iya Putri menghindar krn takut spot jantung dan akan keluar dr tubuh nya jika dekat dg mu Hardian
2024-02-18
0
Dika Pm
mampir Thor ke cerita mu, Pasti Sumpah putri kejadia "bucin ma janda"/Smile//Smile//Smile//Smile/
2023-12-24
0
Sandisalbiah
Helleh.... si Hardian mah sekarang boleh bilang benci, jutek, ketus.. lihat aja entar lagi bucin... ! nanti kalau udah bucin di ketekin aja ya Put.. biar asem sekalian.. 🙄🙄
2023-12-14
1