Bab 8 Kejadian lalu

Suara barang-batang yang pecah terdengar berdatangan silih berganti memenuhi ruang kamar yang berukuran 3*4 itu, yang bercahaya remang-remang.

Ditengah-tengah bunyi yang memekakkan telinga tersebut, samar-samar terdengar sebuah deru napas yang memburu keluar dati mulut seorang wanita, yang saat ini tengah bergerak mundur seolah menghindar dari seseorang.

Benar saja, tidak jauh di depan wanita yang kelihatan kacau itu, terdapat sosok laki-laki jangkung yang kelihatan menanggalkan bajunya. Dia hanya menyisakan sebuah celana kain untuk menutupi tubuh bagian bawahnya.

"Sayang, kemari, setelah hidup lama jadi seorang janda pasti membuat kau rindu akan belaian, kan?" ujar laki-laki itu dengan kerlingan mata yang nakal.

"Berhenti, jangan mendekat, Paman!" Wanita yang kelihatan sudah berantakan itu, berteriak tegas. Kamar yang tadinya sunyi, langsung berubah gaduk karena si wanita mulai melemparkan beberapa barang pecah belah

"Brengsek! wanita ******! Janda saja jual mahal, sudah untung aku mau denganmu!"

Tiba-tiba Laki - laki itu menarik rambut panjangnya kuat.

"Aaaa.... " Pekik wanita itu kesakitan. Tak tinggal diam. Wanita itu mengayunkan kakinya kebelakang mengenai tulang kering laki - laki itu.

Laki - laki itupun mengaduh kesakitan, spontan melepas tangannya lalu memegang kakinya. Segera wanita cantik itu berlari kearah pintu. Namun gagal, tangan laki- laki-laki itu meraih tangannya kembali lalu terdengar suara baju yang robek dari wanita itu.

"Aku mohon jangan lakukan itu paman," mohon wanita itu sedih dan tak berdaya sembari menutup bajunya yang robek.

Laki - laki itu tertawa. "Putri, jangan menangis sayang, aku akan melakukannya perlahan." laki-laki itu mengelus pipi Putri seraya menghapus air matanya.

Tubuh Putri bergetar, ia ketakutan.

Tuhan tolong hamba.

"Apa yang kalian lakukan?" hardik seorang wanita paruh baya. Istri dari laki - laki itu. Keduanya terdiam menatap wanita paruh baya itu. Putri bernapas lega akhirnya ada yang menolongnya.

"Asan! Apa yang kau lakukan?"

"Dia yang memaksaku," jawab laki - laki itu tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Putri mendekati wanita itu. "Bibi, tidak, paman yang ... "

Plak.

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Putri. Perih. Tentu saja, tapi hatinya jauh lebih pedih.

"Bibi... " panggil Putri sendu.

"Pergi kau dari sini! kau hanya akan membawa sial!"

"Aku... "

"Pergi!

" PERGI!"

Bibi mengeraskan suaranya. Lalu menarik Putri keluar dari rumahnya.

"Bi, jangan usir Putri," mohon Putri dengan menyatukan kedua tangan.

"Diam!"

"Putri harus kemana, Bi." Wajah cantiknya sudah basah oleh air mata, ia tak lagi peduli dengan bajunya yang robek.

Bibi melemparkan koper miliknya yang belum sempat ia rapikan kedalam lemari.

Putri menangis pilu, menatap nanar ke arah pintu yang telah tertutup. Menunggu sebentar dengan harapan pintu itu akan terbuka kembali. Putri menunduk lalu berbalik setelah itu ia berjalan menjauh dari rumah yang belum sempat ia tinggali itu.

"Aku harus kemana? Aku tidak mengenal siapapun," gumamnya lirih. Ia berhenti sebentar, membuka koper lalu mengambil jaket hitamnya. Setelah itu memakainya untuk menutupi bagian tubuhnya yang terlihat.

"Jangan... jangan.... jangan usir aku, pergi, pergi, jangan mendekat, jangan.... " racau wanita yang masih terbaring di atas kasur. Keringat dingin membanjiri tubuhya.

"Jangan... " teriaknya. Napasnya memburu. Saat tersadar ternyata dia hanya bermimpi buruk lagi. Putri mengambil air diatas nakas lalu meneguknya.

Ya, wanita yang bermimpi buruk itu adalah Putri. Bayangan buruk itu selalu menghantuinya,, ini buksn pertama kallinya is mengalami mkmpi buruk.

Putri keluar kamar lalu masuk kedalam kamar sebelahnya yang ditempati sahabat rasa saudaranya.

Dia naik ke atas ranjang sembari menatap wanita yang napasnya terdengar halus rersebut.

Pikirannya melayang pada kejadian lalulalu saat ia terusir dari rumah itu.

"Ya, Tuhan aku harus kemana sekarang?" Putri berjalan tanpa tujuan di kota yang asing baginya. Kota Jakarta sangat besar.

Langkahnya sampai pada sebuah taman yang sepi karena ini sudah sangat malam. Mau kemana dia di jam malam seperti ini. Mau mencari kontrakan atau kosan, tapi dimana tempatnya? Ponsel ada, tapi apa gunanya jika Putri tidak tahu siapa yang harus ia hubungi.

Menghubungi sang ayah adalah pilihan yang tidak ingin ia lakukan.

"Tega sekali, mengusirku di malam hari, kenapa tidak ditunda besok siang saja ngusirnya," gumam Putri sambil menghela nafas panjang.

"Di kota besar seharusnya tamannya ramai pengunjung. Tapi ini sepi dan terlihat seram." Putri bergidik ngeri, sudah sedih sekarang ditambah ketakutan.

Putri benci pada orang-orang yang membuatnya dakam situasi seperti itu.

"Baiklah, jika itu yang kalian inginkan, aku akan menjadi seperti apa yang kalian tuduhkan."

"Mulai saat ini jaga suami kalian dengan baik sebelum janda sepertiku menjeratnya." Lalu ia tertawa terbahak.

"Tapi masak iya aku mau menggoda suami orang,  ih... Semoga malaikat tidak mendengarnya. Aku tidak mau jadi pelakor."

"Masak janda cantik, jadi pelakor."

Putri menyapukan lagi pandangannya ke sekitar taman. Semakin malam taman itu semakin terasa sunyi. Hanya suara hewan malam yang terdengar. Tidak ada satu orangpun di dekatnya. Hanya dibagian timur para penjual kaki lima yang sudah merapikan dagangannya.

Putri masih termenung duduk di salah satu bangku taman yang ada di sana.

"Aku harus melangkah kemana? Ke barat atau ke timur? Tapi yang mana barat yang mana timur?" Ya Putri bingung tentang arah.

"Kontrakan dimana? Andai saja dengan mengedipkan mata bisa datang keajaiban seperti ceramah salah satu ustad diTV."

"Apa aku coba saja ya?" Putri tampak berpikir, sebelum berdoa.

"Ya, Tuhan, tolong hamba, saat ini hamba butuh tempat tinggal, hamba tidak mau tidur dibangku taman, banyak nyamuk, Ya Tuhan. " Ting. Lalu ia mengedipkan kedua matanya.

"Masih dibangku taman," lirihnya sendu, Putri melihat ke arah sekitar, tetap tak satupun orang terlihat. Lalu siapa yang akan menolongnya?

Menghembuskan nafasnya pelan lalu menatap ke arah langit.

"Ya Tuhan, lupakan ucapan hamba tadi, hamba tidak akan menggoda suami orang. Tolong, Ya Tuhan."

10 menit

20 menit

30 menit.

"Aaaaaa..."

"Aaaaaa..... "  Kedua wanita itu berteriak bersamaan, di tempat yang sama, tapi posisi yang berbeda.

Keduanya saling menatap setelah selesai berteriak. Tidak kenal, sudah pasti, keduanya tersenyum samar.

"Ya Tuhan, inikah jawaban darimu, hamba dapat tempat tinggal," gummanya lirih dengan senyum bahagia.

Wanita yang tadi juga  berteriak menghampiri Putri.

"Hi ... Aku Ratna," sapanya.

"Aku, Putri."

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Ratna sembari mendudukkan bokongnya di samping Putri.

"Aku... aku hanya... " ucap Putri terbata.

Ratna melihat Putri yang berantakan lalu beralih ke koper disebelahnya.

"Kau diusir lalu tersesat disini, begitu?" Putri mengangguk malu. Memang benar apa yang diucapkan wanita itu.

"Kita senasib, tapi aku bukan terusir hanya... ah sudahlah."

Terpopuler

Comments

Lanjar Lestari

Lanjar Lestari

bingun td jrn g ada flashback nya🤭

2024-02-17

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

gak ada kata flashback... jd aga bingung kok tiba² Putri dlm bahaya..

2023-12-14

4

Bzaa

Bzaa

teman sejati

2023-11-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal di Kota
2 Bab 2 Menerima tawaran kakek
3 Bab 3 Hari pertama jadi babysitter
4 Bab 4 Penyakit depresi
5 Bab 5 Mau sarapan
6 Bab 6 Mulut yang berbisa
7 Bab 7 Bonus sepuluh juta
8 Bab 8 Kejadian lalu
9 Bab 9 Sahabat rasa saudara
10 Bab 10 Cerita pilu Putri
11 Bab 11 Berhentilah jadi wanita penggoda
12 Bab 12 Kisah gadis itu
13 Bab 13 Bertemu Pak Kades
14 Bab 14 Senyuman mahal
15 Bab 15 Dasar gadis bodoh
16 Bab 16 Waktunya balas budi
17 Bab 17 Ulat Bulu
18 Bab 18 Janda oh no, oh yes
19 Bab 19 Pacarku menungguku
20 Bab 20 Nonton Bioskop
21 Bab 21 Menghianati sugesti
22 Bab 22 Ayo kita coba!
23 Bab 23 Hari pernikahan
24 Bab 24 Tiba-tiba jadi istri
25 Bab 25 Kau adikku dan bibiku
26 Bab 26 Obat penenang
27 Bab 27 Kita jalani saja
28 Bab 28 Aku butuh bantuan Paman
29 Bab 29 Nonton
30 Bab 30 Tas 600 juta
31 Bab 31 Couple kelinci dan singa
32 Bab 32 Misi menjerat pria dingin
33 Bab 33 Alergi
34 Bab 34 Aku malu
35 Bab 35 Apa paman mencintaiku?
36 Bab 36 Anggap saja ini balas budiku
37 Bab 37 Aku tidak akan berjuang lagi
38 Bab 38 Aku akan melindungimu
39 Bab 39 Asisten baru
40 Bab 40 Kenapa aku jadi menciut?
41 Bab 41 Emang enak dicuekin
42 Bab 42 Ternyata suka janda segar
43 Bab 43 Benarkah?
44 Bab 44 Aku hanya sedikit marah
45 Bab 45 Aku akan menendang bokongmu
46 Bab 46 Kue anti stress
47 Bab 47 Dasar tidak romantis
48 Bab 48 Aku rindu
49 Bab 49 Aku belum siap
50 Bab 50 Aku akan mengabaikan perasaanku
51 Bab 51 Wanita baik
52 Bab 52 Tidak ada pelakor
53 Bab 53 Alasan sebenarnya
54 Bab 54 Di ruangan rapat
55 Bab 55 Hubungan kita
56 Bab 56 Siapa wanita itu?
57 Bab 57 Memanggil ayah mertua
58 Bab 58 Terkejut
59 Bab 59 Aku yang salah paham
60 Bab 60 Jangan menghina ibuku
61 Bab 61 Kembali ke kampung
62 Bab 62 Biarkan dia bahagia
63 Bab 63 Rumahku di sini
64 Bab 64 Aku butuh bukti
65 Bab 65 Berangkat kerja
66 Bab 66 Berhentilah tersenyum!
67 Bab 67 Aku mencintaimu
68 Bab 68 Wanita yang paling bahagia
69 My Love
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Bab 1 Awal di Kota
2
Bab 2 Menerima tawaran kakek
3
Bab 3 Hari pertama jadi babysitter
4
Bab 4 Penyakit depresi
5
Bab 5 Mau sarapan
6
Bab 6 Mulut yang berbisa
7
Bab 7 Bonus sepuluh juta
8
Bab 8 Kejadian lalu
9
Bab 9 Sahabat rasa saudara
10
Bab 10 Cerita pilu Putri
11
Bab 11 Berhentilah jadi wanita penggoda
12
Bab 12 Kisah gadis itu
13
Bab 13 Bertemu Pak Kades
14
Bab 14 Senyuman mahal
15
Bab 15 Dasar gadis bodoh
16
Bab 16 Waktunya balas budi
17
Bab 17 Ulat Bulu
18
Bab 18 Janda oh no, oh yes
19
Bab 19 Pacarku menungguku
20
Bab 20 Nonton Bioskop
21
Bab 21 Menghianati sugesti
22
Bab 22 Ayo kita coba!
23
Bab 23 Hari pernikahan
24
Bab 24 Tiba-tiba jadi istri
25
Bab 25 Kau adikku dan bibiku
26
Bab 26 Obat penenang
27
Bab 27 Kita jalani saja
28
Bab 28 Aku butuh bantuan Paman
29
Bab 29 Nonton
30
Bab 30 Tas 600 juta
31
Bab 31 Couple kelinci dan singa
32
Bab 32 Misi menjerat pria dingin
33
Bab 33 Alergi
34
Bab 34 Aku malu
35
Bab 35 Apa paman mencintaiku?
36
Bab 36 Anggap saja ini balas budiku
37
Bab 37 Aku tidak akan berjuang lagi
38
Bab 38 Aku akan melindungimu
39
Bab 39 Asisten baru
40
Bab 40 Kenapa aku jadi menciut?
41
Bab 41 Emang enak dicuekin
42
Bab 42 Ternyata suka janda segar
43
Bab 43 Benarkah?
44
Bab 44 Aku hanya sedikit marah
45
Bab 45 Aku akan menendang bokongmu
46
Bab 46 Kue anti stress
47
Bab 47 Dasar tidak romantis
48
Bab 48 Aku rindu
49
Bab 49 Aku belum siap
50
Bab 50 Aku akan mengabaikan perasaanku
51
Bab 51 Wanita baik
52
Bab 52 Tidak ada pelakor
53
Bab 53 Alasan sebenarnya
54
Bab 54 Di ruangan rapat
55
Bab 55 Hubungan kita
56
Bab 56 Siapa wanita itu?
57
Bab 57 Memanggil ayah mertua
58
Bab 58 Terkejut
59
Bab 59 Aku yang salah paham
60
Bab 60 Jangan menghina ibuku
61
Bab 61 Kembali ke kampung
62
Bab 62 Biarkan dia bahagia
63
Bab 63 Rumahku di sini
64
Bab 64 Aku butuh bukti
65
Bab 65 Berangkat kerja
66
Bab 66 Berhentilah tersenyum!
67
Bab 67 Aku mencintaimu
68
Bab 68 Wanita yang paling bahagia
69
My Love

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!