"Masuklah!" titah kakek pada asistennya diluar ruangan setelah kepergian Putri. Pintu terbuka dari luar lalu asisiten itupun masuk.
"Apa yang kau dapatkan?" tanya kakek. Asisten kakek selalu cekatan dalam bekerja, tanpa disuruh pun ia sudah tahu apa yang harus dilakukan.
"Ini Tuan." Asisten itu menyerahkan beberapa lembar dokumen.
"Dia benar janda." Kakek berucap dengan sedikit tersenyum.
*
*
Putri langsung pulang karena tadi dia sudah menghubungi Ratna dan menyuruhnya untuk membungkus pesanan makanan mereka.
Setelah sampai dikontrakan. Ia menceritakan apa yang dialaminya pada sahabatnya itu.
*
*
Akhirnya di sinilah Putri berada saat ini, berdiri di depan rumah yang berpagar tinggi.
"Pagarnya tinggi sekali. Apa cucu kakek sering kabur?" tanya Putri masih berpikir kalau yang akan dijaganya anak kecil. Dia belum tahu kalau yang akan dirawatnya adalah pria dewasa.
Putri masih menatap pagar tinggi itu, sudah bisa dilihat kalau rumah di dalamnya pasti tidak sederhana.
"Pagar orang kaya mah beda, benar kata kak Ratna." Putri masih menatap kagum pagar yang menjulang tinggi itu.
"Ah ... " Putri spontan menutup mulutnya saat pikirannya melayang tinggi. "Jangan - jangan pagar tinggi ini karena ada binatang buas di dalam. Orang kaya biasanya aneh. Oh, tidak ... " Ia takut apa yang dibayangkannya jadi kenyataan.
Dengan tergesa Putri berbalik, namun belum sempat untuk melangkah, pintu pagar itu terbuka. Putri menoleh ke belakang, terlihat seorang laki - laki paruh baya muncul dibalik pagar.
"Nona Putri," panggilnya.
Dia mengenalku.
"Iya," jawab Putri terbata.
"Silahkan masuk, Nona. Tuan sudah menunggu Anda."
"Em... Aku... mendadak ada keperluan lain, mungkin lain kali aku akan bertemu kakek." Putri paham yang disebut Tuan pastilah kakek.
"Masuklah!" titah kakek, entah sejak kapan kakek itu datang. Putri tidak bisa mengelak lagi, dengan langkah gontai ia mengikuti kakek masuk kedalam rumah, yang juga disusul oleh orang yang pertama menemuinya.
Putri mengaga lebar saat melihat penampakan luar rumah itu.
"Wah besar sekali." Rasa kagum tak berhenti disitu saja saat pintu rumah itu terbuka. Ketakutannya seakan lenyap terganti dengan kekagamuman akan pesona rumah itu.
"Ini benar rumah, Kakek?" tanya Putri tak percaya. Kakek hanya tersenyum, tidak menjawab pertanyaan konyol Putri.
"Ini bukan rumah majikan kakek, kan?" Putri bertanya lagi. Kakek menatap Putri.
"Kau ingin melihat sertifikat rumah ini?" tanya kakek.
"Tidak... Tidak... Putri percaya, Kek. Kakek tinggal dengan siapa?" Rumah sebesar ini pasti banyak penghuninya kan, pikir Putri.
"Putra bungsu yang belum menikah dan cucuku."
Kakek mempersilahkan Putri untuk duduk di sofa.
"Hanya bertiga?" Tanya Putri terkejut, rumah sebesar ini hanya bertiga. Kakek pun mengangguk.
"Sepi. Cucu Kakek mana?" Karena sebesar apapun rumah itu pasti ramai oleh anak kecil, itulah pemikiran Putri.
"Jadi kau setuju?" bukannya menjawab kakek malah balik bertanya.
Putri menganggukkan kepalanya, meskipun masih ada keraguan dihatinya.
"Baiklah, ayo ke kamar cucuku?" ajak kakek lalu berdiri yang diikuti Putri dari belakang. Mereka berjalan menuju ke arah lift. Tidak heran jika rumah sebesar itu ada liftnya.
Selama dikampung Putri tidak pernah naik lift. Tapi bukan berarti dia katrok meskipun benar. Ratna sudah mengajarinya naik lift selama bekerja dihotel.
Mereka berdua berhenti di depan sebuah kamar. Kakek menatap Putri sebentar lalu membuka pintu kamar. Kakek melangkah masuk dan Putri ikut masuk ke dalam kamar itu.
Kamar tampak rapi tidak ada tanda-tanda penghuni anak kecil disana.
"Cucu kakek pasti anak yang patuh, kamarnya rapi sekali?" Putri belum melihat keberadaan cucu kakek itu.
"Dia tidur," tunjuk kakek dengan ekor matanya. Putri mengikuti arah yang ditunjukkan kakek.
Putri terkejut melihat seorang pria terbaring dibawah selimut hanya sedikit rambutnya yang terlihat.
Daritadi dia hanya melihat sekitar, tanpa melihat ke arah ranjang. Anak kecil pasti suka bermain pikirnya.
"Pria dewasa?" tanya Putri melongo.
"Ya cucuku seorang pria dewasa." Lalu kakek meninggalkan kamar itu membiarkan Putri sibuk dengan pikirannya.
Putri masih diam terpaku didalam kamar itu, entah apa yang dipikirkannya, saat sadar ia kembali mencari keberadaan kakek.
"Kakek ... Kakek," teriaknya lalu berhenti setelah melihat kakek tua itu duduk disebuah sofa.
"Kakek jangan bercanda?"
"Tidak, kakek sangat serius."
"Kek, bagaimana bisa aku menjaga pria dewasa, harus memandikannya, memakaikan baju, mengajaknya bermain, dan entah apa lagi," jelas Putri, itu semua yang harus dilakukan perawat bukan, lebih tepatnya pengasuh.
Kakek tertawa mendengar ocehan Putri yang panjag kali lebar.
"Kau tak perlu melakukan apa yang kau katakan tadi, dia masih bisa melakukannya sendiri."
"Lalu?"
"Kau hanya perlu menghiburnya."
"Menghiburnya?"
"Ya, setelah enam bulan menikah, cucuku mengalami depresi setelah istrinya meninggal dalam kecelakaan. Sudah 2 bulan sejak kejadian itu, dia tidak pernah keluar kamar, hanya termenung, dan jarang menyentuh makanan. badannya sangat sehat hanya saja pikirannya yang terganggu." Kakek menceritakan keadaan cucunya sengan sendu.
"Dokter tidak bisa melakukan apapun karena cucuku sendiri yang tidak punya gairah untuk melanjutkan hidup."
"Kau hanya perlu membuatnya tersenyum dan menjaga pola makannya. Buatlah dia hidup normal kembali," lanjut kakek.
"Hanya itu?" tanya Putri. Dia merasa tugasnya tidak terlalu sulit.
Hanya membuatnya tersenyum, bukankah sangat mudah.
Kakek menganggukkan kepalanya. "Jika kau berhasil, 1 unit apartemen akan jadi milikmu."
"Kakek serius?" tanya Putri dengan senyum lebar yang diiringi anggukan kepala oleh kakek.
"Aku terima pekerjaan ini, Kek. Jangan lupa 1 M dan 1 unit apartemen setelah pekerjaan ini selesai. Kakek jangan menipuku."
"Tentu."
"Bersiaplah untuk kehilangan uang, Kek." Lalu Putri menjabat tangan Kakek.
"Semoga kau betah, karena perawat sebelumnya sudah kabur kurang dari satu minggu."
"Demi 1 M. Aku akan bertahan, kek. Tapi...."
Kakek mengerutkan keningnya karena Putri ragu untuk melanjutkan ucapannya.
"Emmm ... Bagaimana kalau aku atau cucu kakek jatuh cinta?" tanya Putri dengan tangannya membentuk hati
"Begini, Kek. Aku dan cucu kakek kan setiap hari bersama, apalagi dalam satu ruangan yang sama. Bisa saja tumbuh benih-benih .... "
"Aku setuju," potong kakek.
"Setuju?" Putri kaget dengan jawaban kakek tidak seperti yang ia bayangkan.
"Jika kalian saling mencintai, maka tinggal menikah saja."
"Semudah itu?" tanya Putri sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Tidak ada drama cinta terlarang orang tua karena perbedaan kasta.
"Kek, tapi aku miskin, Kakek setuju?" tanya Putri setelah sadar dengan status mereka.
"Tidak masalah," jawab kakek santai dengan senyum di bibirnya.
Meskipun baru mengenal Putri, entah apa yang membuatnya menyukai Putri. Mungkin karena kepribadian Putri yang ceria, berani dan apa adanya. Sesuai dengan namanya Putri ceria.
"Astaga ... " ucap Putri setelah sadar dengan apa yang telah diucapkannya. "Maaf Kek, bekerja saja belum, sudah berpikiran jauh, maaf ya Kek."
Kakek hanya tersenyum. Ada harapan dihati kakek semoga dengan hadirnya Putri cucunya bisa sembuh. Dia sudah melakukan berbagai cara tapi nihil, cucu satu-satunya itu seperti tidak ingin hidup lagi.
Meskipun kakek puya dua putra tapi cucunya hanya satu, putra bungsunya belum juga menikah diusianya yang sudah matang. Malah cucunya dulu yang menikah.
"Kapan kau akan mulai bekerja?"
"Besok pagi, Kek."
Mereka berbincang sebentar, setelah itu Putri pamit undur diri. Putri juga sudah mengatakan kalau dia akan tetap bekerja di hotel. Kakek mengijinkan selama Putri bisa membagi waktunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
semoga bisa mengubah hidup mu di kampung dan bisa jatuh cinta dg cucu atau anak bungsu kakek ya putri🤭
2024-02-17
0
Trisnawati Lafau
good, aku suka ceritanya
2024-02-06
0
Erna Mamanya Rasyid
ceritanya penuh tantangan
2024-01-29
1