Hari demi hari Kai lalui dengan perasaan bersalah, sudah hampir dua Minggu ini Kai sering memimpikan peristiwa menjijikan itu. Saat ini Kai sedang berada di rumah sakit menemani istri yang sangat dia cintai itu.
Kedua orangtua Kai dan Medina sampai di rumah sakit secara bersamaan.
"Kai, apa kamu tidak ada niat untuk membawa Medina berobat ke luar negeri?" seru Mama Marisa.
"Kalau kamu tidak mau, biar Papa yang bawa Medina ke luar negeri,” sambung Papa Kris.
“Maaf Ma, Pa, bukannya Kai tidak mau membawa Medina berobat ke luar negeri, tapi kalau Medina dibawa ke luar negeri, Kai tidak akan bisa menjaga Medina setiap hari karena Kai harus mengurus perusahaan juga,” sahut Kai.
“Kamu memang seperti itu, lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan istri kamu sendiri!” bentak Mama Marisa.
“Jeng Marisa, kenapa Jeng Marisa selalu saja menyalahkan anak saya? Kai bekerja juga untuk kepentingan Medina, kalau Kai tidak bekerja, mana bisa dia membelikan barang-barang mewah yang diinginkan Medina,” kesal Mama Arini.
“Oh, jadi Jeng Arini menyalahkan Medina!” bentak Mama Marisa.
Kai merangkul Mamanya. “Sudah Ma, jangan bertengkar ini rumah sakit,” seru Kai menenangkan.
“Begini saja, kalau kalian ingin membawa Medina ke luar negeri, silakan bawa ke negara yang kalian mau biar semua biayanya kami yang urus, tapi maaf Kai tidak bisa mendampingi dan ikut bersama kalian karena Kai harus mengurus perusahaan,” seru Papa Mahaprana.
“Baiklah, kalau begitu kami akan mengurus keberangkatan Medina,” sahut Papa Kris.
Kai hanya bisa pasrah dengan keputusan mertuanya itu.
***
Keesokan harinya...
Mama Marisa dan Papa Kris pun memutuskan untuk membawa Medina ke Amerika, Kai tidak bisa ikut mengantarkan sang istri ke Amerika dan lagi-lagi Mark yang ikut ke Amerika.
“Kamu tenang saja Kai, aku akan jaga Medina untukmu dan aku akan selalu memberi kabar kepadamu tentang kondisi Medina,” seru Mark.
“Aku percayakan semuanya padamu, Mark.”
Kai pun menghampiri Medina dan menciumi seluruh wajah Medina.
“Semoga kamu cepat sadar sayang, maaf aku tidak bisa mengantarkanmu tapi aku akan sering-sering jenguk kamu ke sana,” seru Kai.
Medina akhirnya dibawa masuk ke dalam jet pribadi milik keluarga Mahaprana, Kai hanya bisa memperhatikan kepergian istrinya dengan perasaan yang sangat sedih.
“Sudah, Mama yakin Medina akan baik-baik saja dan mudah-mudahan Medina akan segera sadar,” seru Mama Arini.
“Amin.”
Setelah jet pribadi milik keluarga Mahaprana lepas landas, Kai dan kedua orangtuanya memutuskan untuk pulang.
Sementara itu di kediaman Mahaprana, Luna tampak muntah-muntah Bi Sum sampai khawatir dengan keadaan anaknya itu karena pasalnya, Luna sudah muntah-muntah dari tadi malam.
Bi Sum memberikan teh manis hangat kepada anaknya itu. “Sebenarnya kamu kenapa sih Nak? Padahal kamu tidak makan yang aneh-aneh kan?” tanya Bi Sum.
“Luna juga tidak tahu Bu, perut Luna sangat mual dan Luna tidak tahan mencium bau masakan Ibu dan bawaannya pengen muntah,” sahut Luna lemas.
“Apa?”
Bi Sum sangat kaget mendengar jawaban Luna, tapi Bi Sum berusaha menghilangkan prasangka-prasangka buruk tentang anaknya.
“Kita periksa ke klinik tapi nanti setelah Tuan dan Nyonya kembali,” seru Bi Sum.
Aluna hanya menganggukkan kepalanya lemah, sungguh Aluna sangat tidak berdaya, tenaganya terkuras akibat muntah-muntah yang dia alami.
Beberapa saat kemudian, mobil Kai pun sampai dan Bi Sum memapah Aluna ke teras rumah.
“Loh, Luna kamu kenapa? Wajah kamu pucat seperti itu?” tanya Mama Arini cemas.
“Luna muntah-muntah Nyonya, dan Bibi mau minta izin untuk membawa Luna ke klinik,” sahut Bi Sum.
“Tapi Luna kasihan kalau harus dibawa ke klinik, biar aku telepon dokter keluarga,” seru Mama Arini.
“Tidak usah Nyonya, itu terlalu berlebihan biar Bibi bawa ke klinik saja.”
“Sudah kasihan Luna, ayo Bibi bawa masuk Luna,” seru Mama Arini dengan mengusap kepala Luna.
Luna dibawa ke kamarnya, dan tidak membutuhkan waktu lama Dr.Yoga yang merupakan dokter pribadi keluarga Mahaprana pun datang dan langsung memeriksa Luna.
Bi Sum dan Arini menunggu Luna diperiksa.
“Bagaimana dokter dengan keadaan anak saya?” tanya Bi Sum.
“Anak Ibu sedang mengandung dan saat ini usia kandungannya baru saja dua minggu.”
“Apa?”
Bi Sum dan Arini membelalakkan matanya, mereka merasa sangat terkejut dengan pernyataan Dr.Yoga karena pasalnya Luna belum menikah dan tidak terlihat bepergian dengan pria mana pun.
Begitu pun dengan Luna yang langsung meneteskan airmata, dia tidak menyangka kalau kejadian waktu itu akan membuat dia hamil.
“Saya berikan resep untuk anda, dan untuk lebih meyakinkan lagi, anda bisa periksakan kandungan anda ke dokter kandungan. Nyonya, kalau begitu saya pamit.”
“Ah, iya terima kasih dokter.”
Dr.Yoga pun pamit pergi, Bi Sum duduk di samping Luna dan menangis begitu pun Mama Arini yang ikut duduk di samping Luna.
“Nak, jawab yang jujur siapa Ayah dari anak yang kamu kandung?” tanya Bi Sum.
Luna tidak bisa menjawab, dia hanya menundukkan kepalanya sembari menangis sesenggukan.
“Luna, coba bilang sama saya siapa Ayah dari anak itu? Saya tidak akan marah,” seru Mama Arini lembut dengan membelai rambut Luna.
“Jawab Luna!” bentak Bi Sum.
“Tu-tuan, Kaisar.”
“Apa?”
Mama Arini dan Bi Sum sangat terkejut dengan jawaban Luna, bahkan Bi Sum sangat marah dengan pengakuan anaknya itu.
Plaaakkkk....
Bi Sum menampar Luna membuat Mama Arini kaget.
“Dasar anak tidak tahu di untung, berani sekali kamu menggoda Tuan Kaisar. Kamu tahu kalau Tuan Kaisar sudah mempunyai istri, bahkan sekarang istrinya sedang dirawat, kamu mau menjadi seorang pelakor, Luna?” bentak Bi Sum.
Luna menggelengkan kepalanya. “Tidak Bu, Luna buka seorang pelakor,” sahut Luna dengan deraian airmata.
“Terus, ini apa namanya? Menggoda suami orang kalau bukan pelakor. Maafkan saya Nyonya, karena saya tidak bisa mendidik anak saya dengan benar,” seru Bi Sum.
Luna bangkit dari tempat tidurnya dan bersujud di kaki Ibunya itu.
“Bu, sumpah demi Allah, Luna tidak menggoda Tuan Kaisar.”
Mama Arini hanya bisa diam, dia tidak tahu harus berkata apa. Hingga akhirnya Kaisar dan Papa Mahaprana pun datang dan terkejut dengan apa yang mereka lihat.
“Ini ada apa?” tanya Papa Mahaprana.
“Tuan, maafkan saya, saya sudah gagal mendidik anak saya,” seru Bi Sum dengan deraian airmata.
“Bi, ada apa ini sebenarnya? Dan Luna sakit apa?”
“Luna hamil, Pa,” sahut Mama Arini.
“Apa? Hamil?”
Papa Mahaprana terkejut, bahkan Kaisar jauh lebih terkejut dengan apa yang dia dengar.
“Siapa yang sudah menghamili Luna?” tanya Papa Mahaprana.
“Kata Luna, Luna hamil anak Kai.”
“Apa?”
“Maafkan Luna Tuan, karena sudah lancang menggoda Tuan Kaisar.”
“Tidak Bu, Luna tidak menggoda Tuan Kaisar,” seru Luna dengan deraian airmata.
“Diam kamu Luna, kamu sudah mencoreng nama baik Ibu dan mempermalukan Ibu!” bentak Bi Sum.
“Kai, apa yang sebenarnya terjadi? Apa benar anak yang di kandung Luna adalah anak kamu?” geram Papa Mahaprana.
Kai tampak terdiam dan menundukkan kepalanya, hingga akhirnya Kai pun mengangkat kepalanya dan menatap Papa dan Mamanya secara bergantian.
“Maafkan Kai, Ma, Pa.”
“Jadi benar anak yang dikandung Luna adalah anak kamu?” tanya Mama Arini kaget.
“Kai tidak sadar Ma, waktu itu Kai sedang mabuk.”
Plaaakkkk...
Papa Mahaprana menampar Kai membuat semuanya terkejut.
“Kurang ajar, memalukan, pokoknya Papa tidak mau tahu kamu harus tanggung jawab atas apa yang sudah kamu lakukan!” bentak Papa Mahaprana.
“Kai akan tanggung jawab atas anak itu, Kai akan membiayai semuanya sampai anak itu dewasa.”
“Dasar pria bodoh, apa kamu tidak memikirkan nasib Luna? Bagaimana Luna menanggung malu atas apa yang sudah kamu lakukan.”
“Jadi apa yang harus Kai lakukan?” tanya Kai.
“Nikahi Luna.”
Semua orang tampak membelalakkan matanya, apalagi Kai yang tidak habis pikir dengan ucapan Papanya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
🌸so0bin🌸
kasian luna terlalu lugu tapi harus terikat pernikahan yg mungkin tidak membahagiakan baginya
2023-09-27
1
Vina Eka Wahyuni
Mark itu siapa nya medina
2023-09-05
1
Arsyad Al Ghifari🥰
Thor setatus Mark di keluarga mahaprana itu apa ya ..ko selalu ada dia di setiap hari
2023-05-05
1