Kyo segera memasuki sebuah elevator dan menekan tombol 10, untuk mencapai lantai yang menjadi tempat tujuannya saat ini. Karena saat ini sang paman Kana sedang menunggunya di restoran Hilton Tokyo Odaiba yang berada di lantai 10.
Kyo segera mengengedarkan pandangannya untuk mencara paman Kana setelah memasuki restoran itu. Hingga akhirnya dia mulai melihat sosok pamannya yang duduk di sebuah bangku restoran keplas VIP.
"Selamat malam, Paman. Maaf jika aku sedikit terlambat. Karena malam ini adalah pertama kalinya aku mendatangi gedung Hilton Tokyo Odaiba ini, jadi aku sedikit kesulitan menemukan restoran ini." ucap Kyo dengan nada rendah.
Karena sebenarnya di dalam gedung Hilton Tokyo ini bukan hanya ada satu restoran saja, melainkan ada beberapa restoran besar. Bahkan Kyo harus mencari dan bertanya beberapa kali kepada pelayan restoran untuk menemukan paman Kana.
"Benar-benar mencerminkan orang yang tidak berkarakter dan rendahan!" cibir sang paman begitu lirih, namun meskipun begitu, Kyo masih saja bisa mendengar semua itu dengan baik.
"Duduklah. Ada yang ingin aku sampaikan padamu." imbuh sang paman bersikap lebih ramah.
Kyo segera duduk di hadapan pria paruh baya itu masih dengan sikap yang sopan seperti biasanya.
"Aku harus menyampaikan sebuah berkas kepada klienku di Richmond Hotel pekan depan. Namun karena saat itu aku akan sangat sibuk, maka aku ingin meminta tolong kepadamu untuk mengantarkannya. Apa kamu bisa melakukannya, Kyo? Kamu bisa mengantarkannya setelah kamu pulang bekerja kok. Untuk waktu dan tempatnya secara detail, aku akan memberitahukan kepadamu secara lengkap saat mendekati waktu pertemuan itu. Bagaimana? Apa kamu bisa membantuku, Kyo? Aku janji, aku akan memperlakukanmu dengan lebih baik dan membujuk bibi Kana juga untuk lebih berbuat baik kepadamu. Aku benar-benar tidak tau harus meminta tolong kepada siapa karena orang-orangku juga akan sibuk saat itu."
Ucap sang paman dengan raut seperti orang yang sedang kebingungan saja.
Tanpa pikir panjang, Kyo yang memang pada dasarnya berhati baik dan suka menolong segera menjawabnya dengan senyum tulusnya.
"Baik, Paman. Paman tidak perlu khawatir. Aku akan mengantarkan berkas itu untuk klien yang paman maksud."
Mendengar jawaban dari Kyo, membuat pria paruh baya itu tersenyum lega dan penuh binar. Dia bahkan segera mengajak Kyo untuk bersulang.
"Aku tau kamu pasti akan membantuku untuk melakukannya. Kamu memang benar-benar baik dan bisa diandalkan. Ayo kita bersulang dulu! Ini adalah red wine terbaik yang aku pesan malam ini untukmu!" ucap sang paman penuh binar dan mengangkat gelas wine miliknya untuk bersulang.
Kyo meladeninya dengan ramah dan mereka bersulang lalu minum bersama.
...🍁🍁🍁...
Ryuma yang malam ini sedang makan bersama dengan sang nenek di kediaman rumah besar Aizen bersama sang papa, tak sengaja melihat sesuatu yang cukup mengejutkannya.
Beberapa hari yang lalu dia berusaha untuk mengingat sesuatu, namun dia tak berhasil mengingatnya. Dan kini dia sudah berhasil mengingatnya dengan baik.
Sebuah kalung dengan liontin kebiruan terlihat sudah melingkar manis pada leher sang nenek, nyonya besar Mamo Aizen. Dan desain maupun segala bentuk dari kalung tersebut sangat sama persis dengan kalung yang dikenakan oleh seorang pemuda yang pernah ditemuinya beberapa malam yang lalu saat mengikuti seminar dan workshop di Hilton Tokyo Odaiba.
Menyadari hal ini tentu saja Ryuma merasa terkejut bukan main. Dan tentunya dia sangat penasaran. Selama ini neneknya selalu saja memakai aksesoris ataupun perhiasan yang tidak pasaran. Bahkan sang nenek sering sekali memesan sesuatu yang sangat khusus dan hanya dirinyalah satu-satunya yang memilikinya.
Lalu mengapa perhiasan yang dikenakan sang nenek bisa sangat persis dengan perhiasan yang dikenakan oleh pemuda yang malam itu ditemuinya? Ataukah semua ini hanyalah sebuah kebetulan? Ataukah sang nenek dan pemuda itu memang saling mengenal?
Bertubi pertanyaan memenuhi kepala Ryuma, hingga tak sadar dia malah mengjentikan akfifitas makannya dan hanya melamun sambil memikirkan senua itu. Namun karena merasa sangat penasaran, akhirnya dia mulai berniat untuk menanyakan hal itu langsung kepada sang nenek.
"Putraku Ryuma, ada apa? Apa ada sesuatu yang mengganggu dirimu saat ini, Ryuma?" tanya papanya-Akashi Aizen.
"Uhm. Aku baik-baik saja, Papa." jawab Ryuma berusaha untuk tetap bersikap jika dia baik-baik saja.
Namun dia mulai menatap kembali Mamo Aizen yang masih sibuk menikmati sup hangatnya dengan tenang dan elegan. Karena sudah merasa sangat penasaran, akhirnya Ryuma memutuskan untuk bertanya langsung kepada sang nenek.
"Nenek, apakah aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Ryuma memberanikan diri.
"Hhm. Tanyakan saja, Ryuma. Ada apa?" tanya nyonya besar Mamo Aizen yang sesekali melirik cucunya dengan wajah teduhnya.
"Kalung yang sedang nenek pakai ... apakah ada orang lain yang memilikinya juga?" tanya Ryuma dengan hati-hati.
Mamo Aizen menunduk dan kemudian menyentuh kalung indah berliontin kebiruan yang terlihat elegan dan mewah itu, lalu wanita tua itu tersenyum hingga membuat guratan-guratan halus di wajahnya semakin terlihat nyata.
"Ohh ... kalung ini ya? Sebenarnya tidak mungkin orang lain bisa memilikinya." ucap nyonya besar Mamo Aizen dengan senyum tipis. "Kalung ini hanya ada 3 di dunia ini. Dan dibuat khusus oleh perancang perhiasan langganan nenek-Ruby Shine hanya untuk keluarga inti Aizen." imbuhnya lagi masih menatap liontin biru pada kalung yang sedang dia kenakan saat ini.
"Lalu apakah perhiasan itu bisa ditiru pembuatannya, Nenek? Dengan membuat barang palsunya? Uhm ... maksudku apakah ada di dunia ini ada barang yang bisa menyerupainya?" tanya Ryuma lagi masih sangat penasaran.
"Meskipun bisa ditiru, namun pastinya akan sangat terlihat jika kedua benda itu berbeda. Perhiasan dari Ruby Shine sangat berbeda dengan perusahaan lainnya. Dan nenek sudah sangat hafal dengan semua itu." jawab nyonya besar Mamo Aizen.
"Uhm ... nenek mengatakan jika hanya keluarga inti Aizen yang memilikinya? Dan hanya ada 3 kalung yang sama di dunia ini?" tanya Ryuma bergumam pelan.
"Benar sekali. Satu kalung itu disimpan oleh papamu, Akashi. Dan satu kalung lainnya lagi ... seharusnya sudah hancur dan menghilang bersama dengan kecelakaan saat itu." ucap nyonya besar Aizen demgan raut wajah yang mulai berubah nanar, karena mengingat kecelakaan maut 25 tahun yang lalu yang dialami oleh putranya bersama dengan menantu dan cucunya.
"Ehem, Ryuma. Jangan membahas ini lagi. Ini akan membuat nenekmu merasa sedih lagi. Ayo cepat habiskan makananmu. Kelak, papa akan memberikan kalung itu untukmu." ucap Akashi Aizen berusaha mencairkan suasana kembali.
"Ibu. Makanlah dulu ..." imbuh Akashi Aizen terlihat begitu mempedulikan dan mengkhawatirkan Mamo Aizen.
Wanita tua itu hanya tersenyum hangat lalu berkata, "Meskipun sudah berlalu 25 tahun, tapi nenek masih merasakan jika semua itu baru saja terjadi beberapa hari yang lalu ..." ucapnya lirih.
Ucapannya itu menandakan jika dia masih begitu kehilangan dan terpukul atas kejadian itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Fenty Dhani
pasti itu jebakan...awas Kyo jangan sampai lengah
2024-01-18
0
Jennie
paman Kana pura-pura baik pasti ada sesuatu semoga Kyo bisa menghindari nya
2023-06-15
1
🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ
astaga paman kana ini suka meremehkan dan menghina Kyo keterlaluan sekali
2023-06-04
1