Di sepanjang perjalanan Kana hanya terdiam dan sama sekali mengabaikan Kiro. Di dalam kepalanya, dia hanya memikirkan Kyo yang hari ini sedikit berbeda dari biasanya. Kyo yang tidak jadi menjemputnya dan malah menemui wanita lain? Sungguh tidak seperti sosok suami yang dia kenali selama ini.
Sesampainya di rumah besar Zaraki, ternyata sang bibi melihat kedatangannya. Dengan wajah sumringah sang bibi menyambut Kana dan Kiro.
"Wah wah ... sudah cukup lama bibi tidak melihat kalian bersama seperti ini. Lagipula dimana suamimu yang payah itu? Bukannya menjemputmu, tapi malah kelayapan sendiri! Huhhh!!" celutuk samg bibi mulai kesal karena mengira Kyo malah pergi kelayapan dan melalaikan tugasnya.
"Tidak masalah, Bibi. Aku akan selalu siap untuk mengantar Kana kok. Meskipun sesibuk apapun itu, tapi bagiku Kana lah yang utama untukku." kawab Kiro dengan sengaja, agar sang bibi semakin mendukungnya untuk merebut Kana dari Kyo.
Kana hanya terdiam dan tak menyauti apapun. Dia masih terus memikirkan Kyo yang bahkan belum sampai di rumah besar Zaraki.
"Nah begini baru mantu idaman! Sudah tampan, cerdas penyayang, baik hati, selalu memperhatikan pasangan, memiliki pekerjaan bagus di usia muda." bibi Kana terus memuji Kiro hingga membuat Kiro semakin percaya diri.
"Mengapa kamu tidak menceraikan Kyo saja, Kana? Lalu ... menikah dengan Kiro saja?" imbuh sang bibi.
Kana cukup terkejut mendengarkan ucapan dari sang bibi. Dia sungguh tak menyangka bibinya bisa mengatakan hal seperti itu. Menyuruhnya untuk bercerai dengan Kyo dan menikah dengan Kiro? Sungguh sangat konyol. Karena pernikahan bukanlah sebuah permainan baginya.
"Aku masuk dulu. Tiba-tiba kepalaku terasa pusing. Permisi ..." ucap Kana dengan nada rendah dan berusaja untuk menghindari sang bibi yang sudah berbicara omong kosong.
"Ehh?? Kana!" sergah sang bibi.
"Sudah, Bibi. Biarkan saja Kana beristirahat. Hari ini dia memang terlihat sedikit berbeda saat di kampus. Dan mungkin karena kelelahan." ucal Kiro.
"Oh, ya sudah. Ayo masuk dulu, Nak Kiro! Kebetulan hari ini bibi tidak ada perkumpulan golf. Jadi bibi ingin menghabiskan waktu bersama denganmu untuk membahas lamaranmu." ucap sang bibi sumringah.
"Maaf, Bibi. Tapi sepertinya aku tidak bisa berlama-lama disini. Karena akan pergi mengurus sedikit hal di kantor. Mungkin lain waktu aku akan datang untuk berkunjung dan membahasnya, Bibi." balas Kiro dengan ramah.
Yeap, Kiro memang selalu ramah dengan Kana dan keluarga besarnya. Memang pada dasarnya dia memiliki kepribadian yang seperti itu. Namun dia tak akan bisa ramah dengan pemuda yang berusaha untuk mendekati Kana. Terlebih kepada Kyo yang kini sudah merebut Kana darinya. Dan Kiro juga sudah bertekad akan merebut Kana kembali.
"Aahh ... baiklah. Bibi akan membujuk Kana dulu untuk menceraikan pemuda miskin itu dulu. Setelah itu kalian menikahlah ..." sahut sang bibi dengan seulas senyum, yang membuat guratan-guratan halus itu semakin terlihat nyata.
"Baik, Bibi. Aku juga tidak akan menyerah untuk merebut Kana kembali." sahut Kiro begitu percaya diri.
Disaat itu tiba-tiba saja sebuah Lexus hitam metalik mulai terparkir di halaman rumah besar Zaraki. Kyo mulai menuruni mobil itu. Namun disaat Kyo akan menyapa dan memberi hormat untuk sang bibi, sang bibi malah tak menghiraukannya dan berbicara kembali dengan Kiro.
"Baiklah. Bibi tidak sabar untuk segera melihat kamu dan Kana akan segera menikah. Lagipula bibi tidak pernah menyetujui pernikahan mereka. Dan mereka pasti akan segera bercerai." ucap sang bibi dengan sengaja mengeraskan suaranya dan mengantar Kiro untuk memasuki mobil mewahnya.
Bahkan sang bibi bertingkah seolah-olah dia tidak melihat kehadiran Kyo saat ini.
"Baik, Bibi. Aku juga tidak sabar untuk menunggu hari itu tiba." balas Kiro yang berhenti di dekat mobilnya. "Baiklah. Kalau begitu aku permisi dulu, Bibi. Aku akan segera mengunjungin bibi lagi."
"Baiklah. Hati-hati ..."
Sang bibi masih menunggu kepergian mobil Kiro dari kediaman rumah besar Zaraki. Setelah itu wanita paruh baya yang selalu berpenampilan super wow dan elegan itu segera melenggang untuk memasuki rumah besar Zaraki dan melewati Kyo begitu saja.
Melihat semua ini Kiro hanya menghela nafas lalu juga segera memasuki rumah itu. Dia segera menuju ke kamarnya dan masih mententeng sebuah tas pipih berwarna gelap. Karena dia baru saja membeli sebuah laptop yang akan dia gunakan untuk belajar management dan beberapa program komputer.
Ketika memasuki kamarnya, dia melihat Kana yang sedang duduk bersantai sambil menikmati sebuah drama TV. Dia juga memakan beberapa cemilan. Namun anehnya kali ini, Kana tidak menyambutnya dengan antusias seperti biasanya. Dan ini sedikit aneh.
"Kakak sudah pulang?" sapa Kana yang hanya menatap Kyo dari kejauhan saja.
"Hhm. Iya."
Jawaban singkat yang sebenarnya terdengar sangat ramah dan hangat itu, malah membuat Kana semakin berpikiran jauh dan membayangkan wanita seperti apa yang telah ditemui oleh suaminya beberapa saat yang lalu, hingga dia meninggalkan dirinya begitu saja di kampus?
"Apa sudah selesai bertemunya dengan wanita itu?" sebuah pertanyaan dengan nada kesal tiba-tiba saja dilontarkan oleh Kana.
Kening Kyo berkerut mendengarkan kalimat tanya itu. Dia mencoba mengingat-ingat sesuatu dan akhirnya mulai menjawabnya.
"Sudah kok. " jawab Kyo masih dengan ramah dan mulai meletakkan tas pipihnya di atas sebuah meja di hadapan Kana.
Jawaban dari Kyo tentu saja sukses membuat Kana semakin kesal dan merasa cemburu. Karena gadis cantik ini mengira ternyata suaminya benar-benar menemui wanita lain! Padahal selama ini sang suami sangat jarang berinteraksi dengan para wanita.
Kana tak berkata-kata lagi. Dia memakan keripik kentangnya dengan penuh emosi dan wajah yang terlihat masam. Namun Kyo masih saja tidak mengetahui penyebab Kana kesal seperti itu.
Pemuda itu kini duduk di sebelah Kana dan seakan berniat untuk menyampaikan sesuatu, namun terlihat sangat ragu-ragu.
"Kana ..."
"Hhm ..." sahutan pendek dan terderngar cuek itu terlontar begitu saja dan sungguh tidak seperti biasanya.
"Bolehkah aku meminta tolong kepadamu?" tanya Kyo dengan hati-hati.
"Minta tolong apa, Kak? Mengapa kakak tidak meminta tolong pada wanita itu saja?" jawaban Kana kali ini masih saja dengan nada dingin dan cuek, seakan tidak peduli.
Kyo terdiam berpikir lalu meringis dan mengusap tengkuknya kareja merasa malu dan sangat payah.
"Itu tidak mungkin, Kana. Dan sebenarnya aku cukup malu untuk mengatakan semua ini padamu. Tapi ... aku rasa hanya kamu yang bisa membantuku." jawab Kyo lirih.
Kana mengernyitkan keningnya dan sesekali melirik Kyo yang kini sudah kembali meraih tas pipih hitam itu lagi.
"Aku baru saja membeli sebuah laptop. Dan aku ingin sedikit belajar tentang beberapa pemrograman dan management. Bisakah kamu mengajariku? Aku dengar dari ayah mertua, kamu memiliki IPK yang sangat bagus dan kamu sangat cerdas."
Mendengar ucapan dari Kyo, sepasang mata bening Kana membulat sempurna.
"Maksud kakak adalah ... wanita yang kakak temui adalah penjaga toko dimana kakak membeli laptop itu?"
Kyo terlihat berpikir sejenak lalu mengangguk pelan, "Hhm. Iya, Kana. Memang siapa lagi yang mau aku temui?" ucap Kyo seakan sedang menahan tawa.
Kana masih saja membeku. Rasanya dia sangat malu saat ini dan ingin segera menghilang dari hadapan Kyo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Fenty Dhani
🤭😁😁
2024-01-18
1
Matthias Von Herhardt
pengen ku slending si bibinya itu ckkkk....
2023-10-09
2
Ymmers
itu bibir si bibi di rawitin aja thor 😠
2023-06-24
0