Benarkah?

...~Happy Reading~...

"Callie... "

Gadis itu langsung mendongakkan kepala nya, menatap pada sosok laki laki yang baru saja memanggil nya dengan nama depan.

Di kantor, Callie masih mengenakan nama Anna. Karena memang sejak awal, dirinya sudah memakai nya tersebut. Walau pada akhirnya ia sudah ketahuan.

"Ngapain kamu kesini!" pekik Callie tertahan.

"Apakah begini cara mu bekerja? Ckckck, begini kah cara karyawan disini menyambut tamu?" ujar laki laki itu dengan sengaja mengeraskan suara nya agar terdengar oleh beberapa karyawan lain nya.

Menarik napas panjang, lalu Callie menghembuskan nya perlahan.

"Ada yang bisa saya bantu, tuan Arnold!" tanya Callie mencoba sopan namun begitu menahan geram.

Arnold tersenyum tipis, ia begitu puas melihat wajah sepupu nya yang begitu kesal.

"Nona Calliena, apakah atasan mu ada? Karena saya ada urusan penting dengan nya," jawab Arnold semakin menahan tawa saat melihat wajah sepupu nya yang sudah memerah menahan marah pada nya.

Belum sempat Callie menjawab pertanyaan Arnold. Tiba tiba pintu milik Davis terbuka, menampilkan sosok laki laki yang langsung menatap ke arah Callie dan Arnold.

"Nah, Tora. Kebetulan kamu keluar, bawa tuan ini ke dalam. Aku sibuk!" ucap Callie kepada Tora yang secara kebetulan baru keluar dari ruangan Davis.

'Cepat selesaikan pekerjaan mu, dan segera pergi dari sini!' bisik Callie sebelum akhirnya ia memilih pergi ke toilet guna menghindari Arnold.

Laki laki itu pun segera masuk saat sudah di persilahkan oleh Tora. Dapat ia lihat, saat pertama kali Arnold masuk ke dalam ruangan Davis, dimana dirinya langsung di sambut oleh tatapan maut dari sang empu nya.

"Ada apa?" tanya seorang laki laki yang tengah duduk di kursi kebangsaan nya dengan menatap lurus bin datar ke depan arah Arnold.

"Meeting kita selanjutnya di adakan lusa. bukan hari ini!" imbuh Davis masih bernada datar.

Memang benar, mereka akan melakukan kerjasama dan akan ada jadwal meeting selanjut nya.

Namun, meeting itu akan di lakukan lusa dan itupun bukan di kantor. Melainkan di luar kantor.

"Tidak ada," jawab Arnold begitu santai.

Laki laki itu memasukkan kedua tangan nya ke dalam saku, berjalan melangkah perlahan menuju meja kerja Davis.

"Aku hanya ingin memastikan sesuatu saja," imbuh nya lalu ia mendudukkan diri di depan Davis tanpa di persilahkan lebih dulu.

"Tora, tinggalkan kami!" ujar Davis menatap sekilas ke arah asisten pribadi nya lalu ia kembali menatap pada Arnold.

...🍁🍁🍁...

Sementara itu, di luar ruangan. Kini Callie sudah kembali dari toilet. Ia berusaha sebisa mungkin agar diam dan tak terpancing oleh cibiran dan ocehan dari karyawan lain saat membicarakan nya.

Bagi Callie, dirinya sudah terbiasa akan hal itu. Sejak dulu dimana dirinya selalu mengejar cinta seorang Davis saat sekolah, Callie sudah biasa di perlakuan kurang menyenangkan.

Maka dari itu, ia sudah biasa dan bersikap bodo amat. Selama hal itu tidak menghambat usaha nya untuk memiliki Davis.

"Sepertinya kamu mengenal tuan Arnold?" tanya Tora ketika Callie baru saja mendudukkan diri di meja kerja nya.

"Teman sekolah!" jawab Callie singkat.

"Benarkah?" Tora langsung mengerutkan dahi nya, merasa kurang yakin dengan jawaban yang di berikan oleh Callie.

"Dia orang yang sudah membully bos mu, dulu." Dahi Tora semakin berkerut saat Callie mengatakan hal tersebut.

Benarkah seorang Davis pernah merasakan di bully? batin Tora kurang percaya.

Karena selama dirinya ikut dengan Davis, laki laki itu sangat kuat, tangguh dan berkuasa. Benarkah dirinya pernah di bully?

...~To be continue... ...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***