Tania dan Rendi tiba di sekolahnya. Suasana di sekolah sudah ramai oleh anak-anak yang juga mau cap tiga jari.
"Cie...Ada pasangan baru nih!" Seru Dito, teman satu kelas mereka yang terkenal paling usil mulutnya.
"Mana...Mana...!" Sahut yang lain.
Tania hanya menundukan wajahnya, dia malu diledekin begitu sama teman-temannya.
Tania sadar karena dia hanya anak seorang sopir angkot, sedangkan Rendi kata teman-temannya anak seorang pengusaha sukses.
Bisa jadi benar, melihat tongkrongannya yang serba wah. Mulai dari pakaian dan sepatu bermerk, sampai motor sport yang selalu dibawanya ke sekolah.
Bahkan kalau ada jadwal ekskul sore hari, tak jarang Rendi membawa mobil.
Rendi meraih tangan Tania dan menggandengnya di depan teman-teman.
Raut muka dan senyumannya seolah ingin menunjukan kepemilikannya.
"Kapan lu jadian sama Tania?" tanya Dito saat mereka sudah memasuki kelas.
Tania memilih duduk dengan teman perempuannya.
"Ah, mau tau aja lu dodol!" sahut Rendi lalu menoyor kepala temannya itu.
"Eh, Ren. Gue juga sebenarnya naksir sama Tania. Gue lagi ancang-ancang mau nembak dia setelah kita lulus. Malah elu ngeduluin. ****** lu!" ucap Dito lalu membalas menoyor kepala Rendi.
"Siapa suruh elu kelamaan. Gue embat dulu deh. Hahahaha...!" Rendi tertawa penuh kemenangan.
Padahal dalam hatinya cukup khawatir, karena dia juga belum nembak Tania. Aku mesti cepet-cepet nih, sebelum Dito beneran nembak Tania.
"Dulu Tania sempet gue tembak, tapi katanya dia belum mau pacaran dulu. Makanya gue tunggu sampe kita lulus," sahut Dito.
"Malah elu duluan yang jalan ama dia. Eh, elu beneran udah jadian ama Tania?" tanya Dito kepo.
Rendi gelagapan mendengarnya. Aduh, aku mesti jawab apaan nih? Kalau aku jawab belum, entar disosor Dito. Tapi kalau aku jawab sudah, bagaimana kalau Tania nolak aku?
"Beneran lah, masa bohongan. Elu kan liat sendiri tadi gue kesini bareng Tania," jawab Rendi dengan percaya diri.
Bohong dikit gak apa-apa deh. Daripada nanti diserobot Dito.
Rendi melirik ke bangku Tania. Tepat saat Tania juga sedang menatapnya.
Kenapa aku jadi deg-degan begini ya? Rendi tersenyum lalu kembali fokus mendengarkan wali kelasnya menjelaskan tentang acara perpisahan besok.
Lalu satu per satu nama mereka dipanggil untuk melakukan cap tiga jari.
"Yang sudah cap tiga jari, boleh pulang," ucap wali kelas mereka.
Untung nomor absen Dito duluan. Jauh dari nomor absen Tania. Aku juga lebih dulu dari Tania. Cuma beda satu angka saja. Aman. Rendi tersenyum bahagia.
"Eh, ngapain lu senyam senyum sendiri? Udah gila lu ya?" tanya Dito.
"Iya. Gue gila karena cinta," jawab Rendi asal.
"Lebay lu! Baru juga jadian udah gila aja. Emang udah lu apain si Tania?" tanya Dito lagi menunjukan keusilannya.
"Rendi! Dito! Bisa tidak kalian diam?" teriak wali kelas mereka, karena dua anak ini dari tadi ribut terus.
"Tuh, diem lu! Berisik mulu!" bisik Rendi kepada Dito.
"Elu tuh yang berisik!" Dito tidak mau disalahkan.
"Kalau kalian tidak bisa diam, silakan keluar!" wali kelas itu berteriak lagi.
Dua anak lelaki lemes itu langsung terdiam. Rendi menundukan wajahnya, sambil melirik ke arah Tania.
Gila! Aku malah diomelin guru di depan Tania. Gara-gara Dito rese nih.
Tania yang merasa sedang dilirik, memberikan senyuman manisnya pada Rendi.
Alamak, manis sekali senyumnya. Selesai ini aku akan beneran nembak Tania. Rendi membayangkan dia akan mengajak Tania ke sebuah tempat yang romantis dan akan mengungkapkan perasaannya pada Tania.
Tapi bagaimana kalau Tania menolakku? Ah, tidak mungkin. Mana ada cewek di sekolah ini yang menolakku. Rendi merasa percaya diri.
Di sekolah Tania, Rendi memang terkenal playboy cap kadal. Dia sering berganti-ganti pacar. Dari yang anak pejabat sampai anak tukang bakso, asal bohay pasti di pacari Rendi.
Tania yang sebenarnya juga suka sama Rendi, tidak pernah berani mendekat seperti cewek-cewek lain yang sukanya pedekate.
Bagi Tania, Rendi tak mungkin digapai. Tania hanya menyimpan perasaannya dalam hati saja. Dan Tania tidak pernah menggantikan posisi Rendi di hatinya, walau pun dia sadar cintanya bertepuk sebelah tangan.
Itu juga alasannya kenapa Tania tidak mau menerima ungkapan cinta Dito. Bukan karena tidak mau pacaran dulu, tapi Tania selalu berharap suatu saat Rendi akan menembaknya.
"Dito!" panggil wali kelas.
"Tuh, elu dipanggil!" ucap Rendi kakinya menendang kaki Dito.
"Iya! Gue denger, dodol! Lu kira gue budeg!" sahut Dito lalu beranjak dari duduknya.
"Ya kali!" Rendi menyahut sambil tertawa pelan.
Wali kelas menatap tajam Rendi yang tak bisa diam. Rendi menunduk.
"Keluarin aja tuh, Bu. Berisik mulu dari tadi," ucap Dito melihat wali kelasnya melototin Rendi.
"Duduk kamu! Kamu juga tidak bisa diam!" bentak guru itu. Dito menurut seperti kerbau dicucuk hidungnya.
Hampir satu jam, akhirnya nama Tania dipanggil. Rendi masih setia menunggu di dekat pintu kelas. Dia takut Tania diserobot Dito.
"Lu kagak pulang, Ren? Mau nganterin bu Siska ya?" ledek Dito.
"Gue nungguin kekasih hati dong. Elu aja tuh yang jomblo ngajak kencan bu Siska!" sahut Rendi.
"Eh, jangan bawa-bawa jomblo dong. Gue jomblo juga gara-gara Tania menolak gue. Coba kalau enggak, gigit jari lu!" Dito membela diri.
"Ditolak aja bangga!" seru Rendi.
"Banggalah. Itu artinya juga gentle, berani mengungkapkan perasaan!" sahut Dito.
Tania muncul dan sudah berada di dekat mereka. Tania sempat mendengar kata-kata Dito tadi.
Dito menggaruk lehernya karena malu. Padahal Tania sendiri sebenarnya juga tidak enak sama Dito karena pernah menolaknya.
"Udah selesai? Ayo pulang!" ajak Rendi lalu menggandeng tangan Tania dan pergi meninggalkan Dito sendirian.
"Ya gue ditinggal. Eh, dodol! Tungguin!" seru Dito. Lalu mengejar Rendi yang mengajak Tania berjalan lebih cepat.
"Eh, kalian mau kemana sekarang?" tanya Dito setelah mensejajari langkah mereka.
"Pacaran!" sahut Rendi singkat.
"Gak usah pamer juga kali! Gue ikut ya?" pinta Dito.
"Terus elu mau liatin kita pacaran? Entar elu kepingin, lagi!" sahut Rendi.
Tania yang berjalan di sebelah Rendi tidak faham sama sekali dengan yang dibicarakan kedua temannya ini.
Siapa yang mau pacaran? Rendi kan bukan pacarnya. Apa Rendi mau mengajaknya melihat dia pacaran dengan cewek lain?
Tania berusaha melepaskan tangannya. Tapi Rendi semakin erat menggenggam tangan Tania.
"Udah lu pulang sana! Gangguin aja! Entar sore gue ke rumah elu!" seru Rendi pada Dito.
"Iya. Iya. Gue pulang. Dasar lebay!" sahut Dito sambil menggerutu.
"Kamu mau nganter aku pulang, Ren?" tanya Tania pelan.
Tania berharap Rendi mau mengantarnya, lumayan ngirit ongkos. Nanti sore bisa buat jajan cilok dekat rumahnya.
"Kita jalan dulu yuk?" ajak Rendi.
Rendi tidak mau ketauan sama Dito kalau dia hanya mengantar Tania pulang. Bakal ketahuan bohongnya. Karena dia dan Tania belum pacaran beneran, tapi pacaran dadakan.
"Kemana?" tanya Tania.
Dalam hati Tania berbunga-bunga, akhirnya Rendi mengajaknya jalan juga.
"Kamu maunya kemana?" Rendi balik bertanya.
Aduh, kemana ya? Tania bukan anak yang suka jalan. Jadi tidak tau tempat yang enak buat nongkrong.
"Terserah kamu," jawab Tania pasrah.
"Oke. Kita cari tempat yang enak buat ngedate," ucap Rendi pelan, tapi terdengar bagai geledek di telinga Tania.
Ngedate? Mereka kan tidak sedang pacaran. Atau Rendi beneran mau mengajaknya pacaran? Aduh, gimana ini?
Tania menganggukan kepalanya lalu menunduk menyembunyikan wajahnya yang merona.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments