“Lalu kita bikin rencana apa nih?” tanya Jesy.
“Entah, aku bingung.”
“Bingung kenapa?” tanya Birma.
“Ada banyak persoalan yang harus kita selesaikan,” ucap Danar.
“Pertama masalah Juna, kedua masalah Elin, ketiga masalah kakek mereka,” sambung Danar.
“Kalau gitu kita fokus ke Juna aja gimana?” usul Jesy.
“Ya itu ide bagus,” sahut Birma.
Mereka semua duduk di cafe itu sembari mengatur rencana, Birma akan mendekati Juna terlebih dulu dan membiarkan Juna bercerita tentang boneka jelangkung tersebut.
Sedangkan Jesy dan Danar akan berusaha menjauhkan makhluk itu dari Juna.
Aku berharap mereka bisa mengusir makhluk itu dari Juna.
Aku pun ikut Birma pulang ke rumah, saat di rumah terlihat Juna tengah duduk di meja makan sembari berbicara sendiri.
Ada pemandangan aneh dari Juna, ia menyediakan sepiring makanan di sebelahnya.
“Ini buat siapa Jun?” tanya Birma.
“Buat Elin lah,” sahut Birma.
Aku melihat dengan jelas makhluk itu mengisap sari-sari makanan yang ada di piring tersebut.
Birma mulai membuka obrolan.
“Elin? Kamu yakin itu Elin? Itu bisa saja arwah atau bahkan jin lain yang ada di sekitar rumah ini,” ucap Birma.
“Tapi aku merasa nyaman jadi aku yakin Elin bersamaku.”
“Jun kamu jujur sama aku, kamu menyembunyikan apa sih? Kamu akhir-akhir ini berubah,” ucap Birma.
Brak!
Juna tiba-tiba memukul meja dengan kencang.
“Memangnya aku menyembunyikan apa? Udah lah aku ke kamar aja!” ucap Juna beranjak dari tempat duduknya.
“Kok Juna jadi gini sih?” ucap Birma.
Aku sendiri tidak berani mengikuti Juna karena ada makhluk itu bersamanya.
Aku mau tidak mau harus bersabar dan lebih mengikuti Birma.
Waktu semakin berjalan, hingga malam pun menjelang. Suasana rumah cukup sepi karena semua orang telah masuk ke dalam kamar masing-masing.
Birma yang merasa tidak enak hati karena telah membuat Juna marah pun berniat untuk meminta maaf kepada Juna.
Birma keluar dari kamarnya sembari aku buntuti dari belakang.
Tanpa mengetuk pintu Birma masuk ke dalam kamar Juna dan betapa terkejutnya Birma, melihat Juna tengah duduk di lantai sambil memegangi boneka jelangkung itu.
“Astagfirullah Juna! Kamu gila ya!” pekik Birma cukup nyaring hingga membuat mama dan om Mirwan keluar dari kamar.
“Ngapain kamu masuk ke kamarku? Keluar!” bentak Juna.
“Ada apa ini?” om Mirwan berdiri di ambang pintu kamar Juna.
“Astagfirullah Juna apa yang kamu lakukan?” pekik mama yang langsung masuk ke dalam kamar Juna.
Mata Juna melotot, wajahnya mulai memerah seakan sebentar lagi akan ada bom yang meledak.
“Keluar kalian!” bentak Juna.
Mama yang sama sekali belum pernah melihat Juna semarah itu pun langsung terkejut, mama seakan tidak menyangka jika Juna bisa membentaknya.
“Juna apa yang kamu lakukan Nak? Itu apa yang di tanganmu?” ucap mama.
“Kalian semua jangan mendekat! Keluar!”
Tiba-tiba tubuh Juna kaku matanya memerah aku melihat makhluk itu seperti memeluk Juna dan bergelantungan di punggung Juna.
“Lepasin Juna!” ucapku pada makhluk itu.
Aku memegangi tangannya dan berusaha menariknya dengan kuat agar dia melepas pegangannya dari Juna.
Makhluk itu seakan marah dia mendorongku dengan kuat hingga membuatku terpental.
“Juna! Kamu harus sadar Jun!” teriakku.
“Juna!”
“Birma ayo pegangi Juna!” pinta om Mirwan.
Papa baruku itu bersama putra pertamanya memegangi Juna dengan kuat, Juna sempat meronta dan mendorong Birma hingga Birma terpental ke dinding.
“Birma!” ucap mama sembari membantu Birma bangun.
“Pa, sepertinya Juna kerasukan. Kita ikat aja dulu dia Pa,” ucap Birma.
Om Mirwan dengan sekuat tenaga memegangi Juna, Juna beberapa kali meronta bahkan sempat menendang om Mirwan.
Namun karena tubuh om Mirwan yang kekar dan besar Juna sedikit kesulitan.
Birma membantu om Mirwan untuk mengikat Juna, mau tidak mau Juna harus di tenangkan terlebih dulu.
Kaki dan tangan Juna diikat kuat dengan menggunakan lakban.
Mulut Juna terus mengumpat kepadaku.
“Kamu anak sialan! Aku akan membawamu sampai ke neraka!” ucapkya sembari menatapku.
Aku pun mundur dan berlindung di belakang tubuh Birma.
Tidak lama Birma menghubungi Jesy dan juga Danar Birma meminta bantuan kepada mereka berdua untuk menolong Juna.
Namun rupanya om Mirwan memiliki usul lain.
“Dania kamu tolong pergi ke rumah pak ustadz yang ada di sebelah rumah kita ya bilang kalau ada yang kesurupan,” ucap om Mirwan pada mama.
Tanpa bertanya apa pun mama berlari keluar rumah untuk memanggil ustadz yang om Mirwan maksud.
Tidak lama mama datang bersama seorang pria paruh baya mengenakan peci putih.
“Ada apa ini pak Mirwan?” tanya ustadz itu.
“Bisa tolong anak saya pak ustadz tiba-tiba dia mengamuk. Dan saat saya masuk dia lagi memegang benda itu,” ucap om Mirwan sembari menunjuk boneka jelangkung yang ada di lantai.
“Astagfirullah kenapa bisa sampai anak anda bermain dengan benda seperti ini,” ucapnya.
“Saya juga tidak tahu pak, kalau bukan karena suara Birma saya gak akan tahu,” sahutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments