"Ta-tapi bukankah ini gudang?" tanya Ayla mencoba untuk protes. Jiwa nona muda nya seakan meronta-ronta.
"Heh, kenapa memang kalau ini gudang? Apa kau pikir aku akan memperlakukan mu bak ratu? Dalam mimpi mu."
"Ta-tapi kata Malvin. Eh Willy, kamu adalah suami ku."
Marvel tersenyum smirk, sudut bibir sebelah kirinya terangkat sempurna.
"Memang benar, tapi kau hanyalah istri di atas kertas. Jika kau tidak katakan siapa pemilik kalung ini, maka jangan harap kau bisa lepas dariku."
Ayla semakin bingung, pikirannya semakin ruwet sekarang. Sepertinya ia butuh meditasi untuk mencerna semua yang terjadi selama satu hari ini.
“Aku tidak tahu, aku tidak mengingat apapun. Yang ku ingat kamu adalah Kakak Edric yang sangat menyayangiku.” Hingga setelah beberapa saat, hanya inilah yang dapat Ayla ucapkan. Gadis itu menatap Marvel dengan sendu, dan entah kenapa pria itu merasakan ada rasa sesak di dalam relung hatinya yang terdalam.
Tidak mau berlama-lama lagi, dan membuat perasaan ini semakin gundah. Pria itu memilih untuk beranjak dari sana tanpa berkata sepatah kata pun.
"Aku harus kembali ke mansion Lawrence. Aku akan mencari tahu apa yang terjadi," batin Ayla.
.
.
.
Sementara di belahan bumi yang lain, seorang pria bernama Genio Asher telah kembali menjalani kehidupan normalnya.
Sembari menemani adik-adiknya untuk belajar, pria itu membuka ponsel dan terus memantengi berita terbaru tentang Ayla Navara.
Namun yang ia dapat adalah berita beberapa bulan yang lalu. Dimana Ayla dinyatakan semakin kritis hingga mengundang dokter dari luar negeri.
"Kau sudah kembali atau belum?" batin pria itu merasa khawatir. Meski sedih harus berpisah dengan Kiara, tapi ia harus tetap menjalani kehidupan nyata ini.
"Kamu sudah kembali, Nak? Tiga bulan yang lalu ada temanmu yang mengatakan kalau kamu ada pekerjaan mendadak di luar kota. Sebenarnya kamu kerja apa, Nak? Kenapa sering sekali menghilang tiba-tiba?"
Genio menghela napasnya, pertanyaan beruntun itu membuatnya bingung harus menjawab apa.
"Sebuah pekerjaan yang sangat berat, Sus. Karenanya aku akan mencoba mencari pekerjaan disini. Jadi aku tidak akan menghilang tiba-tiba lagi," jawab Genio akhirnya sembari tersenyum kecil.
"Bagus lah, Nak. Sekarang ayo kumpulkan semua adik-adikmu. Kita akan makan malam bersama."
"Siap, Suster ku yang cantik," ujar Genio sembari mengerlingkan sebelah matanya.
"Kamu ini," ujar Suster sembari menggeleng-gelengkan kepala.
.
.
.
Setelah merapikan sedikit sudut gudang, Ayla duduk dengan beralaskan pada kardus.
"Hachi," wanita itu bersin, bukan hanya kali ini. Tapi sudah berkali-kali sejak ia mencoba untuk membersihkan gudang penuh debu ini.
Belum lagi rasa lapar mulai mendera, dari sejak sadar dari koma ia bahkan belum makan apapun. Padahal ia merasa tubuhnya sangat lemah.
Ingin mencari makan pun ia tidak memiliki uang. Di dapur juga tidak ada apapun, rumah ini seperti tidak pernah ditinggali terlebih Marvel belum kembali sejak tadi.
"Lebih baik aku tidur, mungkin tenaga ku bisa kembali besok pagi. Aku akan mencari mansion Lawrence dan membatalkan pertunanganku dengan kak Edric. Tidak masalah untuk memberinya sedikit pelajaran atas penderitaan ku hari ini," gumam wanita itu masih menolak percaya bahwa ia bukanlah Alice Lawrence.
Dan benar saja, pagi-pagi sekali wanita itu telah bersiap untuk mencari mansion Lawrence. Meski masih merasa lemah tapi ia jauh lebih segar setelah tidur semalaman.
Krukkk, krukkk.
Ayla memegang perutnya kala mencium wangi bubur ayam yang sangat menggoda. Ingin sekali rasanya ia memesan satu mangkuk, tapi saat merogoh kocek ia tidak menemukan apapun sebagai alat pembayaran. Bahkan perhiasan yang biasa melekat di tubuhnya juga menghilang semua.
Pada akhirnya wanita itu hanya bisa menelan ludahnya sendiri. Berharap bisa kenyang tanpa harus makan. Ia pun lanjut berjalan, menyusuri gang kecil tempat dimana rumah yang semalam ia tumpangi terletak.
"Kenapa jalannya asing sekali," gumam wanita itu saat memandang pada jalan raya. Selama menjadi Alice, ia merasa sudah cukup hapal dengan jalan-jalan di Kota Lotus. Tapi kenapa ini asing sekali?
Dengan pelan ia kembali beranjak. "Ibu, apa ibu tahu jalan menuju Kota Lotus?"
Wanita paruh baya yang ditanya pun hanya bisa mengernyit. "Kota Lotus? Maaf, Nak. Tapi saya sama sekali belum pernah mendengar ada kota dengan nama seperti itu."
Deg.
"Lalu ini kota apa, Bu?"
"Ini adalah Kota Lexus. Apa kamu orang baru disini?"
Dengan pelan Ayla mengangguk. "Kalau begitu apa Ibu tahu dimana letak terminal?"
"Terminal ya? Tidak jauh dari sini, kamu tinggal lurus saja. Di perempatan kamu belok ke kiri, di sana ada sebuah pasar tradisional dan di depannya adalah terminal."
"Baiklah, terima kasih banyak, Bu."
"Sama-sama," jawab ibu itu sembari tersenyum.
Sementara Ayla kembali melanjutkan perjalanan dengan tertatih. Sebentar-sebentar gadis itu beristirahat bersandar pada pohon, atau jika ada kursi dia akan duduk terlebih dahulu sebelum lanjut berjalan.
Peluh sudah membasahi dahi, penampilan gadis itu benar-benar berantakan. Terlebih ia masih memakai pakaian pasien rumah sakit. Tubuhnya merasa lelah namun ia tidak boleh lemah. Ia harus kembali dan membalas perbuatan Edric.
.
.
.
Sementara di rumah sederhana itu, Marvel sedang menggeram kesal. Pria itu tak menyangka, wanita lemah seperti Ayla bisa melarikan diri. Tidak tahu saja dia bahwa Ayla pada dasarnya adalah wanita mandiri yang kuat. Walau kali ini terkendala tubuh yang lemah.
"Temukan dia!" ujarnya pada sambungan telepon.
"Siapa? Apa nona Ayla? Dia kabur?" tanya Willy bertubi yang membuat Marvel jengah.
"Sekali lagi kau bertanya, aku benar-benar aku memulangkan mu."
"Siap, aku akan segera menemukannya," balas Willy cepat. Selalu satu kata memulangkan yang akan membuatnya lebih cepat tunduk.
"Sialan," umpat Marvel kemudian keluar dari rumah itu untuk membantu mencari. Bagaimanapun Ayla adalah harapan terakhir untuk menemukan sang kekasih kecilnya.
.
.
.
"Perempatan," gumam Ayla ketika berhasil sampai di sana. Sesuai arahan wanita tadi, Ayla pun melangkah ke jalur kiri.
Setelah beberapa saat berjalan, ia bertubrukan dengan seorang pria. "Eh, maaf," ujar pria itu sembari menahan tubuh Ayla yang oleng.
"Tidak papa," balas Ayla kemudian melanjutkan jalannya tanpa menoleh.
Genio mengernyit. "Kenapa aku merasa tidak asing?" gumamnya sembari memperhatikan wanita yang hanya bisa ia tatap punggungnya itu.
"Mungkin hanya perasaan ku saja." Setelah itu, Genio pun kembali melangkah. Langkah yang berlawanan dengan Ayla. Keduanya berjalan semakin jauh.
"Itu pasar," gumam Ayla lalu tersenyum lebar. Kedua matanya pun memandang ke arah depan pasar itu. Terlihat tempat yang ramai, puluhan bus terparkir dengan rapi di sana. Semakin lebarlah senyuman wanita itu.
Dengan menyeret kakinya, wanita itu semakin semangat melangkah. Hingga di sini lah ia berada, berdiri dihadapan puluhan bus yang membuatnya bingung.
"Mas, mau tanya kalau bus tujuan Kota Lotus itu yang mana?" tanyanya pada seorang pria yang kebetulan lewat sana.
"Tidak tahu," balas pria itu ketus. Sepertinya pria itu sedang memiliki banyak masalah, pikir Ayla.
"Pak, mau tanya kalau bus tujuan Kota Lotus itu yang mana ya?"
Pria paruh baya yang kebetulan sopir bus itu mengernyit. Seumur-umur menjadi sopir bus, baru kali ini ia mendengar ada yang namanya Kota Lotus.
"Maaf, Dek. Sebelumnya saya tidak pernah dengar ada yang namanya Kota Lotus. Mungkin maksud Adek, Kota Lexus ya? Kalau iya ini adalah Kota Lexus, Dek. Kamu tidak perlu naik bus lagi," jelas pria itu sembari tersenyum.
"Tidak, saya mencari Kota Lotus, Pak. Bukan Kota Lexus."
"Bang, ayo jalan! Sudah penuh, nih," teriak sang kernet dari dalam bus.
Pria paruh baya itu pun kembali memulas senyum. "Maaf ya, Dek. Saya harus berangkat dulu."
Ayla hanya bisa mengangguk, ia tidak bisa kekeh menahan pria itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tbc.
Halo teman-teman. Kalau suka jangan lupa tinggalkan like, komen dan rate bintang 5 nya ya ^^
🌼🌼🌼🌼🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Hasan
lanjott
2023-05-01
1
miyura
aaah ...othor aku padamu fake antagonis ada season 2 nya...makasih othor..lanjut...
2023-04-05
2