Bab 2 ~ Seringai di Sebelah Kiri

Dengan tergesa-gesa dua orang pria berjalan menuju ruangan teratas rumah sakit itu. "Apa dia sudah gila? Wanita itu baru sadar," gerutu Austin namun tidak menghentikan langkahnya.

Willy mengangkat kedua bahunya. "Seperti tidak tahu bagaimana sifat teman mu yang satu itu saja."

Keduanya pun semakin mempercepat langkah, naik melalui lift agar lebih cepat.

Sementara di dalam ruang rawat, Ayla masih menatap Marvel dengan bingung. Bagaimana bisa pria itu sangat berubah seperti ini. Padahal baru semalam mereka saling mengikat melalui pertunangan.

Tapi jika dilihat-lihat tubuh pria ini memang sedikit berbeda dari Edric. Marvel memiliki tubuh yang lebih besar dan sedikit lebih tinggi. Sementara pria yang tengah ditelisik itu semakin menunjukkan tatapan tak bersahabat, membuat Ayla sedikit menunduk karena gugup.

Deg.

Hati wanita itu mencelos kala tidak lagi melihat cincin yang semalam disematkan oleh pria itu di jari manisnya. "Apa dia yang membuangnya?" batinnya merasa sesak di dada. Terlebih hal yang sama juga terjadi pada sang tunangan, pria itu pun tak mengenakan cincin pertunangan mereka.

"Aku akan bertanya sekali lagi," ujar Marvel membuat lamunan Ayla buyar. Pria duduk di sofa sembari melayangkan tatapan tajamnya.

"Katakan dengan jujur, dimana keberadaan Lala!"

"Lala?" gumam Ayla sembari mengingat-ingat dimana ia pernah mendengar nama ini.

"Aku tahu. Sudah ku duga Kakak pasti tidak akan melupakan ku," jawab Ayla kembali tersenyum.

"Ck, katakan saja! Tidak perlu berbasa-basi lagi!"

"Lala ... Lala ada disini."

Refleks saja Marvel mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan.

"Kau mempermainkan ku?" ketus pria itu kembali, pasalnya di ruangan itu sama sekali tidak ada orang lain selain mereka berdua.

"Tidak, Lala memang ada di sini. Aku adalah Lala." Ayla tersenyum hangat.

"Hah. Kau benar-benar menguji kesabaran ku," geram pria itu sambil bangun dari duduknya. Akan ia bunuh wanita ini sekarang juga.

"Marvel," panggil Austin menghentikan langkah pria itu.

"Dia baru sadar. Kau tidak boleh terlalu keras dengannya."

"Huft." Kembali Marvel menarik napasnya dengan kasar. Pria itu akhirnya duduk kembali dan memberi kesempatan Austin untuk memeriksa Ayla.

"Halo, aku Austin. Dokter yang selama ini menangani kamu," sapa Austin dengan senyuman hangat. Jika Ayla tidak mencintai Edric, wanita itu pasti akan langsung terhipnotis.

Namun nyatanya Ayla hanya tersenyum tipis, tanpa menjawab atau menanggapi sapaan itu. Ia sudah sangat mengenal pria ini, jadi untuk apa berkenalan lagi?

Tapi tunggu? Namanya Austin?

"Bukankah nama kamu Haven Hall?"

Austin mengerutkan kening. Haven? Ia bahkan belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.

"Maaf, sepertinya kamu salah orang. Namaku adalah Austin Lincoln."

"Sekarang, apa kamu mengingat nama lengkap mu?" tanya Austin setelah melihat Ayla tampak bingung.

"Alice Lawrence," jawab Ayla yang membuat Marvel membelalakkan matanya.

"Berapa usiamu?"

"21 tahun," sahut Ayla kembali sembari melirik pada Marvel.

What the ****?

Marvel sontak kembali berdiri dengan tatapan tajamnya. Ayla yang melihat itu merasa terintimidasi. Wanita itu dengan cepat kembali mengalihkan pandangannya pada Austin.

"Lalu tadi kamu bilang aku adalah Haven Hall? Apa aku adalah temanmu?"

Ayla mengangguk. "Bukan hanya kamu, Malvin juga temanku," balas Ayla sembari menoleh pada Willy yang berdiri di sisi Marvel.

"Malvin?"

"Hmm, dia adalah Malvin. Dan yang di sebelahnya adalah Edric Nelson, tunanganku."

"Kau!"

"Tuan, lebih baik kita keluar terlebih dahulu. Biarkan dokter Austin yang menanganinya," bujuk Willy sembari menarik lengan berotot Marvel. Keduanya pun keluar dengan wajah Marvel yang seperti akan memakan orang.

Setelah beberapa saat Austin keluar. "Dia itu berbohong," tegas Marvel sebelum Austin membuka mulutnya.

"Dengarkan aku dulu! Setelah mengobrol beberapa saat dengannya. Wanita itu sama sekali tidak mengingat tentang dirinya sendiri. Untuk sementara aku menyimpulkan bahwa ia mengalami trauma sehingga membuang ingatan aslinya yang menyakitkan dan menggantinya dengan ingatan baru yang berupa fantasinya sendiri."

"Tidak, dia hanya berpura-pura. Aku akan membawanya pergi sekarang. Kita lihat apa dia masih bisa berpura-pura atau tidak." Marvel menyeringai. Sementara Willy bergidik, apabila senyum psiko itu muncul, hanya satu hal yang akan terjadi.

Menyiksa tanpa jeda sampai mau membuka mulut.

"Tuan, bukankah bagus kalau nona Ayla hilang ingatan? Dengan begitu dia tidak akan membuka kedok Tuan di hadapan nyonya besar. Terlebih jika nona Ayla mati, maka nyonya akan kembali meminta Tuan untuk menikahi nona Sierra," ujar Willy dengan cepat, hanya dengan mencuci otak Marvel lah, ia bisa menghentikan sikap gila sang tuan.

Dan ya, berhasil. Perlahan senyum smirk pria itu menghilang, wajah itu kembali mendatar seperti biasanya.

Namun sedetik kemudian smirk itu kembali muncul. "Ini adalah senyuman licik," batin Willy.

Ya, Willy sudah hapal dua jenis seringai sang tuan. Apabila seringai di sudut bibir sebelah kanan maka itu adalah senyuman psiko, pria itu akan berlaku to the point, kejam dan langsung mengeksekusi.

Sementara jika smirk itu di sudut bibir sebelah kiri maka itu adalah senyuman licik. Pria itu akan menjadi benalu yang menggerogoti inangnya hingga inang itu tak sanggup menahan lagi dan berakhir mati.

"Seharusnya aku sadar, bagaimana pun aku membujuk hasilnya akan tetap sama walau dengan cara yang berbeda."

Willy menghela napasnya dengan kasar, ia menatap Austin agar membantunya berbicara.

"Aku akan tetap membawanya kembali," ujar Marvel singkat. Menurutnya semakin banyak ia berbicara maka akan semakin banyak bantahan yang ia terima.

"Dia belum boleh pulang, aku masih harus melakukan pemeriksaan menyeluruh hingga yakin bahwa keadaannya telah baik-baik saja. Baru akan ku beri izin untuk dipulangkan."

"Dengan atau tanpa izinmu. Aku bisa membawanya keluar masuk dari sini sesuka hati."

"Tapi ...."

"Apa kau mau dipecat?" tanya Marvel dengan tatapan mengancam.

"Baiklah-baiklah. Aku memang selalu kalah."

"Bagus, dengan begitu posisi mu akan selalu aman." Marvel mengacak rambut Austin asal, membuat pria itu kesal setengah mati.

Siang itu juga Ayla dibawa pulang oleh Marvel.

"Jangan gegabah, aku tidak mau melihat penyesalan mu nanti," pesan Austin sebelum Marvel beranjak pergi. Sementara Ayla duduk di sebuah kursi roda yang didorong oleh Willy.

.

.

.

Menempuh perjalanan selama 20 menit, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah sederhana yang pemandangan yang masih asri. Walau kecil namun tampak nyaman.

"Kau pulanglah!" titah Marvel pada sang asisten.

"Tapi, Tuan." Willy langsung menelan ludahnya susah payah kala diberi tatapan elang oleh sang tuan. Tanpa menjawab lagi, pria itu berjalan pergi tanpa membawa mobil Marvel.

Sementara Marvel langsung beranjak tanpa mempedulikan Ayla. "Ikuti aku!"

Wanita yang tangannya masih terpasang infus itu pun hanya bisa memutar kursi rodanya dengan susah payah karena harus memegang tiang yang menggantung cairan infusnya.

"Ck, lambat sekali. Seperti kura-kura."

Pria itu kembali dan mendorong kursi roda Ayla dengan kencang tanpa peduli infus di tangan wanita itu tertarik dan terlepas dengan paksa. "Auuw," pekik Ayla kemudian meringis kesakitan. Seketika darah segar mengalir di punggung tangannya.

"Sakit?" Ayla mengangguk. Pria itu lalu menerbitkan seringai kirinya.

"Jika masih tidak mau mengaku, kau akan terus ku perlakukan seperti ini."

"A-aku sama sekali tidak tahu tentang kalung itu," lirih Ayla dengan mata berkaca-kaca.

"Haha, baiklah. Kau tidak tahu apapun kan?" Ayla mengangguk.

"Maka aku akan membuatmu tahu apapun itu. Sekarang bangunlah! Jangan malas dan duduk di sana seperti seorang ratu. Aku rasa hanya otak mu saja yang rusak kan? Atau kau juga lumpuh?"

Mendengar itu Ayla merasa tidak terima, wanita itu perlahan bangkit dari kursi rodanya dengan bertumpu pada kedua tangannya. "Sstt." Ayla meringis kala merasakan perih luar biasa pada punggung tangannya, namun itu tak membuatnya goyah.

Dan berhasil, wanita itu berhasil berdiri. Ia tersenyum penuh kemenangan, namun sedetik kemudian ia harus tersungkur karena kakinya masih terlalu lemah untuk menopang berat tubuhnya.

"Ck, ck, ck. Lemah, tak berguna," sarkas Marvel sembari tertawa sinis.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tbc.

🌼🌼🌼🌼🌼

Terpopuler

Comments

E H Mukti

E H Mukti

Jadi kuat lg ayla 😇

2025-04-30

0

Hasan

Hasan

tuh gara2 ingatan alya tercampur dengan ingatan alice jd gitu deh😥

2023-05-01

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1 ~ Wajah Sama, Tidak Dengan Watak
3 Bab 2 ~ Seringai di Sebelah Kiri
4 Bab 3 ~ Terima Kasih
5 Bab 4 ~ Lelah Namun Tak Boleh Lemah
6 Bab 5 ~ Haters Garis Keras
7 Bab 6 ~ Siapa Edric?
8 Bab 7 ~ Penyakit Cinta
9 Bab 8 ~ Mulai Mengerti
10 Bab 9 ~ Sudah Tiada
11 Bab 10 ~ Makanan Terlarang
12 Bab 11 ~ Trauma
13 Bab 12 ~ Cinta dan Benci
14 Bab 13 ~ Silent Sparta
15 Bab 14 ~ Perhatian Kecil
16 Bab 15 ~ Melengkung Sempurna
17 Bab 16 ~ Dokter Jomblowan
18 Bab 17 ~ Belum Genap Dua Hari
19 Bab 18 ~ Sakit Lagi
20 Bab 19 ~ Peduli Tanpa Sadar
21 Bab 20 ~ Bukan Malaikat
22 Bab 21 ~ Tamparan Darinya
23 Bab 22 ~ Rasa Bersalah
24 Bab 23 ~ "Lala?"
25 Bab 24 ~ Membelenggu dan Mengikatmu
26 Bab 25 ~ Berusaha Lembut
27 Bab 26 ~ Nyonya?
28 Bab 27 ~ Gemas
29 Bab 28 ~ Sudah Puas Bermain?
30 Bab 29 ~ Hukuman
31 Bab 30 ~ Wewangian
32 Bab 31 ~ Tuan Manekin
33 Bab 32 ~ Pasrah
34 Bab 33 ~ Gelap Mata
35 Bab 34 ~ Trauma Ayla
36 Bab 35 ~ Dingin Menghujam
37 Bab 36 ~ Tidak Punya Sopan Santun
38 Bab 37 ~ Menjadi Chef Untuknya
39 Bab 38 ~ Aku Akan Membuktikannya Sendiri
40 Bab 39 ~ Wanita Gila
41 Bab 40 ~ Retak dan Hancur
42 Bab 41 ~ Bom Waktu Beruntun
43 Bab 42 ~ Ledakan
44 Bab 43 ~ Kenapa Membencimu?
45 Bab 44 ~ Kak Lio?
46 Bab 45 ~ Menghilang Lagi
47 Bab 46 ~ Apa Tidak Ada Yang Tulus Padaku?
48 Bab 47 ~ Mayat Hidup
49 Bab 48 ~ Titik Terang
50 Bab 49
51 Bab 50
52 Bab 51
53 Bab 52
54 Karya Baru
55 New Novel
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1 ~ Wajah Sama, Tidak Dengan Watak
3
Bab 2 ~ Seringai di Sebelah Kiri
4
Bab 3 ~ Terima Kasih
5
Bab 4 ~ Lelah Namun Tak Boleh Lemah
6
Bab 5 ~ Haters Garis Keras
7
Bab 6 ~ Siapa Edric?
8
Bab 7 ~ Penyakit Cinta
9
Bab 8 ~ Mulai Mengerti
10
Bab 9 ~ Sudah Tiada
11
Bab 10 ~ Makanan Terlarang
12
Bab 11 ~ Trauma
13
Bab 12 ~ Cinta dan Benci
14
Bab 13 ~ Silent Sparta
15
Bab 14 ~ Perhatian Kecil
16
Bab 15 ~ Melengkung Sempurna
17
Bab 16 ~ Dokter Jomblowan
18
Bab 17 ~ Belum Genap Dua Hari
19
Bab 18 ~ Sakit Lagi
20
Bab 19 ~ Peduli Tanpa Sadar
21
Bab 20 ~ Bukan Malaikat
22
Bab 21 ~ Tamparan Darinya
23
Bab 22 ~ Rasa Bersalah
24
Bab 23 ~ "Lala?"
25
Bab 24 ~ Membelenggu dan Mengikatmu
26
Bab 25 ~ Berusaha Lembut
27
Bab 26 ~ Nyonya?
28
Bab 27 ~ Gemas
29
Bab 28 ~ Sudah Puas Bermain?
30
Bab 29 ~ Hukuman
31
Bab 30 ~ Wewangian
32
Bab 31 ~ Tuan Manekin
33
Bab 32 ~ Pasrah
34
Bab 33 ~ Gelap Mata
35
Bab 34 ~ Trauma Ayla
36
Bab 35 ~ Dingin Menghujam
37
Bab 36 ~ Tidak Punya Sopan Santun
38
Bab 37 ~ Menjadi Chef Untuknya
39
Bab 38 ~ Aku Akan Membuktikannya Sendiri
40
Bab 39 ~ Wanita Gila
41
Bab 40 ~ Retak dan Hancur
42
Bab 41 ~ Bom Waktu Beruntun
43
Bab 42 ~ Ledakan
44
Bab 43 ~ Kenapa Membencimu?
45
Bab 44 ~ Kak Lio?
46
Bab 45 ~ Menghilang Lagi
47
Bab 46 ~ Apa Tidak Ada Yang Tulus Padaku?
48
Bab 47 ~ Mayat Hidup
49
Bab 48 ~ Titik Terang
50
Bab 49
51
Bab 50
52
Bab 51
53
Bab 52
54
Karya Baru
55
New Novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!