..."Kalau mau dua ratus juta sehari, maka kita harus melakukannya sekarang! Jangan membuatku berubah fikiran." - Noah...
...💸💸💸...
Ruby terbelalak. Matanya yang bulat semakin dibuat membulat akibat terkejut mendengarkan ucapan pria di depannya. Dua ratus juta untuk sehari?! Lalu, kurang lebih dalam lima puluh lima hari hutang itu akan lunas, bukan?
"Dua ratus juta?" tanya Ruby memastikan agar ia tak salah dengar.
"Hmm... dua ratus juta," sahut Noah sambil mendaratkan bibirnya ke leher jenjang gadis itu yang dipenuhi bekas ciumannya.
Ruby tak berkata apa-apa selain memejamkan matanya dan mencoba menerima dengan pasrah aksi selanjutnya yang akan pria itu lalukan. Sekujur tubuhnya sekarang dimakan dengan lahap oleh binatang buas yang sedang kelaparan.
"Tu-tunggu ..." Ruby memegang kedua bahu Noah sambil menahan tubuh pria itu.
"Gimana kalo besok?" tanyanya ragu.
"Besok?" Noah menatap ke arah gadis itu dengan heran.
"Tu-tubuhku sakit-sakit dan ... dan ituku pe-perih," lirih Ruby pelan dengan tatapan yang memelas.
Entah kenapa, mendengarkan ucapan gadis itu Noah semakin dibuat bersemangat untuk melakukan penyatuan. Ia merasa bangga dan sangat puas karena berhasil membuat tubuh mungil itu kesakitan, bukan Lucas atau pria lain.
"Benar ... seharusnya begini, hanya aku yang boleh menyakitinya!" gumam Noah dalam hati.
"Okay, kalo besok lima puluh juta," ucap Noah sambil melepaskan tangannya dari tubuh gadis itu.
"Li-lima puluh? Kenapa nggak dua ratus?" Ruby merasa ia seperti sedang dipermainkan. Bukankah tadi pria itu mengatakan akan membayarnya dua ratus juta? Apa pria itu bercanda?
"Om membohongiku!" ucapnya kesal. Lalu ia berusaha bangkit dari tidur dan ingin menuruni ranjang tersebut.
Noah yang kesal karena dituduh berbohong, ia bergegas menarik tangan gadis tersebut dengan kuat sehingga tubuh gadis itu terjatuh ke atas tubuhnya.
Noah mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu seraya berbisik. "Aku nggak suka membual atau berbohong."
"Kalau mau dua ratus juta sehari, maka kita harus melakukannya sekarang! Jangan membuatku berubah fikiran," ancam Noah dengan nada yang penuh penekanan.
Ruby terbelalak. Ia tak lagi mampu berkutik. Meskipun enggan dan kesakitan, ia harus menerima permintaan pria itu untuk melakukan penyatuan tubuh mereka saat itu juga.
"Baiklah, jika itu mau, Om. Aku akan pasrah karena tubuhku terlalu lelah," sahut Ruby putus asa.
Tanpa jeda, Noah pun kembali melahap bibir gadis tersebut dengan sangat rakus. Kedua tangannya menggerayangi punggung mulus gadis itu.
Deruan nafas Noah yang saat itu menciumi bibir Ruby, terasa begitu hangat di kulit. Ruby memejamkan matanya, mengikhlaskan tubuhnya meskipun sudah tak lagi sanggup. Semua itu demi melunasi hutang orangtua angkatnya yang kini entah ke mana dan menghilang tanpa kabar.
Beberapa menit setelah pemanasan, Noah bergegas memasukkan daging kerasnya yang sudah membengkak masuk ke dalam tubuh bawah Ruby. Pria itu menggerakkan tubuhnya dengan tempo yang semakin lama semakin cepat. Gadis itu digagahi tanpa ampun dan tanpa henti pagi itu. Padahal, semalaman kemaren, ia telah digagahi tanpa henti.
Seluruh ruangan tersebut dibuat penuh dengan desa.han dan lengu.han merdu milik Ruby.
"Noah ... mmhhh... ahh," rin.tih Ruby tak tahan. Lobang sempit miliknya yang baru beberapa hari ini direnggut, kini menjadi santapan harian pria itu. Bahkan lobangnya kini harus menerima daging keras dan besar pria itu meski ia belum sepenuhnya beristirahat dengan cukup.
"Yes. Call my name like that," ujar Noah. Pria itu semakin menjadi bringas dan tak henti-hentinya menghentakkan tubuhnya dengan kasar dan kuat menghujami bagian bawah tubuh gadis itu. Naluri lelakinya berubah menjadi naluri binatang saat gadis itu memanggil namanya!
"Noah ... a-aku ... su-suka ..." gumam Ruby lirih tanpa sadar.
Sesaat setelah mendengarkan ucapan Ruby yang mengatakan bahwa ia suka, seluruh tubuh Noah dibuat tegang dan memanas. Pria itu memasukkan miliknya hingga ke dalam sambil melepaskan lahar hangat miliknya. "Aaakkhh!!!"
Entah kenapa, ia menjadi salah faham saat Ruby mengatakan bahwa ia suka. Meskipun kalimat tersebut terkesan ambigu, tapi ia beranggapan bahwa gadis itu menyukainya.
Tubuh kekar pria itu ambruk tepat di atas tubuh mungil Ruby. Nafasnya terengah-engah menikmati sisa-sisa kenikmatan yang masih menggelitiki seluruh tubuhnya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Rasanya, ia tak pernah merasakan kenikmatan seperti ini, bahkan dengan Lyodra sekalipun!
"Brengsek!" umpat Noah saat itu juga. Bagaimana bisa ia membandingkan gadis murahan itu dengan Lyodra, wanita yang ia cintai? Gadis yang ada di bawahnya saat ini tak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan Lyodra, kekasihnya yang sudah meninggal.
Noah bergegas bangkit dari ranjang tersebut dengan perasaan yang kesal. Ia memakai boxernya yang berserakan di atas lantai, kemudian ia bergegas pergi meninggalkan kamar tersebut bersama dengan Ruby yang mematung karena terkejut akan umpatan pria itu. Apa yang terjadi? Kenapa pria itu tiba-tiba saja mengumpat? Apakah ia merasa tak puas dengan penyatuan tubuh yang baru saja mereka lakukan?
"Haaa... sudahlah. Aku terlalu lelah untuk memikirkan hal seperti itu. Yang terpenting saat ini, hutang itu sudah berkurang dua ratus juta," gumam Ruby lirih dengan wajah tanpa ekspresi.
...****************...
"Noah," suara yang begitu hangat itu terdengar tak asing di telinga Noah.
"Noah ..." panggil wanita itu lagi.
Noah memutar tubuhnya dan mencari-cari asal dari suara tersebut. Namun tak ia temukan. Yang ia tahu pasti, suara itu milik Lyodra, wanita yang ia cintai.
"Noah ...."
"Iya, Sayang. A-aku di sini," sahut Noah girang namun dengan wajah yang cemas karena ia tak menemukan asal suara tersebut.
"Kamu tega sekali padaku... hiks... hikss..." isak Lyodra dengan suara yang menggema.
"T-tega gimana, Sayang?" tanya Noah penasaran.
"Kamu meninggalkanku sendirian di gudang yang usang itu. Lalu, kamu membiarkanku mati mengenaskan sendiri," tukas suara Lyodra dengan pilu sambil menangis terisak-isak.
"Nggak, Sayang. Aku hanya terlambat datang. Maafkan aku," sesal Noah dengan suara yang memelas.
"Bohong!!! Kamu melakukannya karena kamu ingin bersama gadis kecil itu, 'kan?! Makanya kamu menyingkirkanku dengan cara yang mengenaskan?! Tega sekali kamu, Noah!!!" bentak suara Lyodra tersebut dengan sangat mengerikan.
Noah dibuat panik saat mendengarkan ucapan wanitanya. Semua argumen serta opini yang wanita itu miliki, tak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Lalu, tak segampang itu ia menggantikan posisi Lyodra sebagai ratu di hatinya.
"Baiklah ... aku akan pergi. Agar kamu bisa hidup tenang dengan gadis baru mu itu," tutur Lyodra dengan penuh sesal. Itu adalah suara terakhir Lyodra.
"Lyodra ... Lyodra ... Lyodraaaa!!!" Noah berteriak dengan sangat lantang sehingga sekujur tubuhnya keringat dingin. Saat ini posisinya sedang duduk dengan mata yang terbelalak. Nafasnya terengah-engah karena mimpi buruk tersebut.
Tanpa sengaja, Noah melihat ke kiri. Ada sosok gadis yang tak asing sedang berada di sampingnya dengan raut wajah yang cemas.
"Om ... mimpi buruk lagi, ya?" tanya Ruby khawatir. Meskipun pria itu berbuat jahat dan seenaknya, tetap saja rasa manusiawi dan empatinya masih ada. Ia merasa kasihan melihat pria itu yang terlalu sering bermimpi buruk.
"Pergi!!!" suara lantang Noah menggema di ruangan tersebut dan seketika membuat tubuh Ruby tersentak kaget. "Pergi!!! Jangan pernah muncul di hadapanku lagi!!"
...****************...
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments