...“Baiklah, kali ini aku akan berbaik hati karena Om telah menyelamatkan nyawaku tadi.” - Ruby...
...💸...
...“Aku di sini, tenanglah, aku di sini.” – Ruby...
...💸💸💸...
Sekitar pukul satu lewat dini hari, Ruby terbangun dari tidurnya. Tubuhnya kesakitan dan pinggangnya juga rasanya seperti mau patah.
“Ugh…” ringisnya sambil memegang pinggang. Gadis itu berusaha menggerakkan kedua pahanya, ada rasa perih yang menggerogoti selang.kang.annya.
Kruyuk…
Ruby menghela napasnya. Di sela-sela rasa sakit yang menghujami tubuhnya, ia berusaha duduk dan bangkit dari tidur. Jika diingat-ingat lagi, ia hanya sarapan pagi, pantas saja perutnya keroncongan. Gadis itu pun memakai dress yang ada di atas lantai tanpa memakai pakaian dalam. Pikirnya, nanti setelah makan ia akan melanjutkan tidur. Jadi, sebaiknya ia memesan makanan dulu ke resepsionis.
Dengan jalan yang sempoyongan, Ruby menapaki kakinya menuju ruang tamu. Namun, saat ia ingin memegang pesawat telefon, tangannya terhenti karena melihat ada makanan yang terhidang di atas meja makan yang berada tak jauh dari tempat ia berdiri.
Ruby pun berjalan menuju meja makan dan duduk di kursi. Ada spagheti, I fu mie, nasi goreng Hong Kong yang terhidang di sana dengan dua buah gelas jus apel serta jus jeruk. Ia melihat ke kiri dan ke kanan, mencari sosok yang tadinya bagaikan binatang buas. Tapi ia tak melihat sosok tersebut.
“Haa… paling juga nyari mangsa lain,” gumamnya lirih sambil mengambil spageti dan jus apel.
Gadis itu tak peduli dengan apa yang akan pria dewasa itu lakukan, setidaknya ia ingin berterima kasih karena telah membuatnya sedikit tenang dan melupakan sejenak rasa sakit yang sempat membuatnya ingin mengakhiri hidup.
“Jangan sampai aku terobsesi dengan kenikmatan sesaat itu hanya karna ingin melupakan permainan semesta,” gumamnya dengan tatapan yang datar tanpa ekspresi.
Tak bisa gadis itu pungkiri, rasa nikmat yang ia rasakan tadi benar-benar membuatnya mengawang dan membuatnya candu. Karena hidupnya sudah hancur, kenapa tak ia luluh lantakkan sampai benar-benar tak berbentuk saja? Toh, ia juga sudah tak suci lagi?
Sambil menyuapi makanan di mulutnya, Ruby memikirkan banyak hal. Hal-hal yang tak seharusnya dipikirkan oleh gadis muda yang sebentar lagi genap delapan belas tahun.
“Ya. Menghadapi takdir yang jahat ini, aku juga harus menjadi jahat,” gumam Ruby dengan wajah yang datar dan dingin. Kini, gadis itu diselimuti kebencian dan dendam yang berapi-api pada takdir hidupnya yang bak lelucon. Jika memang semesta mengajaknya bercanda, ia akan ikut serta ke dalamnya.
Setelah menghabiskan makanan dan minumannya, Ruby bangkit dari duduknya dan berniat untuk menuju kamar. Namun langkah kakinya terhenti saat mendengarkan sebuah suara teriakan dari kamar Noah.
“Arrghh!!!” pekik Noah dengan suara baritonnya yang begitu lantang.
Ruby sampai dibuat bergidik ketakutan akibat suara pria itu. Pasalnya, ia pikir pria itu tadinya ke club, ternyata ada di kamar. Lalu, apa yang terjadi sampai-sampai pria itu berteriak dengan begitu lantang seperti itu.
“Ah… bukan urusanku,” gumam Ruby sambil memutuskan untuk kembali ke kamarnya.
PRANG!!!
Bunyi sebuah kaca pecah membuat Ruby terkejut. Ia tak lagi bisa menahan rasa penasarannya. Setelah mengumpulkan keberanian, gadis itu melangkahkan kakinya mendekati kamar Noah. Lalu, ia pun mencoba melihat ke arah kamar Noah di mana pria itu sedang terbaring di atas ranjang dengan kedua tangannya yang mencekik lehernya sendiri.
“Ja-jangan … Da-daddy! J-jangan,” ringis Noah dengan mata yang tertutup tapi raut wajah yang menahan sakit. “A-aku … ugh….”
Tanpa berfikir panjang, Ruby bergegas masuk ke dalam kamar pria tersebut dan mendekat ke arah Noah yang saat itu sedang mencekik lehernya sendiri. Gadis itu berjalan menuju sisi ranjang dan berniat ingin menarik tangan kekar tersebut.
“Sshh…” tanpa sengaja kaki kananya menginjak pecahan kaca. Ternyata serpihan kaca gelas jatuh. Sepertinya tadi pria itu mengigau dan tanpa sengaja tangannya menjatuhkan gelas. Ia mengangkat kakinya dan berusaha mencabut beling yang menancap di kakinya sambil meringis kesakitan.
“Uhukk… uhukk…” wajah Noah memucat, sepertinya aliran darah dan oksigen berkurang akibat ia mencekik lehernya sendiri.
Tanpa berlama-lama dan mengindahkan beling yang menancap di kakinya, Ruby bergegas memanjati sisi ranjang menggunakan kedua lututnya, lalu dengan sekuat tenaga gadis itu menarik kedua tangan kekar Noah agar terlepas dari cekikan lehernya.
“Om! Sadar!” ucap Ruby dengan suara yang lantang.
“A-aku akan melakukannya, D-da-daddy!” ringis Noah kesetanan dengan mata yang masih terpejam.
Ruby kehabisan akal, gadis itu kebingungan bagaimana caranya agar ia bisa melepaskan tangan kekar pria itu. tenaganya tak sebanding dengan tenaga Noah.
“Baiklah, kali ini aku akan berbaik hati karena Om telah menyelamatkan nyawaku tadi,” gumam Ruby dengan wajah tanpa ekspresi.
Entah apa yang ada dipikirannya, Ruby tiba-tiba memutuskan untuk memeluk tubuh pria itu dan memberikan sebuah ke.cupan yang hangat ke bibir Noah. Meskipun keberhasilannya membuahkan hasil atau tidak, setidaknya gadis itu mencoba apa yang ia bisa.
Setelah menge.cup lembut bibir pria itu, Ruby berbisik dengan hangat dan lembut.
“Aku di sini, tenanglah, aku di sini,” ucapnya lirih sembari mendekap erat tubuh kekar Noah.
Selang beberapa detik kemudian, tanpa di sangka-sangka, kelembutan yang Ruby berikan berhasil. Pria itu mulai tenang. Kedua tangan kekarnya perlahan lemas dan terlepas dari cekikan lehernya. Raut gusar dan mengkerut di wajah pria itu menghilang dan berubah menjadi raut wajah yang tenang dan pulas.
Tanpa sengaja, kedua tangan kekar Noah memeluk tubuh Ruby dan dengan erat. Ruby yang tubuhnya kecil itu tak bisa bergerak sama sekali akibat dekapan erat pria itu. Karena ia lelah, ia pun memutuskan malam itu tak apa-apa jika tidur menemani pria yang baru saja mimpi buruk. Lagipula, tubuhnya telah di sentuh bukan? Besok, ia akan bangun pagi-pagi dan pindah ke kamarnya.
Di saat yang sama, di dalam mimpi Noah, ia sedang berada di sebuah ruangan yang gelap gulita dengan sebua cahaya dari atas yang menyorot ke arahnya. Ada sepasang tangan yang sedang mencekik lehernya, sepasang tangan yang tak asing melainkan tangan ayahnya. Tapi tak ia temukan sosok tubuh tangan tersebut.
Tangan itu mencekiknya sampai ia kesulitan bernafas. Kemudian, di saat ia sudah ingin menyerah, ada derap langkah kaki dari belakang mendekat ke arahnya. Sesaat kemudian, derap langkah tersebut berhenti dan digantikan dengan sepasang tangan yang mendekap tubuhnya dengan erat. Perlahan, sepasang tangan yang tadinya mencekik lehernya pun menghilang.
Karena penasaran, Noah membalikkan tubuhnya melihat ke arah orang yang menyelamatkannya. Tapi wajah tersebut samar-samar dan tak terlihat. Yang ia lihat adalah, seorang gadis berambut panjang berkulit putih dengan bibir yang merah bak ceri.
Tiba-tiba gadis itu menarik tubuhnya agar sedikit bungkuk dan mensejajarkan tinggi mereka. Kemudian, gadis itu menge.cup lembut bibirnya selama beberapa detik. Setelah itu, gadis tersebut berbisik dengan sangat lembut kepada dia yang masih mematung karena masih shock.
“Aku di sini, tenanglah, aku di sini.” Bisik gadis itu dengan lembut.
...****************...
BERSAMBUNG…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Asih
itu kenyataan Noah ....🤭
2023-08-21
1
ADE YAHYA
itu bukan mimpi noah..jadikan isteri saja si ruby jangan di jual😆
2023-04-09
1