...“Andai aku bisa menyelamatkan Mbak Lyodra, mungkin Bos nggak akan seperti ini lagi. Karena satu-satunya obat terbaik adalah wanita yang dicintainya.” - Dante...
...💸💸💸...
Malam itu, Noah bangkit dari tidurnya. Ia melirik jam di dinding, pukul dua belas lewat tiga puluh menit. Pria berwajah blasteran itu menyelimuti tubuh Ruby. Ia menggeleng-gelengkan kepala sembari tersenyum penuh arti.
“Ck! Akhirnya menyerahkan diri juga,” gumam Noah lirih dengan perasaan yang bangga dan puas saat menatap tubuh gadis itu terkapar tak berdaya sedang terlelap. Apalagi saat melihat banyaknya bekas cu.pang yang ia tinggalkan di tubuh gadis itu. Entah kenapa memberikan kepuasan tersendiri pada dirinya.
Dengan tubuh tak berbusana, ia bergegas menuruni ranjang menapaki lantai, kemudian ia menutup pintu balkon dan menghidupkan pendingin ruangan. Noah bergegas membersihkan dirinya di kamar mandi kamar itu, kemudian ia keluar dengan mengenakan jubah mandi dengan rambut yang basah.
“Haaa… sepertinya aku terlahir kembali,” Noah merasa puas dan menghela napas lega. Meskipun ia kelelahan karena menggagahi gadis itu berkali-kali tanpa henti, tetap saja rasa letih itu berganti dengan rasa puas dan bangga.
Drrttt… Drrtttt…
Ponsel Noah bergetar. Ia mengangkat panggilan dari Kyle, gadis yang merupakan manager di Black Moon.
^^^“Tuan Black nggak turun?”^^^
“Malam ini nggak dulu,” tutur Noah singkat dan dingin.
^^^“Hahaha… tumben.”^^^
^^^“Aku ke atas ya?”^^^
Seperti biasanya, jika Noah tidak turun, gadis itu pasti akan naik ke penthouse dan memanjat ranjang pria itu kemudian memberikan kenikmatan dengan aksi binalnya. Tak ada yang tak mengenal gadis ini di Black Moon. Gadis muda yang berusia dua puluh empat tahun, terkenal dengan lincahnya dia dalam bersilat lidah serta pekerja dengan servis terbaik baik di dalam pekerjaan profesional maupun pekerjaan ranjang.
“Nggak usah.”
^^^“Aw… Tuan Black ngambek ya karna semalam aku cuti?”^^^
“Hari ini aku sudah cukup lelah.”
Noah mematikan ponselnya tanpa memberikan kesempatan pada gadis itu dalam membalas ucapannya. Kemudian, Noah menuju ruang tamu dan menelefon resepsionis untuk memesan beberapa makanan dan di antarkan ke atas oleh Bryan.
Hanya dua orang yang diberikan akses untuk dapat naik ke penthouse itu. Bryan dan Dante. Karena pria itu merupakan orang kepercayaan Noah. Jika ada yang ingin naik ke penthouse, mereka akan di antarkan melalui Bryan dan Dante. Yang pasti, orang tersebut naik tanpa membawa ponsel, alat perekam dan hal-hal berbahaya lainnya. Penjagaan lantai 37 itu begitu ketat.
Sembari menunggu makanan yang ia pesan tiba, Noah duduk bersandar di sofa sembari menghisap rokoknya. Pikiran pria itu menerawang jauh. Meskipun permainan panas telah ia lewati beberapa kali dengan gadis itu, entah kenapa miliknya masih juga berdiri dengan kokoh dan masih minta untuk dimasukkan lagi.
“Haa… gadis itu benar-benar berbeda dengan yang lainnya,” gumam Noah sambil menghembuskan asap rokoknya secara perlahan.
“Apa ku pakai saja dulu sampai bosan, setelah itu baru ku jual?” Noah memiringkan kepalanya sembari mengerutkan kening karena berfikir.
Entah kenapa, pikiran Noah tiba-tiba terusik saat mengingat lagi bahwa gadis itu merupakan anak angkat yang digadaikan dengan paksa oleh orangtua angkatnya. Lalu, ia juga terusik karena gadis itu merupakan anak dari panti asuhan.
...****************...
Flashback.
Plak!
Plak!
Plak!
Beberapa tamparan mendarat ke pipi Noah yang kala itu masih berusia lima tahun. Pria kecil bertubuh kurus itu ditampar dengan sangat kuat oleh seorang pria berkulit putih berambut emas. Itu adalah Mr. Dawson, ayah kandung Noah.
“Anak sialan!” umpat Mr. Dawson dengan wajah yang bengis dan mata yang menyorot tajam.
(Ges, di sini aku pake bahasa indonesia aja ya biar lebih gampang dimengerti apa ucapan dari ayahnya si Noah.)
“Membunuh binatang saja takut! Bagaimana bisa membunuh manusia!” hardik Mr. Dawson dengan lantang.
Kemudian pria berkulit putih itu melemparkan dengan sekuat tenaga tubuh anak kecil tadi ke ruangan kumuh yang dikenal dengan gudang.
“Akh!” pekik Noah meringis kesakitan. Sudut bibirnya yang berdarah dengan tubuh yang penuh memar dan luka-luka, membuat anak kecil itu tak bisa bangkit dari lantai. Ia tersungkur tak berdaya dengan mata yang menatap nanar dan stok airmata yang telah habis terkuras.
“Renungkan kesalahanmu! Kamu tak boleh keluar dan tak akan kuberi makan jika belum bisa membunuh hewan hidup!” tegas Mr. Dawson dengan suara yang lantang. Kemudian pria itu menutup pintu gudang tersebut dan menguncinya dari luar.
“D-dad … D-daddy …” panggil Noah lemah dengan tangan yang berusaha ia angkat untuk memanggil ayahnya. Tapi sayang, pintu telah ditutup.
Di ruangan yang gelap gulita dan pengap itu, Noah terkapar tanpa tenaga. Ia bergidik ketakutan saat bunyi-bunyi tikus yang sedang mencari makan saling bersahutan.
Cit …
Cit …
Cit …
“Argh!!!” pekik Noah membuyarkannya dalam ingatan masa lalu yang menyakitkan itu. Di saat yang sama kedua tangannya menutup kedua telinganya.
Flashback selesai.
Dada pria itu naik turun dengan keringat dingin yang mengucur membasahi tubuh. Dadanya terasa sesak dan kesulitan bernapas. Ia melihat ke sekeliling dengan sorot mata yang menakutkan dan urat mata yang memeras timbul di dalam bola matanya yang putih. Pandangannya mendadak kabur dan bergoyang-goyang. Wajahnya memerah dengan sekujur tubuh yang menegang karena cemas.
“Hosh … hosh … hosh …”
TING TONG!
Suara bel berbunyi. Sepertinya itu merupakan Bryan dan Dante yang datang mengantarkan makanan.
Dengan susah payah, Noah bangkit dari duduknya di sofa sembari memegang dadanya yang begitu sakit dan sesak. Ia melangkahkan kakinya dengan sangat berat agar bisa menggapai pintu dan membuka pintu. Pria itu sedang diserang Panic Attack Disorder atau lebih dikenal dengan serangan panik.
Noah berhasil membuka pintu tersebut. Sesaat setelah ia membuka pintu, tubuhnya jatuh tersungkur ke lantai dengan tangan yang masih melekat di dada karena merasa sangat sakit serta kesulitan bernapas.
“Bos!” teriak Bryan dan Dante yang saat itu mendorong troli makanan.
Bryan bergegas jongkok dan memegang tubuh Noah yang tersungkur ke lantai, sedangkan Dante bergegas menuju meja kecil yang berada di dekat pintu masuk. Ia membuka laci dan mengambilkan sebuah botol obat penenang lalu mengambil segelas air putih dan bergegas mendekat ke arah Noah yang masih terserang panik.
Beberapa saat kemudian setelah memberikan obat penenang, Noah akhirnya tenang dan nafasnya mulai teratur dengan tubuh yang lemas. Bryan dan Dante membopong tubuh Noah menuju kamar tidur pria itu dan merebahkan tubuh pria itu ke atas ranjang.
“Sepertinya, ada hal yang memicu Bos teringat masa kecilnya,” tutur Bryan dengan tatapan yang nanar.
“Haaa… aku kasihan melihatnya,” gumam Dante yang juga saat itu ikut menatap nanar ke arah Noah yang sedang tertidur lelap.
“Andai aku bisa menyelamatkan Mbak Lyodra, mungkin Bos nggak akan seperti ini lagi. Karena satu-satunya obat terbaik adalah wanita yang dicintainya,” imbuh Dante bersalah.
Keduanya pun berlalu pergi meninggalkan kamar Noah. Makanan yang tadi mereka bawakan, diletakkan di atas meja makan, kemudian mereka berdua berlalu pergi meninggalkan penthouse tersebut.
...****************...
BERSAMBUNG…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
ADE YAHYA
ternya di balik bringasnya kamu..kisahmu sangat menyedihkan😩
2023-04-09
3