...“Hampir setiap hari ada banyak wanita yang silih berganti menempati kamar ini. Jadi, saya sudah tak kaget dengan kehadiran, Nak Ruby di sini.” – Bi Sumi...
...💸💸💸...
Keesokan paginya, Ruby terbangun dari tiburnya. Ia merasakan tubuhnya lelah. Padahal, ia tidak melakukan apapun. Gadis itu bangkit dari ranjang dan duduk melihat ke sekeliling.
Sorot matanya tertuju pada segitiga yang tak asing berada di lantai. Matanya mendadak terbelalak. Ia melihat dengan seksama seluruh tubuhnya. Tak berbusana dan yang tersisa hanya bra hitam yang masih melekat di dada. Dengan perasaan takut-takut, ia memberanikan dirinya untuk menyentuh organ inti miliknya. Ia ingin memastikan apakah malam tadi mahkota suci miliknya telah direnggut.
“Hiks… hikss… syukurlah,” gumamnya lirih sembari menangis. Pasalnya, ia masih bisa merasakan selaput dara yang ada di organ intinya tersebut. Ia benar-benar tak dapat membayangkan jika mahkotanya direnggut paksa saat ia sedang terlelap.
Ruby menapaki lantai dan melihat ke sekeliling. Ia mencari kamar mandi. Tepatnya di sisi pintu masuk, ada sebuah lagi pintu yang tertutup, sepertinya itu pintu kamar mandi. Ia pun berjalan menuju pintu tersebut dan membuka gagang pintunya. Benar, itu adalah kamar mandi.
Ruby melangkah masuk ke dalam kamar mandi tersebut. Terlihat ada sebuah handuk yang sudah terlipat rapi di atas washtafel. Lalu, ada juga sikat gigi baru serta odol yang tersedia di sana. Sepertinya, kamar ini bukan hanya dia saja yang menempatinya. Mungkin ada gadis lain yang pernah menempati kamar tersebut. Buktinya, ada banyak baju yang indah di dalam lemari kamar tersebut.
Kruyukk…
Perut Ruby keroncongan. Suara tersebut membuatnya ingin bergegas bersih-bersih kemudian keluar dan mencari sesuatu yang dapat ia makan. Tak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya ia telah selesai mandi. Rambutnya juga sudah ia keringkan di kamar mandi karena ada hair dryer yang tergantung di samping cermin washtafel.
“Koperku ke mana ya?” gumamnya sambil mencari-cari kotak pink yang sering ia bawa jika bepergian.
Karena ia tak menemukan koper yang ia cari, ia pun memutuskan untuk mengenakan pakaian yang ada di dalam lemari di kamar tersebut. Hampir seluruh isi di dalam lemari tersebut dress dan pakaian-pakaian minim. Ia pun memutuskan untuk mengenakan dress putih yang menurutnya casual dan nyaman dipakai.
Setelah selesai bebersih diri, ia menuju pintu dan mengumpulkan keberanian untuk membuka pintu kamar tersebut.
“Semoga, pria itu tak ada hari ini,” gumamnya lirih sambil menarik nafas pelan. Kemudian ia lepaskan nafas tersebut.
CEKLEK!
Belum sempat ia memegang gagang pintu tersebut, dari luar sudah ada yang membuka pintu.
“M-maaf, Mbak,” ucap seorang wanita paruh baya. “Saya pikir nggak ada orang di dalam.”
“Oh, iya nggak apa-apa, Bu.” Ruby menatap penasaran ke arah wanita paruh baya tersebut. Siapa wanita itu? Dan kenapa dia ada di sini?
“Saya pembantu di sini, tapi hanya berkunjung setiap pagi untuk bersih-bersih,” jelas wanita paruh baya itu yang sepertinya menangkap sinyal penasaran dari Ruby.
“Oh… okay, okay. Hehehe,” sahut Ruby canggung.
“Mbak mau sarapan apa? Biar saya pesankan,” wanita paruh baya itu menawarkan Ruby sambil tersenyum. Sepertinya ia sudah terbiasa dengan wanita yang berbeda-beda di kamar yang Ruby tempati itu.
“Ibu yang masak?” tanya Ruby penasaran.
“Bukan, nanti saya pesan lewat resepsionis. Mereka akan mengantarkan ke atas seperti biasanya,” jelas wanita paruh baya itu.
Ruby mengernyitkan dahi. Lagi-lagi ia merasa tak puas dengan apa yang diucapkan oleh wanita itu. Pasalnya, wanita itu selalu mengatakan hal-hal yang cukup membuat ia semakin penasaran. Tapi, yang pertama sekali harus ia lakukan sekarang adalah memesan sarapan agar bisa mengisi perutnya yang kosong.
“Panggil aku Ruby, Bu,” ucap Ruby sambil mengulumkan senyumnya.
“Nama yang cantik, kayak pemiliknya,” puji wanita paruh baya itu. “Panggil aja Bi Sumi. Soalnya anak-anak di sini udah familiar dengan nama itu.”
“Anak-anak di sini?” tanya Ruby lagi. Kenapa ucapan wanita itu selalu saja membuatnya penasaran. Terkadang, rasa laparnya mendadak hilang saat ia penasaran, namun saat ia berbicara, rasa lapar itu kembali muncul. Benar-benar menyebalkan. Padahal ini masih pagi.
“Bi Sumi, kalo jus apel dan nasi goreng ada?” pinta Ruby mengindahkan rasa penasarannya. Ia lebih memilih memesan makanan dan ingin segera mengisi perutnya yang kosong.
“Ada, sebentar Bibi pesankan.”
Bi Sumi pun berbalik badan dan menuju pojok ruang tamu, di sana ada sebuah telefon rumah yang terletak di atas meja kecil yang menempel di dinding. Di atas meja tersebut, ada sebuah potret pria yang menurutnya itu adalah Noah, si rentenir tadi. Potret tersebut terpampang dengan sangat indah. Pasalnya pria di potret itu terlihat rapi dengan jas biru gelap dengan kemeja hitam. Rambut pria itu tertata rapi dengan sorot mata tajam dan wajah tak berekspresi.
“Ck! Tampan tapi kayak binatang!” umpat Ruby kesal.
Sesaat setelah ia melihat ke arah potret Noah, tiba-tiba ia teringat kembali akan orangtuanya. Rasanya tak betul jika ia hanya pasrah dan berdiam diri. Ia harus menemukan bukti jika benar ia adalah anak angkat. Setelah itu, jika benar ia terbukti bukan anak kandung, ia harus segera mencari tau siapa kedua orangtua kandungnya.
“Nak Ruby,” panggil Bi Sumi memecahkan lamunan gadis muda itu. “Sudah Bibi pesankan. Tunggu sebentar ya, Bibi mau beres-beres kamar dulu.”
“Iya, Bi,” sahut Ruby sambil tersenyum ke arah Bi Sumi dan ia berjalan menuju ruang tamu. Niat hati ingin duduk menunggu sarapan di ruang tamu, tapi rasa penasaran itu kembali menggelitiki dadanya.
Ruby memutar langkahnya menuju kamar yang ia tempati tadi malam. Ia masuk ke dalam kamar tersebut di mana Bi Sumi sedang membersihkan kamar tersebut. Dengan perasaan was-was serta takut-takut, ia memberanikan diri ingin menanyakan beberapa hal yang cukup membuatnya penasaran.
“Bi Sumi …” panggil Ruby sambil duduk di kursi meja rias menghadap Bi Sumi yang sedang merapikan ranjang.
“Iya, Nak Ruby,” sahut Bi Sumi sambil menoleh sekilas ke arah Bi Sumi.
“Bibi udah berapa lama kerja di sini?”
“Kurang lebih dua puluh dua tahun.”
“Bibi nggak penasaran dengan saya? Seorang gadis berada di penthouse laki-laki itu?” tanya Ruby penasaran.
Bi Sumi menghela napasnya gusar. Ia pun tersenyum paksa. Sebuah senyuman yang mengartikan bahwa ia mengetahui banyak hal yang telah terjadi di bangunan Black Moon ini. Terutama di penthouse yang menjadi tempat ia bekerja selama dua puluh dua tahun.
“Hampir setiap hari ada banyak wanita yang silih berganti menempati kamar ini. Jadi, saya sudah tak kaget dengan kehadiran, Nak Ruby di sini,” jelas Bi Sumi sambil memaksakan senyum.
Pikir Ruby saat itu, pembantu ini sepertinya mengetahui banyak hal. Apa ia juga dapat menjadi salah satu penyelamat untuk mengeluarkannya dari tempat bak neraka ini?
...****************...
BERSAMBUNG…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Bintang Ray234🌸🌸
Lanjut thor semangat dan terus sukses ya buat kaka Author juga karya karya kaka yang lainnya kedepannya. Dan kalo kaka ada waktu luang mampir yuk ke cerita aku terimakasih☺️🌸🌸💕💕💪💪👍👍✨✨🙏
2023-04-08
1
ADE YAHYA
teganya orang tuamu😳mudah2an nanti kamu jadi isterinya noah bukan di jual.
2023-04-08
2