...“Pria sialan itu menjualmu padaku! Memangnya tubuh seperti ini senilai sebelas miliar?!” - Noah...
...💸...
...“Jual aja organ tubuhku ketimbang menjualku pada pria-pria hidung belang di Black Moon." - Ruby...
...💸💸💸...
"Berhenti memanggilku Om!" tukas Noah sebal.
Pria berhidung mancung bermata hazel tersebut memegang lengan Ruby dengan erat sehingga gadis itu meringis kesakitan.
Seluruh tamu yang keluar masuk di area club tersebut berjalan dengan tatapan yang lekat ke arah mereka berdua. Tatapan penasaran mereka membuat Ruby tertunduk malu. Sedangkan Noah tak peduli dengan tatapan orang-orang tersebut.
Beberapa pengawal datang sembari berlari-lari kecil mendekat ke arah Ruby dan Noah. Kemudian mereka membungkuk ke arah Noah secara serentak.
"Maaf, Pak. Kami mengabaikannya," ucap salah satu dari mereka.
Noah tak menggubris ucapan dari pria-pria bertato tersebut. Ia lebih penasaran dengan gadis yang kini sedang ia pegang dengan erat.
"Ikut aku!" perintah Noah dingin. Wajah tanpa ekspresinya cukup membuat Ruby ketakutan. Pria itu meraih tangan kanan Ruby dan menggenggamnya erat, lalu ia menarik paksa gadis itu mengikutinya.
Gadis berusia delapan belas tahun itu hanya menunduk ketakutan tanpa sepatah katapun sembari berjalan mengikuti Noah. Saat ini, ia sedang menerka-nerka hukuman apa yang akan pria itu berikan padanya? Apakah ia tak akan diberi makan selama beberapa hari seperti yang ada di film-film? Atau ia dikurung tanpa bisa keluar dan dijaga oleh beberapa pengawal di depan pintu kamar?
TING!!!
Beberapa menit berlalu, kini mereka berada di lantai 37, di mana penthouse milik pria itu berada. Noah menyeret tubuh Ruby dengan paksa ke kamar gadis itu, kemudian dilemparnya tubuh Ruby ke atas ranjang.
"Haaa... gadis yang menyebalkan!" umpat Noah sambil bertolak pinggang. Tangan kanannya menyeka kasar rambutnya ke atas. Matanya melotot sambil bibirnya mengeram.
"Membuatku badmood saja!" sambungnya ketus.
Drrttt... Drrttt...
Di saat yang sama, ponsel Ruby bergetar. Ada sebuah langgilan masuk dari ayah Ruby, Pak Reno.
"Orangtuamu?" tanya Noah dengan suara yang dingin.
Ruby mengangguk pelan.
"Angkat dan loudspeaker," ucap Noah sambil menyilangkan kedua tangannya ke dada. Lalu ia berjalan mendekati sisi ranjang berdekatan dengan Ruby.
Tanpa berlama-lama, Ruby bergegas mengangkat panggilan orangtuanya dengan tangan yang gemetaran.
"H-hallo," suara Ruby begitu serak dan terbata-bata. Matanya mendadak berkaca-kaca. Ingin rasanya ia segera mengadu pada kedua orangtuanya apa yang telah ia lalui beberapa jam yang lalu.
^^^"Kamu di mana, Nak?"^^^
"Ayah ... hiks.. hiks.."
^^^"Kamu kenapa, Sayang?"^^^
^^^"Hei, jangan menangis. Ada apa?"^^^
"A-aku ... di Black Moon, di lantai 37. Hiks.. hikss..."
Sesaat setelah Ruby mengadu pada ayahnya, suara di ponsel tersebut mendadak hening. Tak ada satupun respon yang ia terima dari ayahnya saat ia mengatakan bahwa saat ini ia sedang berada di Black Moon. Sepertinya, ada hal tak beres yang sedang terjadi pikir Ruby.
"Ayah... hiks.. hiks.. apa yang terjadi? Kenapa nggak ada orang di rumah?" tanya Ruby pilu. "Ke mana Ibu? Bibi Imah dan Pak Tono? Kenapa rumah kosong?"
^^^"Nak, ada Pak Noah di sana?"^^^
^^^"Berikan ponselmu padanya, Sayang."^^^
Tanpa berlama-lama, Ruby segera memberikan ponselnya pada Noah yang sedari tadi diam-diam mendengarkan pembicaraannya dengan ayahnya. Sebenarnya pria itu lebih ingin mengetahui di mana keberadaan Pak Reno Saputra yang meminjam uang sebesar sepuluh miliar rupiah tersebut. Pasalnya, pria itu telah menunggak selama empat bulan.
Saat menerima panggilan dari Pak Reno, Noah mematikan pembesar suara dan berbicara dengan ayah gadis itu di luar kamar.
Selang beberapa menit kemudian, pria itu kembali masuk ke kamar. Ia melihat Ruby yang sedang siap-siap mengemaskan seragam SMA nya dan sepatu yang ia kenakan saat datang tadi.
“Ngapain?” tanya Noah dengan wajah tanpa ekspresinya.
“Siap-siap mau pulang,” jawab Ruby santai tanpa sedikitpun rasa curiga.
“Ck!” Noah berdecak sebal sembari bertolak pinggang, sedangkan tangan kanannya memegang dagu. Wajahnya yang semula datar tanpa ekspresi, mendadak berubah mengeram kesal. Kemudian ia melemparkan ponsel Ruby yang tadi ia pakai untuk berbicara dengan Pak Reno.
“Tau apa yang dikatakan ayahmu tadi?” tanya Noah sambil berjalan mendekat ke arah Ruby. Sorot matanya menajam dan menakutkan. Lagi-lagi, Ruby dibuat ketakutan.
“A-Ayah akan menjemputku ‘kan?” tutur Ruby percaya diri. Ia memaksakan senyum seolah-olah dengan senyuman tersebut ia dapat menguatkan dan meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja.
“Pria sialan itu menjualmu padaku!” ketus Noah dengan raut wajah yang kesal. “Memangnya tubuh seperti ini senilai sebelas miliar?!”
“Sekaya apapun, aku tak akan sudi membayar sebelas miliar dan meniduri gadis sepertimu,” sambungnya sambil mempelototi tubuh Ruby dari atas hingga bawah. Seolah-olah tatapannya tersebut sedang menelan.jangi gadis yang kini ada di depan matanya.
“Ng-nggak mungkin!” seru Ruby tak percaya. “Ayah nggak mungkin menjualku!”
Ruby bergegas merangkak ke atas ranjang dan meraih ponselnya yang tadi sempat dilemparkan oleh Noah. Kemudian ia bergegas menghubungi ayahnya kembali. Beberapa kali ia mencoba menghubungi ponsel orangtuanya, tetap saja tak ada nada tersambung yang terdengar melainkan pesan suara dari operator.
TING!
Sebuah pesan masuk dari nama yang familiar.
“Ibu!” seru Ruby dengan girang. Ia bergegas membuka pesan yang dikirimkan oleh wanita yang selama ini ia panggil ibu.
...Ruby, sepertinya ini saat yang tepat untuk memberitahumu. Kamu bukan anak kandung dari keluarga ini. Anggap saja dengan menggadaikanmu kepada rentenir itu sebagai balas jasa kami yang delapan belas tahun ini telah merawatmu dengan baik. ...
...Maaf, kami benar-benar sedang susah dan tak mampu berbuat banyak. Tolong pengertiannya dengan tidak terus-terusan menghubungi kami lagi....
Bak disambar petir di siang bolong tanpa angin tanpa hujan. Raut wajah yang semula bersinar mendadak redup dan tak bercahaya saat membaca pesan tersebut. Apa-apaan maksud dari pesan singkat itu? Bagaimana bisa seorang wanita paruh baya yang selama ini ia panggil ibu mendadak mengatakan bahwa dia bukan anak kandung keluarga itu? Lantas, kenapa baru mengatakannya sekarang? Kenapa setelah ia terjebak di penthouse neraka ini baru mereka mengatakannya? Jangan-jangan semua ini hanya bualan belaka?!
Satu per satu air mata menetes dari mata layu milik Ruby. Gadis malang yang tak tahu apa-apa itu, kenapa harus menghadapi hidup yang begitu tragis? Tubuhnya tak henti-henti bergetar karena perasaan yang saat ini berkecamuk di dada. Perasaan terbuang dan tercampakkan oleh kedua orangtua serta perasaan putus asa akan masa depan yang kian suram dibayangannya.
Noah mendengus sebal dengan napas yang terdengar kasar. Ia meraih ponsel yang ada ditangan gadis muda yang sedang terduduk tak berdaya di atas ranjang tersebut. Sesaat setelah ia membaca pesan yang dikirimkan oleh istri Reno Saputra, seringai iblis mendadak terukir di wajah bengisnya.
“Jadi, ia meninggalkan sampah untukku?!” ketus Noah dengan sangat kasar.
Dengan emosi yang mendidih dan tak tertahankan, Noah membanting ponsel milik Ruby dengan sekuat tenaga ke permukaan lantai. Ponsel tersebut pun mendadak hancur lebur dengan layar yang pecah.
“Jual aja organ tubuhku ketimbang menjualku pada pria-pria hidung belang di Black Moon,” tutur Ruby putus asa.
...****************...
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Hana Florencia
Pegang omonganmu ya om noah 😂
2023-04-07
3