..."Aku akan menjadikanmu gadis panggilan sampai uangnya cukup untuk mengembalikan uang yang orangtuamu pinjam dariku." - Noah...
...💸💸💸...
"Hikss.. hikss... hiksss..."
Tangisan Ruby terdengar begitu menyayat hati. Hatinya begitu hancur saat pria yang ada di depannya saat itu dengan santai melebarkan pahanya lalu mengamati dengan lekat organ kewanitaannya.
"A-apa yang ingin Om lakukan?" tanya Ruby di sela isak tangis yang tak kunjung berhenti.
"Berapa usiamu sekarang?" tanya Noah tak mempedulikan pertanyaan Ruby sebelumnya.
"Bulan depan usiaku sembilan belas tahun," jawab Ruby polos. Pikirnya, pria itu bertanya karena ingin memberikannya pekerjaan untuk melunasi hutang orangtuanya.
"Good! Kamu sudah cukup umur," ucap Noah sembari memanjat tubuh Ruby.
Lalu pria bermata hazel kulit putih tersebut melepaskan tangan kirinya dari kedua tangan Ruby, ia malah mencengkeram dengan kasar dagu mungil milik gadis itu sehingga wajah gadis itu terangkat ke atas menatap ke arahnya.
"S-sakit..." ringis Ruby lirih.
Pria berusia dua puluh tujuh tahun itu mendekatkan bibirnya ke telinga gadis tersebut dan berbisik dengan nada yang cukup mengerikan hingga Ruby bisa mengingat dengan sangat detail kalimat tersebut.
"Aku akan menjadikanmu gadis panggilan sampai uangnya cukup untuk mengembalikan uang yang orangtuamu pinjam dariku," bisik Noah sambil menyeringai dengan sangat mengerikan.
Tangis Ruby seketika membuncah saat mendengarkan ucapan dari Noah. Tubuhnya tak henti-henti bergetar dengar hebat karena takut saat membayangkan hal kotor itu terjadi pada masa depannya yang malang.
Tak bisa ia pungkiri, keadaan yang sedang ia hadapi saat ini merupakan di luar nalarnya. Benar bahwa perusahaan orangtuanya sedang di ambang gulung tikar, tapi ia tak tahu bahwa orangtuanya meminjam dana lalu melarikan diri. Memangnya, sebanyak apa uang yang orangtuanya pinjam?
"Be-berapa?" tanya Ruby takut-takut. "Berapa ... hutang orangtuaku?"
"Sepuluh miliar dengan bunga berjalan satu miliar," jawab Noah sembari menatap tajam ke arah Ruby. "Totalnya sebelas miliar."
Ruby terbelalak kaget. Ia tak mampu menahan rasa terkejutnya saat mendengarkan jumlah dari pinjaman yang orangtuanya ambil. Itu jumlah yang sangat besar! Bahkan baginya yang sebentar lagi tamat SMA pun harus kerja apa untuk mendapatkan uang sebesar sebelas miliar rupiah itu?! Kupu-kupu Malam? Jangan harap ia mau melakukannya!
Noah melepaskan cengkeraman tangannya di dagu mungil gadis itu dengan kasar. Ia melempar wajah gadis itu ke kiri dengan kuat, lalu ia menuruni ranjang dan membetulkan jas dengan sorot mata elangnya yang tak ia alihkan dari paha Ruby yang masih melebar.
"Tutup pahamu!" perintah Noah dengan tegas. "Jika kamu tak ingin di santap pria-pria lapar di luar itu."
Sesaat setelah mendengarkan ucapan Noah, Ruby bergegas merapatkan pahanya, lalu ia menurunkan rok abu-abunya yang masih tersibak ke atas tadi.
"Sepuluh menit! Kemaskan barang-barangmu!" ucap Noah sambil membuka pintu kamar dan keluar, lalu ia menyuruh pengawalnya tadi memantau Ruby agar tidak kabur.
...****************...
Sepuluh menit telah berlalu. Ruby hanya mengambil pakaian secukupnya dan skincare yang ia butuhkan dengan terburu-buru tanpa sempat ia bereskan di dalam koper. Jangankan berfikir untuk melarikan diri, memikirkan apa saja yang seharusnya ia bawa tak sempat ia lakukan.
"Ayo!" bentak seorang pria bertubuh kekar sambil menenteng dua koper besar milik Ruby. Sedangkan dua pria lagi menghampirinya. Sepertinya ingin memaksanya berjalan.
"A-aku bisa jalan sendiri," kata Ruby dengan nada yang pelan sambil berjalan ke depan mengikuti pria yang tadinya membawa kopernya.
Saat ingin melangkahkan kaki meninggalkan rumah tersebut, Ruby menoleh ke belakang, ia memperhatikan dengan seksama seluruh isi rumah. Ke mana ayah? Ke mana ibu? Lalu, ke mana supir dan pembantu rumah tangga di rumah itu? Kenapa semuanya pergi tanpa memberikan kabar? Kenapa semuanya begitu tega membiarkan dia yang masih begitu muda menghadapi pria-pria jahat itu?
"Cepat!" bentak pria bertubuh kekar tadi sembari mendorong tubuh Ruby ke depan hingga tubuhnya sempat oleng dan hampir jatuh.
Ruby menatap lurus ke arah luar pagar rumahnya. Ada sebuah mobil Pajero Sport hitam yang sedang terparkir di sana dan di belakangnya ada sebuah mobil Jeep. Sepertinya, itu mobil para debt collector ini. Ia berjalan dengan langkah yang berat menuju mobil tersebut. Kemudian, ia dipaksa masuk ke dalam mobil Pajero Sport dan duduk bersebelahan dengan pria blasteran yang menyeramkan tadi.
Mobil melaju dengan sangat cepat di susuli Jeep hitam di belakang Pajero Sport yang ia tumpangi. Sepertinya tiga orang pria bertubuh kekar tadi berada di mobil belakang untuk mengawasi. Sedangkan dua pria lagi sedang duduk di depan. Satunya mengendarai dan satunya mengawasi jalan.
"Apa tak ada harapan untukku kabur?" gumam Ruby di dalam hati. Ia tertunduk sambil memainkan kukunya. Tak terasa, airmata menetes satu persatu membasahi tangannya.
Noah yang sedari tadi tatapannya fokus menikmati padatnya perjalanan sembari memegang dagu, ia dibuat terusik saat sudut mata kirinya melihat gadis yang di sebelahnya menangis sesenggukan. Sejak dulu ia sangat membenci suara tangisan dari seorang gadis.
"Berhenti menangis!" bentak Noah di saat suasana mobil tersebut hening dan mencekam tanpa ada suara radio yang terputar.
Ruby dibuat kaget oleh bentakan kasar pria di sebelahnya. Bukannya berhenti menangis, tangisnya semakin kencang akibat terkejut dan semakin takut.
"Hikss.. hikss.. hikss..." Ruby semakin tertunduk sehingga rambut coklat panjangnya menutupi wajah.
"Ayah, ibu, aku takut," lirihnya pelan dalam hati.
"Hei!" sergah Noah sembari menjambak rambut Ruby sehingga kepala gadis itu terangkat ke atas. "Jangan berisik!"
...****************...
Kurang lebih tiga puluh menit berlalu, mobil yang mereka tumpangi akhirnya berhenti di depan sebuah bar dan club malam yang cukup terkenal di pusat kota Jakarta. Black Moon!
"Kalian ingin aku masuk melalui pintu depan?!" sergah Noah dengan suara yang kasar kepada kedua pengawalnya.
"M-maaf, Pak." Ucap pria botak yang mengemudi. Ia bergegas menancapkan gas memasuki basement bawah club malam tersebut dan berhenti di sebuah lift yang terkesan cukup mewah dan private. Sepertinya tak sembarangan orang bisa menaiki lift tersebut.
Kedua pengawal tadi bergegas turun dari mobil. Satu membukakan pintu untuk Ruby dan satu lagi membukakan pintu untuk Noah turun dari mobil. Noah berjalan menuju lift tersebut namun tidak dengan kedua pengawalnya. Ruby hanya mematung saat melihat Noah berada di dalam lift karena ia tak tahu apa yang harus ia lakukan saat itu.
"Masuk!" bentak Noah dengan sorot mata yang tajam ke arah Ruby.
Karena takut akan sorot mata yang mengerikan tersebut, Ruby berjalan menuju lift dan masuk ke dalamnya.
Pintu lift pun tertutup. Noah menekan tombol 37 yang ada pada lift tersebut. Tombol terakhir yang ada di sana.
TING!!!
Pintu lift terbuka. Tak ada yang menarik saat Ruby keluar dari lift tersebut. Karena hanya ada ruangan kecil yang sepertinya ruangan sendal dan sepatu. Tapi tak tahu jika pintu yang ada di ruangan kecil itu di buka.
Noah membuka sepatunya dan membuka pintu yang sejajar dengan pintu lift tadi.
Ruby terperangah. Matanya yang sembab akibat menangis, kini terbelalak kaget akibat melihat seluruh isi dari ruangan yang ada di lantai 37 tersebut. Seperti penthouse-penthouse yang ada di film-film Korea. Apa jangan-jangan ini benar-benar penthouse di dunia nyata? Pikir Ruby saat itu.
...****************...
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Nefertari Atika
Emang si Noah umurnya berapa?
2023-04-05
2
Eonnie Cha
Next thor!Pinisirin 🔥🔥🔥
2023-04-04
1