Alya meminta waktu berpikir 1 jam, dengan tawaran jadi ibu pengganti itu. Di Indonesia jadi ibu pengganti Masih ilegal, hal itu membuat Alya jadi sedikit ragu dengan tawaran pasangan suami istri itu. Tapi, disisi lain ia inginkan uang.
'Hadeuhh. .. Ya Allah... Kenapa aku harus mengandung anak mereka. Kenapa aku gak dinikahi saja, gak apa-apa nanti setelah anak si tampan itu lahir, aku akan berikan kepada mereka.'
Alya yang suka bicara sendiri disaat bingung, meluapkan kegundahan di hatinya. Ia tatap
langit langit kamar, tempat ia berada saat ini, seolah ia curhat dengan Sang Pencipta.
Huufftt. .
Alya bangkit dari duduknya. Waktu berfikir telah habis. Kalau dia tidak setuju, pasangan itu tidak akan memaksa, karena masih banyak yang mau dengan tawaran mereka. Lagian jika dia mau, kan lumayan 2 milyar. Tidak perlu lagi dia jual diri. Lagian resiko jual diri berat. Bisa saja dia dibunuh pelanggannya nanti, seperti kasus-kasus yang berseliweran di media sosial dan media massa.
Tok
Tok
Tok
"Nyonya.. Ini aku!"
"Masuk!"
Setelah meyakinkan diri, Alya pun setuju dengan tawaran dari Clarisa. Bahkan, Ia sudah menandatangani surat kesepakatan, yang isinya sangat banyak dan harus dipatuhi oleh Alya, termasuk jika anak itu sudah lahir, maka anak itu akan diberikan kepada Clarisa dan suaminya. Alya tidak boleh mengusik mereka lagi. Alya juga harus tinggal bersama mereka saat ia mengandung hingga anak itu lahir. Tidak boleh, keluar rumah tanpa persetujuan Clarisa dan suaminya.
"Bagaimana?" Clarisa bangkit dari duduknya, dan menghampiri Alya yang masih berdiri di ambang pintu. "Kamu setuju?" ia tatap map berwarna biru yang ada di tangannya Alya.
"Iya Nyonya, aku setuju!" sahut Alya lemah.
"Yes.....!"
Graapp..
Alya yang menunduk, dikejutkan dengan Clarisa yang tiba-tiba saja memeluknya.
"Aku akan punya anak, Yes...!" teriaknya Semangat, masih memeluk Alya yang nampak masih bingung. "Terima kasih, kalau kamu bekerja dengan baik, nurut apa kataku, maka, akan banyak bonus yang kamu dapatkan!" ujar Clarisa dengan berapi-api. Ia pegang kedua bahunya Alya, untuk meyakinkan gadis itu.
"Iya Nyonya, terima kasih." Jawabnya lembut, ia tarik sedikit sudut bibirnya, Ia juga harus terlihat bahagia.
Clarisa menghampiri sang suami, yang masih setia duduk di kursi kerjanya dengan ekspresi wajah tidak terbaca. Dibilang senang tidak, dibilang sedih juga tidak.
"Sayang.... kamu gak bahagia dengan kabar ini?" tanya Clarisa Semangat. Ia duduk dipangkuan sang suami, kemudian mengalungkan kedua tangannya du leher suaminya itu.
"Bahagia.." Jawab Sang suami lembut, dan tersenyum tipis. Keduanya asyik bicara, sedangkan Alya memilih membelakangi pasangan yang romantis itu.
Map yang ada di tangan Alya kembali ia buka, ia baca lagi bio data pasangan suami istri itu.
'Aaron Ryan, Clarissa putri!'
Alya membathin, ia lirik pasangan suami istri di belakangnya yang masih berpelukan hangat itu.
Huufftt...
Alya menarik napas panjang, dan menghembuskan nya pelan.
'Orang kaya memang aneh, ngapain juga mau punya anak harus pakai ibu pengganti, setahuku pakai ibu pengganti jika si istri punya masalah dengan repro duksinya. Ini, kata si nyonya dia normal.'
Lagi-lagi Alya bermonolog, ia memang suka membathin.
***
Siang itu juga Alya dibawa ke praktek Dokter spesialis fertilitas. Alya harus menjalani serangkaian pemeriksaan kesehatan. Karena Aaron dan Clarisa tidak mau janin mereka tumbuh kembang di rahim wanita yang tidak sehat.
"Ayo...!"
Clarisa meraih tangannya Alya, sehingga kini. mereka berjalan sejajar.
"Kamu kenapa?" tanya Clarisa penuh selidik, ia merasa ada yang berubah dari Alya sejak sampai di rumah sakit.
"Gak apa-apa nyonya " Jawab Alya sopan. Sebenarnya Alya kepikiran ibunya. Apalagi ia kini ada di rumah sakit, ibunya kan lagi sakit. Kalau ia dinyatakan dokter sehat. Maka, embrio Aaron dan Clarisa yang disimpan di laboratorium, akan di masuk kan Jelas rahimnya Alya. Karena, cadangan embrio Aaron dan Clarisa sudah ada. Jika itu terjadi, Alya tidak bisa pulang ke kampung, jumpa dengan ibunya yang sakit.
Graaapp
Alya menahan tangannya Clarisa, saat hendak masuk Jelas ruangan dokter. Sehingga pasangan suami istri menghentikan langkahnya.
"Nyonya, tuan. Sebelum aku diperiksa, aku ingin mengatakan sesuatu." Ujar Alya dengan menunduk, ia tidak yakin dengan permintaan nya akan dikabulkan pasangan di hadapannya.
Clarisa menatap bingung Alya, begitu juga dengan Aaron. Alya malah membisu.
"Ada apa Alya? kamu berubah pikiran?" tanya Clarisa, memegang kuat lengannya Alya. Ia tidak akan terima jika Alya membatalkan semuanya.
Aaron nampak menatap lekat Alya yang gugup itu.
"Emm... Nyonya, tuan. Sebelum kita lanjutkan rencana ini, bolehkah aku pulang sore ini ke kampung ku? ibuku sedang sakit, aku ingin menjenguknya. Kan, kata nyonya. Jika aku kesehatanku cocok jadi ibu pengganti, maka aku tidak boleh pergi kemanapun." Ujar Alya lirih, kedua matanya me merah, entah kenapa ia jadi sedih sekali
Clarisa menatap lekat sang suami, seolah ingin suaminya ikut menanggapi ucapan Alya. Karena sejak dari rumah hingga ke tempat praktek ini, Suaminya itu lebih banyak diam.
"Honey.... Gimana ini?" ia goyangkan tangannya Aaron lembut.
Aaron melirik Clarisa, Kemudian beralih menatap Alya yang ada di hadapannya. "Kamu diperiksa dulu kesehatan nya. Kalau kamu sehat dan cocok jadi ibu pengganti nya Clarisa, apapun yang kamu minta akan kami wujudkan!" ujar Aaron tegas.
Alya mengangkat Wajahnya, ia kagum dengan sikap dewasanya Aaron. "I, iya Tuan!" Jawabnya sedikit gugup. Pesonanya Aaron buat para wanita meleleh. Termasuk Alya, ia terpesona kepada Aaron.
"Ayo masuk!" Aaron membuka pintu ruangan dokter. Clarisa masuk ke dalam ruangan itu, Kemudian disusul oleh Alya.
Melihat kedatangan mereka, dokter bangkit dari duduknya, menyambut hangat kedatangan mereka .
Acara basa basi pun selesai. Kini saatnya Alya diperiksa. Memeriksa kesehatan reproduksi, serta penyakit yang ada pada Alya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments