Mencari

...•~HAPPY READING~•...

Nico dan Naya sama-sama mematung di tempat nya.

Mereka berdua tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

Orang yang selama ini ingin mereka lupakan, saat ini tepat berada di depan mereka.

Dan yang lebih parah nya lagi setelah orang tua mereka resmi menikah mereka akan tinggal di satu rumah di atap yang sama.

Dan bisa di pasti kan jika mereka akan selalu bertemu setiap hari nya.

Apalagi besok adalah hari pernikahan orang tua mereka.

Sudah bisa di pasti kan jika ke dua orang tersebut akan menginap di rumah Naya.

Sedari tadi Naya sudah mengontrol diri nya sendiri.

Agar tidak lepas kendali di hadapan mereka semua.

''Nicholas kok bengong?'' tanya sang papa.

''Sini dong kenalin dia Naya anak dari tante Ani,'' ucap sang papa pada Nico.

''Sayang kenalin dong jangan malu-malu,'' ucap sang mama.

Di sini kita dapat melihat jika sang mama tidak pernah mengetahui tentang Naya dan juga tidak peka dengan keadaan nya.

Sudah jelas jelas saat ini hampir seluruh badan Naya bergetar se akan menggigil.

Dan Naya mengutuk sang mama karena di saat seperti ini pun dia tidak bisa memahami nya.

Di saat ia butuh se se orang untuk menggenggam tangan nya tapi sang mama malah menganggap nya sedang malu malu kucing.

''Nico kenalin dia Naya seumuran samaa kamu tapi saat ini dia masih kelas XII tidak seperti kamu yang sudah mau kuliah,'' ucap sang mama.

Nico dan Naya tidak bergerak sama sekali hingga tanpa sadar Naya menjatuh kan piring yang ada di hadapan nya karena saat ini ia tidak bisa mengontrol diri nya sendiri.

Rasa sakit, rasa kecewa, rasa takut, rasa benci, rasa sayang kini menjadi satu.

''Ya ampun Naya kamu kenapa?'' tanya sang mama heran.

Tapi untung lah ada kepala pelayan yang bisa mengerti situasi nya dan berhasil membawa Naya pergi.

Nico penasaran apa yang terjadi pada Naya karena ia tahu Naya sedang tidak baik baik saja.

Nico mengenal Naya bukan hanya satu atau dua bulan melain kan sudah tahun-an.

''Dia tampak sedang tidak baik baik saja, apa dia segitu syok nya melihat ku setelah sekian lama,'' batin Nico

Yang saat ini sudah duduk bersama dengan dengan papa nya.

''Tatapan nya memancarkan aura yang tidak bisa aku tebak, terlihat dingin dan tidak bisa di sentuh,'' lanjut nya.

''Apakah ini ada kaitan nya dengan malam itu?'' gumam nya.

''Kenapa Nic?'' tanya sang papa.

Nico hanya menggeleng kan kepala nya.

Saat ini Naya sudah mulai tenang di dalam kamar nya di temani oleh bibi pelayan tersebut.

Di mana sebenar nya bibi pelayan itu adalah orang yang memang di tugas kan menjaga Naya dari sang nenek.

Karena sang nenek tau perjalanan hidup Naya tidak akan mulus seperti kehidupan orang lain.

Karena sedari kecil mental nya di guncang dan juga ada trauma di dalam nya.

''Tadi siang aku sudah pergi ke spikolog dan itu sedikit bekerja aku sudah mulai bisa mengeluarkan apa yang aku ingin kan, mengeluarkan pendapat dan juga mengeluarkan unek-unek yang aku rasa kan,'' jujur Naya.

Sekali pun sang kepala pelayan itu kaget tapi ia tidak bereaksi apa-apa semata-mata hanya untuk membuat Naya kembali percaya diri.

''Mau ditemenin jika mau ke sana lagi?'' tanya sang bibi.

Naya menggeleng kan kepala nya.

''Aku bisa sendiri bi, lagian aku tidak ingin ada yang mengetahui tentang ku selain bibi dan nenek,'' jawab Naya.

''Kalau begitu Naya harus tetap semangat jangan berpikir yang tidak-tidak, tidak semua apa yang Naya takut kan itu akan terjadi, Naya adalah perempuan yang paling kuat yang pernah Bibi temui, dan Bibi yakin di setiap langkah Naya akan selalu ada doa nenek,'' jelas sang bibi.

Naya hanya kembali mengagguk kan kepala nya.

''Anak om Arya itu adalah orang yang sama Bi,'' jelas Naya mulai bercerita.

''Aku harus bersikap seperti apa?'' ucap Naya dengan bertanya.

''Jika mama menikah dengan dengan om Arya, maka secara otomatis dia juga akan tinggal di sini Bi, atau tidak Mama yang akan ikut om Arya,'' jelas nya.

''Naya juga ingin ikut?'' tanya sang Bibi.

Naya menggeleng kan kepala nya.

''Naya mau di sini aja sama Bibi sama yang lain nya juga,'' jelas Naya.

''Bibi akan selalu ada untuk Naya apapun itu sesuai janji Bibi pada nenek Naya,'' jelas sang Bibi.

''Terima kasih Bi, dan sekarang Naya ingin istirahat jika ada yang nanya bilang aja Naya sedang tidak enak badan,'' ucap nya.

Sang Bibi hanya mengangguk tak lupa mencium kening Naya dengan sayang.

''Berjanji lah pada Bibi apapun yang terjadi, apapun situasi nya Naya tidak boleh lemah, tidak boleh tunduk pada siapapun, tidak perlu memperdulikan perasaan orang lain, tidak perlu memaksakan tersenyum jika Naya memang sudah tidak mampu, ingat hidup Naya itu sangatlah berharga lebih berharga dari apapun, dan mulai belajar lah untuk mengahargai diri Naya sendiri, jika bukan Naya siapa lagi,'' ucap sang Bibi menesehati.

Naya kembali mengagguk kan kepala nya.

Dan kepala pelayan itu pergi tak lupa mematikan lampu yang ada di kamar Naya.

Sedang kan ke tiga manusia itu sedang berbincang di ruang keluarga.

''Nico jangan sungkan anggap rumah ini juga rumah mu karena sebentar lagi tante akan menjadi ibu sambung mu,'' ucap mama Ani.

''Baik tan,'' jawab Nico.

Mama Ani dan juga papa Arya seperti pasangan baru yang sedang kasmaran.

Mereka se akan akan tidak peduli dengan ekspresi yang di keluar kan oleh anak masing masing.

Wajar sih tapi tidak masuk akal.

''Kamar mandi nya di mana ya tan?'' tanya Nico.

''Ada di pojok sana,'' jelas mama Ani.

Dan tujuan Nico adalah untuk mencari keberadaan Naya

Apakah akan berhasil?