Mereka makan bersama di restoran dan saat ini sedang bicara dengan penulis terkenal itu.
Dan setelah menandatangani kontrak mereka lalu makan bersama. Dan yang membuat Lara salah tingkah, adalah karena Zaki juga sedang makan bersama di restoran yang sama. Lara benar-benar mengkhawatirkan karirnya saat ini yang sedang akan melambung tinggi.
"Lara....makanlah. Bukankah makanan enak. Tapi sepertinya kamu tidak menikmati nya..." Kata CEO saat melihat gerak gerik Lara yang aneh.
"Ehm, aku sedang menikmati nya. Ini sangat enak sekali..." Kata Lara dan sekali lagi dia menatap di kejauhan dimana suaminya sedang bicara mesra dengan Irene.
Tiba-tiba CEO menatap ke arah yang sama dan lagi-lagi dia bingung saat melihat Lara tidak memanggil suaminya padahal mereka ada di restoran yang sama.
CEO dalam hati mengatakan jika hal seperti ini bisa menjadi sandungan dalam film yang sedang di garapnya.
"Kau harus memanggil mereka untuk makan bersama kita. Itu suamimu bukan?"
"Eh....iya..."
"Aku akan memanggil mereka,"
"Ehm tapi...."
CEO yang sudah berdiri dan akan berjalan kaget dan menoleh ke arah lara saat mendengar nada keberatannya. Dalam hati berbisik ini sangat aneh.
"Kenapa? Kau keberatan?"
"Ehm, tidak. Kau boleh mengajak mereka bergabung..." Kata Lara lagi dan dalam hati berdebar kencang.
Zaki yang sedang makan dengan mesra kaget saat melihat CEO berdiri disamping meja mereka.
"Aku datang bersama istrimu. Dia disana. Maukah kalian bergabung bersama kami?" Kata CEO seakan menekan seluruh hal aneh yang dia rasakan.
"Ohh. Benarkah? Lara ada disini?" Tanya Zaki kaget dan dalam sekejap wajah Irene berubah kesal. Namun dia berusaha menyembunyikan nya.
"Baiklah. Kami akan kesana..."
Mereka bertiga lalu berjalan ke meja Lara. Dimana dia duduk sendirian dan sangat gelisah saat ini.
Lara tersenyum bingung saat melihat mereka bertiga datang dan bergabung dengannya.
"Kami ada urusan pekerjaan. Dan kami datang kemari..." Kata Lara pada suaminya yang duduk didekatnya. Irene merasa cemburu dan menjadi salah tingkah saat ini.
Mereka makan dengan canggung dan tidak nyaman, saling bertukar pandang secara diam-diam dan hal itu menjadi pertanyaan tersendiri dalam hati nya.
.....
Selesai makan bersama Zaki terlihat sangat bingung antara akan pulang bersama Irene atau Larasati.
"Lara...pulanglah bersamaku..." kata Zaki agar CEO itu tidak curiga padanya dan melindungi Irene dari gosip.
Irene tersentak kaget karena Larasati akan pulang bersama dirinya dan Zaki.
"Eh...baiklah...." Larasati kaget atas ajakan itu dan mengangguk. Mereka bertiga naik ke mobil Zaki, dan tiba-tiba saja Irene dan Larasati membuka pintu depan secara bersamaan. Hal itu membuat kaget CEO.
Tentu saja dia bingung, biasanya istrilah yang duduk disamping suaminya.
Ceklek!
Larasati dan Irene saling berpandangan. Namun, akhirnya Larasati sadar jika memang tempat itu untuk Irene, bahkan dihari suaminya, hanya ada tempat untuk Irene saja.
Larasati lalu tersenyum pahit dan membuka pintu dibelakangnya. Apa yang terjadi justru membuat CEO terbelalak.
Bagaimana tidak? Istrinya duduk di belakang dan teman wanita Zaki duduk didepan? Apa yang terjadi? Kenapa Larasati diam saja? Ada apa dengan mereka? Pikir CEO dalam hati.
Didalam mobil ketika mobil itu melaju meninggalkan restoran dan akan ke hotel.
"Irene, aku akan mengantarmu dulu ke hotel. Setelah itu aku akan mengantar lara mengambil bajunya," kata Zaki menoleh pada Irene.
Irene kelihatan kesal karena rencananya untuk berduaan dan bersenang-senang dengan Zaki terganggu karena kehadiran Larasati yang tiba-tiba.
"Kenapa begitu?" Irene sepertinya tidak rela Zaki bersama istrinya itu.
"Jika aku tidak mengantar Lara, maka CEO akan curiga. Benarkan Lara?"
"Eh, i-iya....." Lara tersentak karena sejak tadi dia hanya melamun saja.
"Baiklah jika begitu. Tapi kau harus kembali padaku setelah mengantar nya...!" kata Irene tersungut.
"Tentu....!"
Deg. Entah kenapa hati Lara sakit mendengar jawaban "tentu" yang terdengar manis dan lirikan Zaki yang penuh cinta menatap Irene.
"Kalau begitu aku turun dulu. Kamu jangan lama-lama ya...aku menunggumu..." kata Irene sebelum turun.
Zaki menoleh pada Larasati dan menyuruhnya pindah ke depan.
"Kau bisa pindah kedepan..." kata Zaki.
"Eh, apa...?" Lara seakan salah tingkah.
"Kemarilah. Kita suami-istri. Aku bukan sopirmu, sehingga kau akan duduk dibelakang..." kata Zaki.
Lara lalu mengangguk dan pindah kedepan.
Sepanjang jalan menuju ke resort nampak diam-diam Lara mencuri pandang menatap wajah suaminya itu.
Hatinya syahdu dan terus berdebar setiap kali berada didekatnya.
"Kenapa menatapku? Apa ada yang ingin kau bicarakan...." Zaki merasa tingkah Lara aneh akhir-akhir ini.
"Ehm, tidak. Aku hanya tidak sabar untuk bermain di film baru yang baru saja aku tandatangani..."
"Oh, selamat ya. Aku senang kau serius dengan karirmu,"
"Iya. Terimakasih..."
Ah, kenapa aku selalu mengganti topik pembicaraan secara tiba-tiba. Aku ingin mengatakan hatiku berdebar kencang setiap kali menatapmu. Dan hatiku sakit jika melihat kau pergi bersama dia. Tapi lidahku kelu untuk mengatakannya.
"Kenapa lagi?" Tanya Zaki karena Lara benar-benar aneh. Dia menatap dirinya tak berkedip.
"Emm, tidak. Apakah menurutmu CEO itu curiga pada kita?" kata Lara lagi.
"Sepertinya tidak. Aku kaget saat kau melihat kami bersama. Apakah kau tidak papa?" Tanya Zaki dan pertanyaan nya itu benar-benar seperti menggugah perasaannya.
"Aku? Aku....apa maksudmu? Aku tidak mengerti..." kata Larasati salah tingkah.
"Maksudku...apakah kau merasa nyaman dengan semua ini?"
Ah, kenapa kau bertanya aku nyaman atau tidak?
"Aku...tentu saja aku tidak nyam.... maksudku terserah padamu. Kita bukan suami istri seperti yang orang lihat,"
"Benar. Kita hanya teman biasa. Pernikahan ini adalah kesepakatan bersama,"
"Aku hanya istri bayaran saja..."
"Ah, itu sangat kasar," kata Zaki menoleh pada Lara.
"Kau benar. Sangat kasar. Lalu apa aku? Aku butuh uang untuk bertahan di dunia entertainment ini. Dan kau membayarku,"
"Ah, sudahlah. Kita sudah sampai. Kau bisa ambil bajumu sekarang. Lalu kita akan ke hotel...." Kata Zaki.
Larasati lalu turun dan tidak lama dia kembali dengan koper disalah satu tangannya.
.
Mereka menuju ke hotel. Dimana Irene juga menginap disana. Zaki menyewa kamar bersebelahan dengan kamar Irene untuk Larasati.
"Ini kamarmu....dan aku menginap disini bersama Irene. Jika kau butuh sesuatu, kau bisa panggil aku..." Kata Zaki sebelum pergi.
Larasati hanya mengangguk pelan menahan sesak di dadanya.
Suaminya menginap denganya di hotel yang sama. Tapi malam ini dia akan menghabiskan malam bersama Irene, wanita yang sangat dia cintai. Dan aku... seperti biasa...hanya akan gelisah tidak bisa tidur karena menunggu dan memikirkan nya.
Cinta...kenapa harus merasakan sakit karena mencintainya. Orang yang tidak boleh aku cintai. Tapi aku juga tidak tahu kapan aku mulai mencintai nya. Sejak hidup bersamanya, aku menjadi terbiasa dan akhirnya cinta itu tumbuh didalam hatiku. Sayangnya hanya didalam hatiku dan bukan di hatinya juga. Cinta diam yang bertepuk sebelah tangan, terasa sangat menyakitkan.
"Zaki....jangan pergi...." Tanpa terasa terucap kata itu untuknya dan membuat langkah Zaki terhenti dan dia terkejut mendengar nya. Ini pertama kalinya aku meminta dia untuk jangan pergi menemui kekasihnya.
Dia menatap Larasati dengan tajam dan hati bimbang mendengar istri bayarannya meminta dia untuk jangan pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments