Di Tolak Oleh Rumah Sakit

Setelah tiba di rumah sakit, Kamelia turun dari mobilnya. Dia menggendong sang putra lalu berlari masuk ke dalam rumah sakit untuk bertemu dengan pihak administrasi.

Raut wajah Kamelia tampak sangat panik, takut sesuatu yang buruk terjadi pada putra tercintanya bila tidak mendapatkan penanganan dokter.

"Sus, tolong anak saya! Dia demam tinggi sedari tadi. Tubuhnya menggigil gak berhenti-henti," pinta Kamelia penuh harap.

Pihak administrasi menghela nafas berat. Dia menatap malas Kamelia, berita viral tentang Mario sangat dahsyat. Wajah Kamelia yang dulunya privasi kini telah menjadi bahan gunjingan publik.

"Silahkan isi formulir laporan dulu, Mbak. Ini ambil nomor antrian nya!" ujar wanita berbaju putih itu membuat Kamelia mengeraskan rahangnya.

Dia sangat kesal melihat respon wanita itu, padahal anaknya sedang sakit keras.

"Anak saya sakit, Mbak. Demam tinggi dan tubuhnya menggigil, butuh penanganan dokter secepatnya. Masalah isi formulir dan pembayaran administrasi nanti bisa belakangan!" sentak Kamelia dengan nada tinggi. Dia tidak peduli tentang kelembutan, karena dia harus tegas agar wanita di hadapannya mengerti.

"Ini sudah menjadi prosedur rumah sakit, Mbak. Mohon pengertiannya," ujar wanita itu lagi.

"Masalahnya ini nyawa anak saya dalam bahaya, Sus! Ngerti nggak sih?" tandas Kamelia dengan nada kesal.

Lelah berdebat, Kamelia memutuskan untuk mengisi formulir. Setelah selesai dia mengeluarkan kartu ATM prioritas.

"Atm Mbak sepertinya sudah diblokir!" ujar wanita itu membuat Kamelia terhenyak.

"Coba yang ini, Sus." Kamelia memberikan ATM lainnya. Namun, tetap tidak bisa.

Wanita itu gemetar mengkhawatirkan keadaan putra tersayangnya. Dia baru sadar kalau seluruh ATM yang dimiliki oleh Mario dan dirinya telah dibekukan oleh polisi.

Dirinya tidak memiliki uang cash. Karena Mario hanya memberinya kartu kredit saja.

"Sus, tolong rawat anak saya dulu. Nanti akan saya bayar belakangan uangnya!" Kamelia memohon pada pihak administrasi, dia benar-benar kalang kabut karrna tak punya uang tunai.

Pihak administrasi tetap tidak bisa menolong Kamelia.

Tubuh Noah semakin menggigil dan demam nya begitu tinggi. Cairan bening membasahi pipi Kamelia. Dia sangat takut bila anaknya tak tertolong.

Mario?? Andai saja ada sang suami. Pasti saat ini Mario akan menolong nya.

Jangankan membayar administrasi, membeli rumah sakit akan Mario lakukan.

Dia membutuhkan suaminya.

"Papa," lirih Noah yang kesekian kalinya membuat dada Kamelia terasa sesak.

Dia mengeratkan gendongan nya. Lalu melabuhkan kecupan di pelipis putranya.

"Sabar ya, Sayang. Mama yakin papa mu akan bebas," bisik Kamelia pelan.

Kamelia memilih duduk di kursi antrian. Dia segera menghubungi mertuanya untuk.meminta bantuan.

Panggilan terhubung.

"Hali, Ma … Ma, Amel mau ngutang 8 juta buat biaya rumah sakit, Noah! Noah sakit, Ma … dia demam tinggi … hiks."

Kamelia mengadu pada ibu mertuanya. Berharap mendapatkan pertolongan dari ibu suaminya.

[Baguslah kalau anak haram mu itu sakit, saya nggak sudi nolongin anak selingkuhan mu. Semoga saja dia cepat mati, karena aib keluarga sepertinya nggak pantas ada di dunia ini?!]

Kata-kata menyakitkan keluar dari lisan mertuanya. Kamelia terkejut, tak menyangka kalau ibu mertuanya bisa Setega itu.

"Ma?! Noah adalah cucu mama, anaknya aku dan Mas Mario. Kalau sampai Mas Mario dengar, dia pasti akan marah sama Mama?!" sentak Kamelia dengan nada keras.

[Saya tidak peduli]

Tut …

Panggilan berakhir begitu saja membuat Kamelia memejamkan matanya, dia menggigit bibirnya kuat agar tangisannya tak lepas.

Mengapa semuanya harus seperti ini? Kehidupan bahagia bersama Mario dan Noah sudah retak.

"Dia sakit apa?" tanya seseorang membuat Kamelia membuka matanya.

Degg.

Dia terkejut melihat sosok pria tak asing di hadapannya. Pria yang sama saat menangkap suaminya tempo hari.

"Ka-kamu!" seru Kamelia terkejut.

"Saya akan melunasi biaya perawatan dia," lanjut pria itu seraya menatap Noah penuh arti.

Dia …. Adalah David.

Mau up lagi nggak??? Yuk komentar di bawah 💋🥰❤️

Bersambung.