[Kalau kamu datang kesini, bagaimanapun susahnya keuanganmu maka saya akan langsung melunasinya!]
Setelah mendengar pernyataan dari nyonya itu, Elsa lalu menutup sambungan teleponnya. Dia tidak tahu apakah yang dilakukannya sudah benar atau tidak. Apalagi Gadis itu bukanlah santri yang keluar dari pondok islami atau pernah mondok untuk menuntut ilmu agama tapi secara logikanya sendiri dia sedikit bergidik ngeri, apakah langkah yang akan ditapakinya nanti, bisa membuatnya masuk ke dalam lubang neraka. Sementara jika dirinya membatalkan begitu saja belum tentu akan ada kesempatan kedua yang bagus seperti ini untuk mendapatkan uang dengan cepat. Namun, tekad kuat pada diri Elsa untuk melunasi semua utang kedua orang tuanya membuat wanita muda itu Sepertinya tak ingin mengambil pusing tentang larangan ataukah diperbolehkan dalam agama karena yang pasti dirinya belum sanggup kehilangan rumah satu-satunya peninggalan mama dan papanya.
‘Maafkan hamba ya Allah … jika jalan yang akan hamba kerjakan kali ini melanggar larangan dari Mu tapi hamba akan berusaha menjaga kehormatan dan kesucian hamba hanya khusus untuk suami sah nanti!’ Gadis itu memejamkan mata, mengeluarkan bulir bening sebelum tertutup sempurna.
Keesokan paginya, Elsa dan Andre sarapan bersama. Awalnya tidak ada perbincangan antara mereka berdua, tapi Andre yang menyadari ada sesuatu yang berbeda dari Elsa seketika langsung membuka suaranya.
"Apa semuanya baik-baik saja, El?" tanya pamannya menyelidik.
"Aku? Baik-baik saja, Paman. Memangnya kenapa?" tanya Elsa bingung karena tumben sekali Andre kembali memanggilnya dengan panggilan El yang sudah lama tidak didengar karena hanya kedua orang tua Elsa yang memanggilnya dengan panggilan El.
"Tidak, hanya saja aku merasa kau berubah pagi ini. Apa ada yang sedang kau pikirkan, El? Katakan padaku jika itu hal yang serius," Andre meraih gelas berisi air putih dan menatap intens wajah keponakannya yang sedang melamun, namun Elsa masih bisa dengan jelas mendengar apa yang dikatakan oleh Andre barusan.
"Tidak ada apa-apa, Paman. Semuanya baik-baik saja kok," sahut Elsa singkat.
Lebih tepatnya dia tidak mau sampai Andre tahu apa yang akan dilakukannya hanya untuk melunasi utang kedua orang tuanya. Lebih baik pamannya itu tidak tau sama sekali rencana yang bakal ia lakukan daripada Andre nanti malah tidak memberikan izinnya.
"Baiklah, kalau begitu aku akan pergi ke luar karena ada sesuatu yang harus ku lakukan. Jika ada sesuatu yang mengkhawatirkan maka secepatnya hubungi aku!" balas Andre mengambil selembar tisu dan mengelap bibirnya. Pria itu juga terlihat merapikan kemeja yang dia pakai dan pergi meninggalkan Elsa sendirian.
Elsa menghembuskan napasnya lega. Dia bersyukur karena Andre ke luar dan memiliki urusan tanpa tau apa yang dilakukan pamannya. Oleh sebab itu, Elsa memutuskan untuk datang ke alamat yang sudah diberikan oleh wanita paruh baya di telpon semalam. Buru-buru Elsa mengganti bajunya dan segera pergi ke alamat yang dituju menggunakan kendaraan umum agar bisa lebih murah ongkosnya.
‘Ya Tuhan tolong tenangkan rasa gugup di dalam jiwa hamba ini,’ gumamnya di dalam hati.
Meskipun di dalam bus begitu sesak dan panas, namun Elsa berusaha untuk menyesuaikan dirinya, gadis itu tidak mau menjadi wanita manja hanya karena tidak terbiasa pergi menggunakan kendaraan umum. Karena sekali lagi yang ada dipikirannya sekarang hanyalah bagaimana bisa hidup tenang tanpa adanya beban pikiran serta utang yang membuat dirinya tidak bisa bergerak dengan bebas. Hanya itu yang Elsa pikirkan saat ini.
Tanpa terasa angkutan itu sudah sampai di simpang kawasan elit, dirinya harus turun dan berjalan kaki sekitar lima puluh meter barulah sampai pada rumah yang dituju. Sebuah rumah mewah berwarna putih dengan gaya Yunani terpampang jelas di hadapannya saat ini, meskipun Elsa pernah memiliki rumah seperti itu tapi dia tetap merasa terpukau dengan apa yang dilihatnya. Rasa itu langsung menghilang seketika begitu saja saat dirinya melihat seorang wanita paruh baya dengan tampilan ala nyonya sosialita.
Wanita itu sepertinya sedang menunggu kedatangan seseorang dengan tatapan tidak bersahabat. Pandangannya seolah sedang menguliti Elsa yang hendak bertanya.
“Assalamu’alaikum, Bu. Maaf, saya mau bertanya, apa benar ini rumah Nyo–” Belum selesai Elsa berkata. tapi wanita itu sudah memotongnya terlebih dahulu.
"Hem, Elsa Jean? Apa benar itu nama kau?" Kalimat pertama yang Elsa dengar ketika dia berada di dekat wanita paruh baya itu sungguh kurang nyaman.
"Benar, Bu. Saya adalah Elsa," sahut gadis itu dengan sedikit menundukkan kepala walau hatinya sedih karena salamnya tidak dijawab sama sekali.
"Perkenalkan saya Sarah, panggil saya Bu Sarah karena saya yang akan memberikan kontrak kerjasama ini padamu." Wanita itu langsung membalikkan tubuhnya diikuti Elsa menuju rumahnya.
Elsa tersenyum getir, meskipun wajah wanita paruh baya bernama Sarah itu terkesan sangatlah tidak bersahabat dan juga menyebalkan, tapi Elsa tetap harus bersikap sopan karena dia harus menghormati orang yang lebih tua.
"Baik, Bu Sarah," sahut Elsa sembari mengikuti wanita itu.
Mereka pun akhirnya masuk ke dalam rumah yang ternyata di dalamnya begitu besar dan juga tertata rapi, aksen Yunani yang begitu kental terasa membuat Elsa seketika langsung merinding dibuatnya
"Masuklah, kau tidak usah takut dan santai saja!" titahnya setelah melihat wajah Elsa yang sedikit gugup.
Sarah menyakinkan wanita muda di belakangnya untuk bersikap biasa saja karena meskipun sikapnya tidaklah ramah, tapi Sarah adalah orang yang baik hati dan suka menolong orang lain hanya saja paling benci dengan kata dusta dan pembohong.
Setelah itu mereka berdua duduk di ruang kerja Sarah dimana ada foto wanita paruh baya itu di tengah-tengah dinding, serta ciri khas yang dimiliki ruangan itu begitu mirip dengan karakter seorang Sarah.
"Begini, sebenarnya saya memiliki seorang putra, namanya adalah Kenneth Haryanto yang menikah dengan seorang wanita bernama Salma Varnina. Salma tidak bisa hamil karena ada masalah pada rahimnya karena itulah saya mencari wanita lain untuk bersedia memberikan rahimnya untuk dibuahi oleh anak saya," jelas Sarah mulai membuka obrolan langsung pada intinya. Elsa yang sejak tadi terus menyimak apa yang dikatakan Sarah hanya diam tanpa berani berekspresi.
“Kamu akan mendapatkan apapun yang kamu mau asal bersedia melakukan semua perintah saya, terutama mengandung calon cucu saya! Saya akan memberikan rumah mewah, mobil mewah dan kartu tanpa batas agar kamu bisa berfoya-foya,” lanjut Sarah menatap intens wanita yang sedang diujinya untuk mengandung calon cucunya itu.
"Apakah Kalau saya menuruti seluruh perintah anda, bisa mengakibatkan bahaya bagi rahim saya, Bu Sarah?" tanya Elsa sedikit takut, meskipun dia belum menjalankannya secara langsung tapi membayangkan saja membuat Elsa tidak yakin ingin melakukannya.
Namun, ketika dirinya teringat akan rumah harta peninggalan kedua orang tuanya bakal diambil alih sang rentenir, perempuan itu sepertinya memaksakan diri untuk menghilangkan segala keraguan yang sempat singgah di dalam hatinya.
"Jika dilakukan berulang kali maka jawabannya akan berbahaya tapi saya hanya membutuhkan satu calon penerus keluarga kami, untuk bayaran kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu karena saya akan memberikan apa saja yang kamu inginkan jika semuanya berjalan dengan lancar," jawab Sarah menjelaskan serta membuat Elsa percaya jika semuanya akan baik-baik saja.
Gadis itu mendengarkan dengan baik agar tidak melewatkan sedikit pun informasi yang disampaikan Sarah, bahkan Sarah mengambil sebuah notebook yang sepertinya berisi tentang catatan-catatan penting untuk diserahkan sama gadis yang akan jadi pilihannya.
"Lalu setelah itu apa yang harus saya lakukan, Bu? Saya belum pernah melakukan ini sebelumnya, jadi saya tidak tahu step by step yang harus saya lakukan. Saya juga tidak perlu dibayar lebih selain dengan perjanjian semalam saja karena yang saya butuhkan hanya untuk membayar utang almarhum kedua orang tua saya," jelasnya dengan memaksakan bibir untuk tersenyum.
“Apa kamu yakin hanya ingin mendapatkan uang saja? Bagaimana dengan kartu kredit, mobil mewah dan rumah besar di kawasan elit untukmu?” selidik Ibu Sarah untuk meyakinkan kalau kali ini dirinya tidak akan salah lagi dalam mengambil calon ibu untuk anak putranya.
"Ada dua metode yang bisa kau pilih, menggunakan cara dokter atau berhubungan badan secara langsung dengan putra saya!" jawab Sarah menatap netra Elsa yang terlihat begitu terkejut.
“Ber-berhubungan badan?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
candra rahma
bu sarah please cari cara yg halal ya lagian elsa msh gadis jangan di rusak cara dokter aja tp halal kan dl elsa nya
2023-04-07
0
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
eits, tunggu dulu Bu Sarah
Neng Elsa masih ori inih, yo rugilah kalo dpt bekas kayak anakmu
pake cara dokter ajalah
2023-04-05
0