Air mata Yara menetes saat mendengar ucapan Aidan. Bagaimana mungkin suaminya tega mengatakan hal seperti itu? Padahal sejak dulu Yara tidak pernah sedikit pun menuntut apa-apa dari Aidan, dia bahkan tidak pernah mempermasalahkan pekerjaan laki-laki itu walau tidak sebanding dengan keluarganya.
"Mas!"
Dada Yara terasa sangat sesak. Serendah itukah harga dirinya di mata sang suami? Apa selama ini suaminya itu tidak melihat betapa besar cinta yang dia berikan?
Aidan sendiri mengusap wajahnya dengan kasar. Rasa kesal, malu, dan juga marah terus menyelimuti hatinya hingga membuatnya merasa tidak punya harga diri sebagai suami Yara di mata semua orang.
"Ada apa ini?"
Yara langsung mengusap air matanya saat mendengar suara sang mertua, sementara Aidan membuang muka dengan kesal.
"Aidan, Yara. Kenapa kalian bertengkar?"
Nova berdiri di ambang pintu dapur bersama dengan seseorang yang juga menatap mereka berdua dengan tajam.
"Ka-kami tidak-" Yara tidak bisa melanjutkan ucapannya saat melihat seorang lelaki yang sedang berdiri di belakang sang mertua. "Zafran?"
Aidan langsung melihat ke arah sang ibu saat mendengar ucapan Yara, sontak dia juga terkejut saat melihat keberadaan adik iparnya di tempat ini.
"Za-Zafran? Kau di sini?"
Zafran yang sejak tadi berdiri di tempat itu menganggukkan kepalanya, lalu berjalan mendekati sang kakak yang terus menatapnya dengan cengo.
"Mama masak bubur ayam kesukaan Mbak, jadi aku datang ke sini untuk mengantarnya."
Zafran memberikan makanan yang dia bawa pada Yara, yang langsung diterima oleh wanita itu dengan gugup.
"W-wah. Ini pasti sangat lezat."
Yara mencoba untuk tersenyum sambil menerka-nerka apakah adiknya itu mendengar pertengkarannya dengan Aidan, tetapi wajah Zafran sama sekali tidak bisa ditebak.
Untuk menghilangkan keheningan yang terjadi, Yara lalu mengajak semua orang untuk sarapan termasuk adiknya juga. Aidan yang masih merasa kesal terpaksa duduk di tempat itu karena keberadaan Zafran, sementara Nova terus menatap putranya itu dengan tajam.
Akhirnya mereka menikmati sarapan dalam keheningan yang luar biasa. Beberapa kali Yara mengajak Zafran untuk ngobrol, tetapi dasar adiknya itu sangat pendiam dan hanya menjawab pertanyaan singkat-singkat saja.
Setelah selesai, Yara langsung mengajak Zafran duduk di halaman belakang rumahnya. Sementara Aidan dan mertuanya entah sedang keluar ke mana.
"Kenapa Mbak membawaku ke sini?" tanya Zafran yang sebenarnya sudah tahu kenapa kakaknya itu membawanya duduk di belakang rumah.
"Ada yang mau Mbak tanyakan padamu, Zaf. Apa, apa tadi-"
"Ya,"
"Hah?"
Yara merasa bingung dengan apa yang Zafran katakan. Padahal dia belum mengucapkan pertanyaannya, tetapi sudah dijawab oleh laki-laki itu.
"Aku mendengar semua pertengkaran kalian, Mbak."
Deg.
Yara tersentak kaget saat mendengar ucapan Zafran, dia langsung panik karena adiknya itu mendengar pertengkarannya yang terjadi tadi.
"Ka-kau benar-benar mendengarnya?"
Zafran menghela napas kasar lalu menganggukkan kepalanya, membuat Yara berdecak kesal karenanya. Kenapa juga adiknya harus datang di saat seperti itu?
"Dengarkan Mbak, Zaf. Mbak mohon jangan katakan pada siapa pun tentang apa yang terjadi tadi, terutama pada mama dan papa."
Yara tidak mau membuat kedua orang tuanya menjadi sedih. Mereka pasti akan khawatir dan memikirkan apa yang terjadi padanya, apalagi kata-kata yang Aidan ucapkan tadi seolah-olah menyalahkan kedua orangtuanya dengan apa yang terjadi.
"Kenapa aku harus menuruti ucapan Mbak?"
"A-apa?" Yara terkejut dengan apa yang Zafran tanyakan.
"Kenapa aku harus diam karena laki-laki yang tidak bisa menghargai dirinya sendiri?"
Yara terdiam saat mendengar ucapan sang adik, sementara Zafran sendiri menatap kakaknya dengan tajam.
"Dia tidak pantas untuk dipertahankan, Mbak. Jangankan menghargai orang lain, dia bahkan tidak bisa menghargai dirinya sendiri."
Untuk pertama kalinya Zafran bicara panjang lebar seperti itu dengan sang kakak, biasanya dia hanya akan mengatakan sepatah dua patah saja lalu pergi entah ke mana.
Yara menghela napas kasar lalu menepuk bahu sang adik. "Mbak mengerti apa yang kau katakan, Zaf. Tapi Mas Aidan tidak seburuk yang kau pikirkan, mungkin saat ini dia sedang lelah atau ada masalah di perusahaan. Karena itu emosinya menjadi tidak terkendali."
"Jika tidak buruk, lalu menurut Mbak dia baik?"
Yara langsung diam dan tidak bisa menjawab ucapan Zafran, membuat laki-laki itu tersenyum sinis.
"Dia merasa rendah diri hanya karena berada di bawah Mbak. Tapi kenapa dia malah menyalahkan mama dan papa karena perasaan labilnya itu?"
Yara semakin terdiam. Apa yang Zafran katakan pas sekali dengan keadaan Aidan saat ini, mungkinkah suaminya itu benar-benar merasa rendah diri?
"Sudahlah, mbak akan menyelesaikan semuanya nanti." Yara kembali menepuk bahu Zafran. "Tolong jangan katakan pada mama dan papa ya, mbak gak mau menambah beban pikiran mereka."
Zafran hanya bisa mengangguk dan beranjak bangun dari tempat itu. Dia lalu pamit dan bergegas untuk pergi ke kampus karena hari ini ada seminar yang harus dia hadiri.
Setelah kepergian Zafran, Yara lalu mencari keberadaan Aidan. Namun, laki-laki itu tidak ada di rumah, begitu juga dengan mobilnya.
"Dia pergi ke mana?"
Yara lalu bergegas menelepon Aidan, tetapi nomor ponsel laki-laki itu tidak aktif dan membuatnya benar-benar khawatir.
Sementara itu, di tempat lain terlihat Aidan sedang berada di apartemen seseorang. Tampak mereka berdua sedang duduk dibalkon sambil saling menatap dalam.
"Kenapa kau merasa kesal sekali, Ai? Seharusnya kau senang karena tidak perlu repot-repot mengurus keperluan istrimu."
Aidan menghela napas kasar lalu menyandarkan tubuhnya. Akhir-akhir ini dia merasa sangat dekat dengan wanita lain, sementara hubungannya dengan Yara malah semakin jauh.
"Apa kau juga ingin mengatakan jika aku menumpang hidup, Rosa?" sinis Aidan membuat wanita itu tergelak.
Rosa lalu menyandarkan kepalanya ke dada bidang Aidan sambil mengedipkan sebelah matanya. "Tidak perlu marah padaku, Ai. Aku hanya mengatakan kebenarannya saja. Bukankah kita sudah sangat dekat?" Tangannya terulur mengusap wajah Aidan.
"Hentikan, Rosa. Aku merasa jika hubungan kita ini sudah terlalu jauh,"
"Tidak, Aidan. Kau pantas mendapatkan wanita sepertiku yang bisa melayanimu setiap waktu, bukankah istrimu selalu sibuk?"
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
MakBarudakh
Eeeh pelakor mulai ber aksi
nyesl kau nanti ih laki ga tau bersyukur
2024-01-29
0
kimiatie
itulah rupa orang yang tak pandai bersyukur Dan selalu menyalahkan orang lain tanpa mahu bercermin manatap diri sendiri...jadikan cerita ini sebagai pengajaran bagi Kita yang sudah berumah tangga
2023-12-28
0
Fhebrie
Hellen ai dan ai dan banyakan alasan km bakalan menyesal telah menyia-nyiakan istrimu
2023-12-01
0