Yara terdiam saat membaca pesan yang dikirim oleh Rosa. Ya, dia ingat jika wanita bernama Rosa itu adalah teman kerja Aidan. Lalu tiba-tiba dia tersentak kaget saat ponsel itu ditarik oleh seseorang, sontak Yara langsung mendonggakkan kepalanya.
"M-Mas, tadi ada-"
Aidan langsung menganggukkan kepalanya dan berlalu ke balkon membuat Yara tidak bisa melanjutkan ucapannya, dia terdiam sambil menatap ke arah sang suami yang terlihat sedang menelepon seseorang.
"Apa Mas Aidan marah? Tapi, aku kan cuma membaca pesannya saja."
Yara menjadi bingung sendiri. Memangnya dia membuat kesalahan? Jika tidak, kenapa Aidan bersikap seperti itu?
Tidak berselang lama, Aidan kembali masuk ke dalam kamar membuat lamunan Yara terhenti.
"Ayo kita tidur!"
Yara tercengang saat Aidan mengajaknya tidur, dia berpikir mungkin laki-laki itu akan menjelaskan sesuatu atau mengatakan tentang apa yang baru saja terjadi.
"Mas baru nelpon siapa?"
Akhirnya Yara memilih untuk bertanya langsung, apalagi melihat gelagat Aidan yang sepertinya tidak berniat untuk mengatakannya.
"Nelpon Rosa. Ada sesuatu yang ketinggalan tadi."
Aidan berjalan ke arah ranjang dan meletakkan ponselnya di atas meja, dia berbaring lalu menarik selimut sampai menutupi perut.
"Kenapa diam di sana? Apa kau tidak mau tidur?"
Aidan menatap Yara dengan heran membuat wanita itu bergegas mematikan lampu, dan berlalu naik ke atas ranjang. Namun, Yara tidak langsung berbaring melainkan masih duduk menghadap suaminya.
"Apa aku boleh bertanya sesuatu, Mas?"
Aidan yang sudah memejamkan kedua matanya berdecak kesal. "Aku lelah, Yara. Tidak bisakah kau bertanya besok saja?"
Mendengar ucapan Aidan, tentu Yara langsung menutup mulutnya. Dia lalu berbaring di samping laki-laki itu yang saat ini sedang membelakanginya.
"Baiklah, Mas. Selamat tidur."
Hening. Tidak ada lagi jawaban yang keluar dari mulut Aidan pertanda bahwa laki-laki itu sudah tidur, membuat Yara menghela napas berat.
Dia lalu memutuskan untuk ikut tidur dan akan membahas masalah malam ini esok hari.
*
*
*
Keesokan harinya, seperti biasa Yara menyiapkan sarapan untuk suami dan juga mertuanya. Terlihat Aidan sudah terlihat segar dengan pakaian santainya dan berjalan ke arah dapur.
Yara yang melihat kedatangan sang suami mengernyitkan kening bingung. Pasalnya saat ini Aidan tidak memakai pakaian kerja, padahal sekarang masih hari kamis.
"Loh, Mas gak kerja?" tanya Yara sambil melihat ke arah Aidan yang sudah duduk sambil memakan apel.
Aidan menggelengkan kepalanya. "Enggak, hari ini aku cuti istirahat. Lelah sekali karena tiap malam selalu begadang."
Yara merasa sedikit heran, padahal selama ini suaminya tidak pernah cuti walau begitu padatnya pekerjaan. Ah, mungkin saja laki-laki itu benar-benar lelah.
"Ya sudah, hari ini Mas bisa istirahat di rumah. Nanti aku bikini masakan kesukaan Mas."
Yara mematikan kompor dan membawa masakan yang sudah selesai ke atas meja, sudah ada menu sarapan 4 sehat 5 sempurna yang tersaji saat ini.
"Lalu, bagaimana dengan rencanamu itu, Yara? Apa tanahnya sudah dapat?"
Setelah sekian lama, akhirnya Aidan bertanya tentang persiapan pembukaan praktek Yara yang sudah diselesaikan oleh sang mertua.
Yara langsung saja menceritakan semuanya pada Aidan, termasuk tanah dan juga pembangunan yang sudah mulai dikerjakan hari ini.
"Benar. Untuk apa aku mengkhawatirkanmu jika sudah ada papa dan juga Om River? Mereka sudah bisa menyelesaikan semuanya."
Yara langsung menatap Aidan dengan tajam saat mendengar apa yang laki-laki itu katakan. "Apa maksudmu, Mas? Papa hanya ingin membantu karena-"
"Ya, sejak dulu papa kan memang sudah banyak membantu kita. Dia bahkan melakukan semua hal yang seharusnya suamimu lakukan."
Yara benar-benar tidak mengerti dengan apa yang Aidan katakan saat ini. Kenapa laki-laki itu berkata seperti ini? Apa dia tidak suka dengan apa yang papanya lakukan?
"Sudahlah, aku memang tidak diperlukan,"
"Aku benar-benar tidak mengerti apa maksudmu, Mas? Kenapa kau mengatakan hal seperti itu tentang papa?"
Aidan menatap Yara dengan tajam, emosinya tiba-tiba naik ke permukaan karena merasa tidak dianggap sebagai suami oleh wanita itu.
"Kau tidak mengerti? Kenapa kau harus melibatkan orang tuamu dalam setiap hal, Yara? Bukankah kau sudah menikah dan punya suami, seharusnya kau mengatakan semua itu padaku. Kau ingin membuat namaku jelek di mata keluargamu, hah?"
Yara tercengang saat mendengar apa yang Aidan katakan. Otaknya sedang mencoba untuk mencerna setiap ucapan yang terlontar dari mulut Aidan, hingga dia tidak habis pikir kenapa suaminya bisa berkata seperti itu.
"Sejak dulu orang tuamu selalu saja membereskan semuanya. Rumah ini, pekerjaan, bahkan semua yang seharusnya kita selesaikan berdua. Dan sekarang, papa juga sudah menyelesaikan tentang pembangunan klinikmu itu. Sungguh aku suami yang tidak berguna."
Aidan terkekeh dengan apa yang terjadi saat ini. Dua hari yang lalu dia terpaksa menundukkan kepalanya di hadapan sang mertua saat rapat di perusahaan, dan ternyata Vano lah yang telah mengakuisisi perusahaan tempatnya bekerja.
Tentu semua orang tahu jika laki-laki itu adalah mertuanya, hingga menganggap dia beruntung karena bisa menumpang hidup dengan keluarga Yara dan tidak perlu melakukan apa-apa.
Lalu sekarang, mertuanya itu juga sudah mengambil alih posisinya sebagai seorang suami. Bukankah harga dirinya terasa seperti sedang diinjak-injak? Lalu apa gunanya dia sebagai suami?
"Kenapa kau marah karena semua itu, Mas? Bukankah kau sendiri yang tidak ada waktu untuk melakukannya?"
Yara menatap Aidan dengan tajam membuat laki-laki itu juga memandangnya tak kalah tajam.
"Kau bilang apa?"
"Aku bilang kenyataannya, Mas. Bagaimana bisa aku minta bantuanmu saat kau selalu pulang dini hari? Kita bahkan hanya bertemu selama beberapa jam saja, dan setelah itu kau harus kembali bekerja. Tapi kenapa sekarang kau malah marah karena papa membantuku?"
Yara menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan. Dia mencoba untuk mengendalikan diri agar tidak kembali bertengkar.
"Benar. Seharusnya kau tidak menikah dengan seorang buruh sepertiku, tapi dengan seorang CEO yang tidak perlu kerja dari pagi sampai malam sepertiku."
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
MakBarudakh
Eeeh memang ga bersyukur kau jd laki
Alamat kau asik na salah2kan Yara...
2024-01-29
0
MakBarudakh
Ya bener...
Aneh...protes minta diperhatikan sm istri, tp sok sibuk
2024-01-29
0
Fhebrie
suami kurang bersyukur ya begini banyak alasan... karna sdh punya selingkuhan jadinya hal sepele di besarkan
2023-12-01
0