Rendi sangat terkejut dengan apa yang Yara lakukan saat ini, apalagi saat melihat sebuah surat yang ada di atas meja kerjanya.
"Apa maksud semua ini, Dokter Yara?"
Rendi menatapnya wanita yang ada di hadapannya ini dengan tajam. Berbagai pikiran menemenuhi kepalanya. Mungkinkah terjadi sesuatu dengan Yara, sehingga wanita itu mengundurkan diri?
"Maaf, Tuan. Saya berniat untuk membuka praktek sendiri, jadi dengan sangat terpaksa saya harus mengundurkan diri dari rumah sakit ini," jawab Yara.
"Apa ada sesuatu yang menganggu Anda, Dokter? Kenapa tiba-tiba mengundurkan diri seperti ini?"
Rendi benar-benar tidak mengerti, dan dia tidak bisa melepaskan Dokter muda dan berbakat seperti Yara begitu saja.
Yara menggelengkan kepalanya. "Tidak, Tuan. Sebenarnya sudah lama saya memikirkan tentang semua ini, dan baru sekarang memutuskannya."
Rendi beranjak dari tempat duduknya membuat Yara juga ikut berdiri. "Jika Anda merasa tidak puas dengan gaji atau segala aturan yang ada di rumah sakit, Anda bisa langsung membicarakannya dengan saya, Dokter."
Yara kembali menggelengkan kepalanya. "Tidak, Tuan. Saya sangat senang sekali bisa bekerja di rumah sakit yang bagus dan berkualitas tinggi seperti ini, apalagi dengan lingkungan kerja yang baik dan juga nyaman."
"Mohon dipertimbangkan kembali, Dokter. Kami berharap masih bisa bekerja sama dengan Anda."
Yara diam sejenak untuk menenangkan hatinya yang kembali bergejolak. "Terima kasih, Tuan. Saya bangga menjadi salah satu Dokter yang bisa bekerja di rumah sakit ini, banyak sekali pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan selama mengabdi di sini."
Renti tidak dapat berbuat apa-apa lagi karena sepertinya keputusan Yara untuk keluar dari rumah sakit sudah bulat, dan dia tidak bisa mencegah wanita itu jika benar-benar ingin keluar.
Setelah memberikan surat pengunduran diri pada Direktur, Yara bergegas ke ruangannya untuk bersiap melakukan pemeriksaan. Walau dia sudah mengundurkan diri, tetapi jam kerjanya masih tetap berjalan.
Beberapa Dokter dan perawat yang bekerja di rumah sakit itu mendatangi Yara untuk mengucapkan selamat karena dia sudah naik jabatan, tentu saja berita itu sudah tersebar di seluruh rumah sakit terutama tenaga medis.
"Selamat untuk Anda, Dokter,"
"Selamat Dokter Yara,"
"Jangan lupa makan-makannya nih."
Yara hanya bisa tersenyum sambil mengucapkan terima kasih atas semua selamat yang mereka ucapkan, sementara Ambar hanya diam memperhatikan di sudut ruangan.
Dada Yara mendadak sesak saat melihat apa yang terjadi, tetapi dia menepis segala pemikiran yang akan menggoyahkan keputusannya untuk keluar.
"Apa Anda sudah menemui Direktur, Dokter?" tanya Ambar setelah semua orang pergi dari ruangan itu.
Yara menganggukkan kepalanya. "Sudah, Ambar. Ayo, kita harus memeriksa pasien sebelum aku pergi!" Dia langsung berbalik dan keluar dari ruangan itu membuat Ambar menatap dengan heran.
"Kenapa Dokter Yara kelihatan sedih? Aku yakin jika sedang terjadi sesuatu dengannya, tapi apa?"
Ambar bertanya-tanya sendiri dengan apa yang terjadi pada Yara, kemudian dia beranjak keluar dari ruangan itu untuk mengikuti langkahnya.
Sepanjang hari Yara terus menyibukkan diri dengan segala macam pekerjaan yang harus segera dia selesai, sampai para teman-temannya yang lain bertanya-tanya apa yang sedang terjadi padanya.
Yara tidak bisa mengatakan jika akan mengundurkan diri tepat setelah mereka mengucapkan selamat untuknya, dan pasti rasanya sangat mengganjal sekali.
Tepat pukul 9 malam, seperti biasa Yara sudah menyelesaikan pekerjaannya dan berlalu mengendarai mobil untuk pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, ternyata Aidan masih berada di perusahaan dan belum pulang. Yara segera membersihkan diri dan bersiap untuk menyambut ke pulangan sang suami.
"Bagaimana, Yara? Apa kau sudah mengatakannya pada orang tuamu?"
Yara yang sedang duduk sambil menonton televisi melihat ke arah sang mertua. "Sudah, Bu. Mama dan papa bilang tidak masalah, mereka mendukung apapun yang aku inginkan selagi itu baik."
"Syukurlah." Nova ikut duduk di sofa yang ada di tempat itu, dia merasa senang jika menantunya itu lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dari pada bekerja. "Tapi, di mana Aidan? Apa dia belum pulang?"
Yara menggelengkan kepalanya. "Belum, Bu. Mungkin Mas Aidan sedang lembur, tadi nomornya ku hubungi enggak aktif."
Nova mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ya sudah, ibu mau istirahat dulu."
"Jangan lupa minum obat dulu, Bu," ucap Yara saat mertuanya itu sudah berjalan menuju kamar.
"Sudah ibu minum kok," jawab Nova sambil tetap melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar, dia lalu menutup pintu kamarnya dan berlalu istirahat.
Setelah kepergian sang mertua, Yara tetap berada di tempat itu untuk menunggu Aidan pulang. Rasa dingin mengusik kulitnya membuat Yara beranjak ke kamar untuk mengambil selimut, lalu kembali ke tempat itu lagi dan merebahkan diri di atas sofa sampai tidak sadar jika terlelap.
Yara mengerjapkan matanya saat mendengar pintu rumahnya terbuka, sontak dia langsung duduk dan melihat ke arah pintu tersebut.
"Mas!"
Aidan yang baru saja pulang dan hendak kembali menutup pintu terlonjak kaget saat mendengar suara Yara, dia lalu berbalik dan melihat istrinya itu sedang berjalan ke arahnya.
"Loh, kok belum tidur?" tanya Aidan sambil kembali mengunci pintu rumahnya.
"Aku sengaja nunggu Mas pulang." Yara lalu melirik ke arah jam yang tergantung di dinding. "Tumben Mas, lemburnya sampai jam 1." Dia kaget karena ternyata sekarang sudah pukul 1 dini hari.
Aidan menganggukkan kepalanya sambil berjalan ke arah Yara, dengan cepat Yara mengambil tas kerja sang suami dan membantu laki-laki itu melepas jasnya.
"Iya, tadi kami makan malam dulu dan ngobrol di kafe. Enggak terasa sampai jam 1 malam," jawab Aidan sambil merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku.
"Ya sudah. Aku siapkan air hangat sebentar ya, supaya Mas bisa langsung mandi dan istirahat."
Aidan menganggukkan kepalanya membuat Yara beranjak pergi ke kamar. "Dasar, ada-ada aja sih." Tiba-tiba dia terkekeh pelan saat kembali mengingat sesuatu yang terjadi di kafe tadi.
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
MakBarudakh
Hhhmmmm bibit2 arah perselingkuhan ni kayaknya
2024-01-29
0
Fhebrie
lembur sama prlakor tuh kayaknya istri sdh berkorban giliran suami yg ga ingat keluarga
2023-12-01
0
KUNCORO'S Days
Yaaahhh jangan2 Aidan tergoda niih sama perempuan lain.. Aduh kasihan Yara nih. Kak Ayu, perlu ga nih aku siapin tisu? Kyknya bakal sedih bgt nih kisah Yara...
2023-04-10
0