Ambar yang baru saja selesai shalat memekik kaget saat mendengar apa yang Yara katakan. "Do-Dokter bilang apa?" Dia langsung duduk di samping Yara dan menatap wanita itu dengan tajam.
Yara menghela napas kasar. Sekilas dia melirik ke arah Ambar, lalu kembali melihat lurus ke depan.
"Aku mau buka praktek sendiri, Mbar. Gimana menurutmu?"
Yara bertanya dengan suara getir. Ada rasa tidak rela karena harus keluar dari rumah sakit yang sudah beberapa tahun ini menjadi tempat mencari rezeki, tetapi rumah tangganya saat ini jauh lebih penting.
Mendengar ucapan sekaligus pertanyaan Yara membuar Ambar terdiam. Tentu saja dia sangat terkejut karena tiba-tiba wanita itu memutuskan untuk keluar dari rumah sakit, karena selama ini Yara tidak pernah cerita apapun padanya.
"Memangnya kenapa, Dokter? Apa Dokter ada masalah dengan pihak rumah sakit?"
Yara menggeleng dengan cepat membuat Ambar menatap heran. "Aku ingin fokus berkarir sendiri, Mbar. Ya sekalian mengurus suami dan keluarga. Kau tau sendiri jika jadwalku sangat padat di rumah sakit."
Ambar mengangguk paham. Memang Yara adalah Dokter umum dan bukannya spesialis, tetapi entah kenapa wanita itu bisa lebih sibuk dari pada Dokter yang lain.
"Jika memang seperti itu, menurut saya malah lebih bagus, Dokter. Saya juga akan mengundurkan diri dan ikut dengan Dokter."
"Apa?"
Yara tersentak kaget. Dia menatap Ambar dengan tajam, yang di balas dengan mata berbinar-binar oleh wanita itu.
"Ambar, aku tidak main-main," ucap Yara dengan penuh penegasan. Nasibnya saja belum jelas, tetapi wanita itu malah ingin ikut bersamanya.
"Memangnya, siapa yang bilang kalau Dokter main-main?"
Ambar beranjak dari sofa dan berlalu meletakkan mukena yang masih dia pegang. Tentu saja dengan tetap berada dalam pandangan Yara, yang sejak tadi menatapnya dengan tajam.
"Sejak dulu, saya sudah sangat menyukai Dokter. Itu sebabnya saya berjuang keras supaya bisa berada di samping Anda, dan jika Anda mengundurkan diri. Tentu saja saya juga harus mengundurkan diri."
Yara tercengang dengan apa yang Ambar katakan. Sebenarnya dia sudah tidak kaget saat wanita itu mengatakan jika menyukainya, karena sejak awal semua orang juga sudah tahu jika Ambar sangat ngefans dengannya. Walaupun dia tidak tahu kenapa wanita itu bisa sampai menyukainya seperti itu.
Namun, sekarang bukan saat yang tepat untuk semua itu. Mereka sedang bicara tentang masa depan, tentu saja tidak boleh sembarangan dan asal mengambil keputusan.
"Karirmu sudah sangat bagus di rumah sakit ini, Mbar. Kenapa malah ingin ikut aku dan memulai semuanya dari awal?" tanya Yara dengan heran.
Ambar tersenyum simpul sambil menyibakkan anak rambutnya yang menutupi jidat paripurnanya.
"Karna saya menyukai Anda, Dokter. Pokoknya Anda harus beritahu saya jika mengundurkan diri dari rumah sakit, oke?" Ambar menunjukkan jari kelingkingnya pada Yara dan meminta wanita itu untuk berjanji padanya.
Yara hanya mengangguk saja karena bingung harus berkata apa. Setelahnya mereka keluar dari ruangan itu dan berlalu ke ruangan pasien untuk mengecek kondisi mereka.
****
Tepat pukul 9 malam, Yara sudah menyelesaikan semua pekerjaannya dan sudah dalam perjalanan pulang ke rumah. Di tengah perjalanan, dia berhenti sebentar di kedai makanan untuk membeli sesuatu yang nantinya bisa di makan bersama dengan suami dan mertuanya saat sudah sampai di rumah.
Beberapa saat kemudian, Yara sudah sampai di halaman rumahnya. Dia bergegas turun dan berlalu masuk ke dalam rumah tersebut.
"Assalamu'alaikum."
Yara melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah, terlihat Aidan dan juga Nova sedang duduk di ruang keluarga.
"Wa'alaikum salam. Tumben, enggak lambat pulangnya?" tanya Nova sekaligus sebagai sindiran.
Yara menyalim tangan Aidan dan juga Nova, kemudian meletakkan bungkusan yang tadi dia beli ke atas meja.
"Malam ini tidak ada pasien, Bu. Jadi bisa pulang cepat." Nova dan Aidan mengangguk paham. "Oh ya, aku tadi beli martabak kesukaan Ibu dan juga Mas."
"Wah, sudah lama ibu enggak makan martabak."
Nova langsung mengambil martabak yang ada di atas meja, begitu juga dengan Aidan yang semangat memakan apa yang Yara belikan.
Yara tersenyum senang. Benar, sudah lama dia tidak merasakan suasana kehangatan seperti ini lagi karena kesibukannya. Lalu, dia menarik napas panjang sebelum mengatakan apa yang sudah dia niatkan dalam hati dan pikiran.
"Em ... ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan Ibu dan Mas," ucap Yara dengan lirih dan penuh keraguan.
Aidan dan sang ibu sontak melihat ke arah Yara. "Ada apa? Apa ada masalah?" Aidan terlihat cemas.
Yara menggelengkan kepalanya. "Tidak, Mas. Aku hanya mengatakan jika aku ingin mengundurkan diri dari rumah sakit, dan membuka klinik sendiri di sekitar sini."
Suasana mendadak jadi hening. Aidan dan Nova saling pandang dengan tatapan tidak mengerti, dan terkejut mendengar apa yang Yara katakan.
"Bagaimana menurut Ibu dan Mas?" tanya Yara kemudian.
"Apa kau yakin, Yara?" Aidan menatap Yara yang saat ini juga sedang menatapnya. "Jika kau seperti ini karena pertengkaran kita semalam, maka kau tidak perlu-"
"Tidak, Mas. Bukan seperti itu." Yara menggelengkan kepalanya untuk membantah apa yang Aidan katakan. "Aku hanya ingin mengurus keluarga kita, dan juga tetap bekerja sesuai dengan apa yang aku cita-citakan. Jika aku membuka praktek sendiri, aku bisa membagi waktu lebih banyak untuk keluarga."
Aidan terdiam. Dia sebenarnya senang dengan apa yang Yara katakan, tetapi bagaimana dengan kedua mertuanya? Apa mereka tidak akan keberatan jika Yara keluar dari rumah sakit? Apalagi jika mengetahui alasan wanita itu keluar karena pertengkaran yang terjadi di antara mereka.
"Ibu setuju dengan apa yang Yara katakan, Aidan."
Lamunan Aidan terhenti saat mendengar apa yang ibunya katakan. "Tapi bagaimana dengan mertuaku, Bu? Mereka pasti tidak senang saat mendengarnya."
Bukan hanya Nova saja yang terdiam dengan apa yang Aidan katakan, bahkan Yara juga diam karena baru ingat tentang kedua orang tuanya.
"Mas tenang saja. Mama dan papa pasti akan mendukung apapun yang aku lakukan."
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Fhebrie
sdh rela keluar dr pekerjaannya ujung ujungnya nnti juga di selingkuhi
2023-12-01
0
Nayra Syafira Ahzahra
pikiran Aidan sebenarnya gimana si 🤔🤔🤔 sebelumnya kan dia nyuruh Yara untuk berhenti jadi dokter karena gak ada waktu buat dia.... sekarang Yara udah kasih solusi yang tepat.,...Dia baru kepikiran dengan orang tua Yara😠😠😠 hallo babang.... kemarin" kemana😠😠😠 terus semangat thor 💪💪💪💪
2023-04-08
0