"Mas!"
Yara menatap Aidan dengan nanar, untuk kesekian kalinya laki-laki itu kembali mengungkit tentang harta kedua orang tuanya. Bukankah selama ini Aidan tahu, jika keluarganya memang kaya raya? Lalu, kenapa baru sekarang diungkit-ungkit seperti ini?
"Sudahlah, Yara. Aku lelah harus berdebat denganmu." Aidan berjalan cepat dan masuk ke dalam mobilnya. Dia menyalakan mesin mobil itu dan berlalu pergi dari sana.
Yara mematung di tempatnya berada. Entah mau bagaimana lagi dia mengatakan semua itu pada sang suami, dan dia sendiri juga tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini Aidan selalu marah padanya.
"Mana suamimu, sudah pergi?"
Yara melirik ke arah samping di mana mertuanya berjalan mendekat. "Sudah, Bu. Baru saja." Walaupun merasa kesal, dia tetap menjawab ucapan wanita paruh baya itu.
"Sebenarnya apa yang kau kejar sih, Yara? Untuk apa kau kerja sampai larut malam dan mengabaikan suamimu? Keluargamu sudah sangat kaya, jadi kau tidak perlu kerja jika ingin mendapatkan uang. Lagi pula anakku masih mampu untuk menafkahimu," ucap Nova dengan frontal. Dia kesal karena Yara terus saja sibuk dan tidak memperhatikan putranya.
Yara menarik napas dalam sebelum menjawab ucapan sang mertua, dia tidak mau melepaskan emosinya dan bertindak diluar batas.
"Aku bekerja bukan hanya karena uang, Bu. Sejak dulu aku memang ingin menjadi seorang Dokter, aku ingin membantu semua orang yang sedang sakit dan terluka."
"Halah, kau selalu aja mencari alasan. Kalau tidak mau melayani dan mengurus Aidan, lebih baik kalian cerai saja."
"Astaghfirullahal'adzim, Bu. Kenapa Ibu ngomong kayak gitu?"
Yara menatap mertuanya dengan tidak percaya. Bagaimana mungkin mertuanya itu mengatakan tentang cerai? Ucapan adalah sebuah do'a, dan ucapan yang buruk bisa saja menjadi kenyataan.
"Dengar ya, Yara. Sekarang kau sudah berumah tangga dan bukan anak gadis lagi, ada seorang laki-laki yang harus kau urus. Coba pikirkan, dalam sehari berapa jam kau bersama dengan suamimu?"
Yara terdiam dengan apa yang sang mertua katakan. Kedua tangannya saling bertautan, dengan dada yang kian sesak.
"Kau sudah menikah, dan seharusnya kau mengurus suamimu. Ingat, Yara. Surgamu ada di bawah telapak kaki suamimu, kalau sampai dia tidak senang, maka jangan harap kau bisa mencium wangi surga."
Nova segera berbalik dan berjalan naik ke lantai dua. Dia merasa benar-benar kesal melihat kesibukan Yara, apalagi semalaman putranya menunggu wanita itu.
Yara mendudukkan tubuhnya di atas sofa. Lelehan air mata kembali menetes dari kedua matanya, dan entah sudah berapa kali semua ini terjadi.
"Kenapa ibu berkata seperti itu? Selama ini aku mengurus mas Aidan dengan baik, dan hanya beberapa kali saja aku lembur. Tapi dia langsung mencapku mengabaikan suami."
Helaan napas kembali terdengar dengan tangan yang memegang kepala karena berdenyut sakit. Ingatan demi ingatan kembali berputar dalam kepala Yara, yaitu tentang pertengkaran-pertengkaran yang sudah terjadi dalam rumah tangganya. Apalagi pernikahan mereka baru menginjak 1 tahun.
"Apa aku sudah benar-benar mengabaikan suamiku?"
Tidak mau semakin pusing, Yara beranjak ke kamarnya untuk membersihkan diri. Setelah itu dia merenungkan semua yang sudah terjadi dalam rumah tangganya.
1 tahun mengenal Aidan dan dekat dengannya, mereka sama sekali tidak pernah bertengkar. Laki-laki itu selalu mendukung pekerjaan Yara, dan tidak pernah menuntut apapun saat dia sedang sibuk.
Namun, apa yang terjadi sekarang? Selama setahun menikah, entah sudah berapa kali mereka bertengkar akibat pekerjaannya.
Aidan selalu marah jika tiba-tiba Yara tidak ada kabar dan membatalkan janji jika sedang ada acara atau ingin bertemu seperti semalam. Ya, Yara sadar jika dialah yang salah. Jika sedang fokus merawat pasien, dia pasti lupa akan segala hal. Termasuk mengabari suaminya.
Sejak saat itulah hubungan mereka semakin renggang, bahkan sekatang Aidan tidak ingin bicara atau bahkan hanya melihat ke arahnya.
Yara bingung harus bagaimana, dia ingin meminta saran pada orang lain tetapi tidak tahu siapa.
"Apa aku cerita pada mama saja?"
Dia lalu menyambar kunci yang ada di atas meja dan berlalu pergi dari rumah menuju rumah sang mama, untung saja hari ini dia masuk siang.
Beberapa menit kemudian, Yara sudah sampai di rumah kedua orang tuanya karena memang jarak rumah mereka sangatlah dekat.
"Assalamu'alaikum."
Yara melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah, terdengar suara jawaban salamnya dari arah dapur membuatnya langsung beranjak ke sana.
"Loh, Nak. Tumben pagi-pagi ke sini?"
Yara langsung menyalim tangan sang mama yang sedang sibuk membuat sesuatu. "Iya, Ma. Apa papa udah berangkat kerja?"
Via menganggukkan kepalanya. "Hari ini papa ada meeting penting, makanya pergi cepat."
Via lalu mengajak Yara untuk duduk di taman belakang sambil membawa sepiring cookies yang baru saja dia buat.
"Kau enggak kerja, Nak?" tanya Via kemudian.
"Kerja Ma, tapi nanti siang." Yara menatap mamanya dengan sendu. Dia merasa bingung harus bagaimana mengatakan apa yang sudah terjadi padanya.
"Ada apa, Nak? Apa terjadi sesuatu?"
Yara mengangguk lemah. "Iya, Ma. Saat ini aku merasa bingung. Apakah aku benar-benar sudah mengabaikan suamiku?"
Via menyernyitkan kening heran saat mendengar ucapan sang putri. "Memangnya ada apa, Nak? Coba ceritakan pada mama, mungkin mama bisa sedikit membantu."
Yara menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan perlahan, setelah itu dia menceritakan semua yang sudah terjadi dalam rumah tangganya.
"Nak, apa yang ibu mertuamu katakan benar. Surgamu memang ada di bawah telapak kaki Aidan, tapi bukan berarti kau tidak bisa mencapai apa yang kau inginkan. Lebih baik bicarakan semuanya baik-baik, dan dengan kepala dingin."
Yara mengangguk paham. "Tapi bagaimana aku bicara, Ma? Mas Aidan selalu menyalahkan pekerjaanku."
Via tersenyum lalu mengusap punggung tangan Yara. "Pertama bicara lah yang baik dan tenang, jangan terpancing emosi walaupun suamimu sedang marah. Setelah kau meminta maaf dan meluruskan kesalah pahaman, barulah minta dia untuk mengerti pekerjaanmu."
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
guntur 1609
mngkn aidan dikompori sm mamanya sendiri. kehancuran rumah tangga sdh di depan mata
2024-07-18
0
Fhebrie
ini yg mengakibatkan suaminya selingkuh
2023-12-01
0
Happyy
💪🏼💪🏼
2023-11-06
0