Waktu berlalu tidak tahu sudah berapa lama. Meng Lusi merasa efek obat pada tubuh pria itu sudah mereda. Jadi dia memiliki kesempatan untuk membuatnya pingsan. Sebelum pingsan, Shin Kaichen mencoba mengingat seperti apa wajah gadis itu. Walaupun tampak buram.
“Kamu …” Shin Kaichen akhirnya pingsan.
Meng Lusi menghela napas. Dia menyingkirkan pria itu dari tubuhnya, membenarkan pakaian dan mencoba meninggalkan gua.
Tapi … kenapa seragam tentaranya berubah menjadi gaun? Dan ada apa dengan tangannya yang kecil ini? Apakah ini masih tubuhnya?
Meng Lusi tidak mau memikirkan itu sekarang. Prioritas utamanya adalah kabur. Walaupun tubuhnya kesakitan, dia masih meninggalkan gua dan pergi sejauh mungkin. Tidak perlu meminta pertanggungjawaban dari pria itu.
Lebih baik untuk tidak saling bertemu lagi. Anggap saja Meng Lusi sial kali ini.
“Tempat macam apa ini? Aku belum pernah melewatinya sama sekali.”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pada keesokan paginya, Shin Kaichen terbangun dengan keadaan setengah telanjang. Kepalanya agak sakit dan mengingat apa yang terjadi semalam. Gadis malam tadi sudah tidak ada. Dan gadis itu juga yang membuatnya pingsan.
Tatapan Shin Kaichen sangat dingin hingga ingin membunuh orang. Siapapun gadis itu, lebih baik untuk tidak bertemu lagi dengannya. Jika tidak, jangan salahkan dia untuk membunuhnya.
Pertama kali menyentuh seorang gadis, Shin Kaichen tidak menduga akan terjadi di tempat seperti ini. Dia tidak bisa mengingat wajah Meng Lusi yang kabur. Tapi dia ingat jika gadis itu masih perawan.
Siapa gadis itu? Kenapa tiba-tiba muncul dari udara kosong?
Shin Kaichen membenarkan pakaiannya dan kembali ke istananya sendiri.
Para bawahannya ternyata sudah menunggu. “Pangeran!”
Mereka lega karena Shin Kaichen sudah kembali. Semalam tuan mereka pergi entah ke mana saat minum-minum dengan Jenderal Feng. Rubah tua itu sudah lama ingin membiarkan putrinya menikah dengan Shin Kaichen, tapi ditolak.
Alasannya, Shin Kaichen tidak berniat menikah saat ini. Apa lagi memiliki istri, selir saja tidak punya.
“Ya.” Nada bicara Shin Kaichen sangat dingin. “Kun, Baizhen, pergi ke ruang belajar.”
Kun dan Baizhen adalah bawahan setia Shin Kaichen. Kedua pria berbaju hitam itu saling melirik dan mengangguk.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di ruang belajar.
Shin Kaichen duduk tanpa ekspresi. Bahkan saat Kun dan Baizhen bertanya ke mana tuannya pergi semalam, Shin Kaichen enggan memberi tahunya.
Malam tadi, apa yang terjadi dengannya dan gadis itu, anggaplah sebagai rahasia gelap hidupnya.
“Selain jenderal Feng semalam, apakah pihak lain yang mencurigakan?” tanyanya pada kedua bawahannya.
Kun menggelengkan kepala. “Semuanya normal. Kami telah memantau tapi tidak ada yang mencurigakan. Apakah Pangeran mencurigai sesuatu?”
“Bukan apa-apa. Jenderal Feng berani memberiku obat hanya untuk membiarkanku memasak nasi mentah bersama putrinya. Dia tidak akan memiliki keberanian seperti itu bahkan jika terpaksa sekalipun. Satu-satunya yang memungkinkan, seseorang diam-diam melakukannya,” jelasnya.
Kun dan Baizhen saling melirik lagi. Lalu Baizhen berkata. “Bukankah Feng Mayun itu dekat dengan pangeran kelima sebelumnya?”
“Semua orang juga tahu tentang ini.”
“Mungkinkah Feng Mayun sendiri yang merencanakan hal ini atas perintah pangeran kelima?”
“Lalu apa tujuan pangeran kelima melakukan ini?” tanya Kun.
Baizhen menggelengkan kepala. Nah, dia juga tidak tahu tentang masalah ini.
Shin Kaichen mengerutkan kening, berpikir lebih dalam. Tubuhnya masih kurang nyaman saat ini. Menandakan betapa kerasnya dia bertahan semalam. Jika gadis itu tidak muncul, mungkin ia harus menahannya sampai pagi.
Ia curiga jika tubuhnya bermasalah saat ini. “Panggil tabib istana diam-diam. Katakan jika raja ini tidak enak badan setelah mabuk semalam,” titahnya.
Baizhen pergi menjalankan tugas tersebut.
Kun melihat rasanya ada yang hilang dari tubuh tuannya. “Pangeran, di mana token istana yang selalu dipakai?”
Shin Kaichen menyentuh pinggangnya. Biasanya token selalu dia gantung di ikat pinggang. Tapi token itu hilang sekarang. Wajahnya seketika menjadi gelap. Mungkinkah gadis itu mengambil tokennya?
Walaupun tak banyak yang tahu tentang token itu, setidaknya berharga ribuan tael jika dijual.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Meng Lusi tidak tahu apa yang terjadi dengan pria itu setelah melarikan diri dari gua. Dia sudah pergi jauh. Kemudian tiba tak jauh dari sebuah sungai berair jernih. Ia memutuskan untuk istirahat.
Dalam keadaan bingung, dia melihat kedua telapak tangannya sendiri. Ini jelas tubuhnya tapi … bukankah ini saat berusia lima belas tahun?
Kenapa dia, seorang wanita berusia 25 tahun tiba-tiba akan kembali ke usia 15? Belum lagi, tempat ia berada saat ini sangat asing.
Tiba-tiba saja seekor ular putih muncul dari udara kosong. Meng Lusi terkejut hingga mundur beberapa langkah.
“Ular jadi-jadian?” tebaknya.
Ular putih spiritual baru saja menyelesaikan masalah ruang. Ketika muncul dipanggil ular siluman?
Kenapa dia memiliki ras yang begitu rendah?
“Aku bukan ular jadi-jadian, namaku Sunni. Aku adalah penjaga ruang mata air spiritual. Kamu adalah tuan baruku sekarang.”
Seberapa enggan Sunni menganggap Meng Lusi sebagai tuan, ia harus menerima kenyataan.
“Lalu apa yang terjadi padaku? Di mana ini dan kenapa aku menjadi seperti ini?”
Sunni menyentuh kepalanya dengan ekor. “Aku tidak tahu. Jujur saja saat ruang mata air spiritual jatuh ke dalam perbaikan, aku harus mengeluarkanmu dari ruang lebih dulu. Karena tidak ada rencana, aku hanya berjudi dengan keadaan berdasarkan gantungan giok identitas yang kamu temukan di gua. Intinya, ini bukan duniamu lagi.”
Maksudnya, Meng Lusi dibuang ke zaman yang tak ada dalam sejarah?
Takut Meng Lusi marah dan tidak mau mengakuinya, Sunni segera menjelaskan.
“Jangan khawatir, aku memiliki kemampuan untuk mencari tahu tentang dunia ini. Tapi butuh waktu. Apakah kamu baik-baik saja selama aku tidak ada?”
“Bagaimana menurutmu? Aku diperkosa saat pertama kali bangun.”
Nasib buruk macam apa ini? Sunni merasa kasihan. Dia sendiri seekor ular betina.
“Cepatlah pikirkan sesuatu. Aku tidak mungkin tinggal di hutan selamanya bukan? Sistem pemerintahan macam apa di dunia ini dan mata uang apa yang digunakan. Pria yang memperkosaku memanggil dirinya sendiri sebagai ‘raja’. Aku curiga ini zaman kuno.”
Belum lagi Meng Lusi masih memakai gaun putih ala gadis zaman kuno.
“Raja? Tuan, orang yang memperkosamu adalah seorang raja atau pangeran. Kenapa kamu bodoh dan malah pergi? Bukankah bagus jika meminta pertanggungjawaban darinya?”
“Ular bodoh! Hubungan tanpa cinta apa gunanya? Bukankah dia punya istri dan selir? Belum lagi, dia masih dibius hingga terpaksa memperkosaku. Meminta pertanggungjawabannya sama saja dengan bunuh diri.”
Meng Lusi bukan wanita teh hijau seperti dalam drama dan cerita novel. Dia seorang tentara wanita berbakat. Kenapa harus mengandalkan pria dalam segala hal?
“Tapi … bagaimana jika kamu hamil dalam satu kali gerakan?”
Pertanyaan itu membuat Meng Lusi terdiam. Tidak mungkin! Harusnya tidak akan terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Anonymous
bingungkan soal tidak mencintai wk wk wk
2025-01-22
0
Anonymous
kok nama jenderal ini familiar ya di Novel Timur
2025-01-22
0
lily
nah loh kalo hamil gmna
2024-12-25
0