BAB 11

"Astaghfirullah!! Kenapa di keranda jenazah nya ada seekor ular dengan sisiknya berwarna hijau. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ini, bu??!" bisik Pak Kojim pada istrinya bu Komariah.

"Bahkan aku tidak melihat nya, pak!? Apa bapak saat ini sedang berhalusinasi. Atau bisa jadi lantaran hasil pikiran kita, mengakibatkan melihat sesuatu yang tidak-tidak," sahut Bu Komariah dengan berkata pelan pada suaminya itu.

"Mungkin hanya bapak saja yang melihat ular hijau itu berada di atas keranda jenazah nya almarhum nak Kolik," kata bu Komariah.

"Ini aneh bu! Kenapa hanya bapak yang bisa melihat nya. Sedangkan ibu tidak," ucap pak Kojim.

Bu Komariah dan pak Kojim kini saling berpandangan. Mereka masih menatap jauh keranda jenazah yang kini akan segera dibawa ke tempat pemakaman umum terdekat di kampung itu.

Sementara itu Azzura mendampingi bu Ani, ibu kandung dari almarhum Kolik yang masih belum ikhlas saat jenazah Kolik hendak di kuburkan.

"Kolik, putra ku! Kenapa kamu harus pergi mendahului kami, nak. Sedangkan kamu masih terlalu muda," ucap bu Ani disertai tangisan yang histeris.

"Sabar, bu! Ikhlaskan dik Kolik pergi bu," sahut Azzura.

Bu Ani kini tiba-tiba melebar bola matanya saat melihat ke arah keranda jenazah Kolik.

"Astaghfirullah, Kolik anakku!? Kenapa di atas keranda kamu ada seekor ular?!" gumam bu Ani. Sukses ucapan bu Ani membuat Azzura kembali menatap ke arah keranda jenazah adik iparnya itu. Namun Azzura tidak bisa melihat sesuatu yang dilihat oleh bu Kolik.

"Aku tidak melihat apapun di atas keranda jenazah adik Kolik, selain rangkaian bunga melati bu. Sudahlah, bu! Ibu harus ikhlas dengan semua ini, bu!? Supaya dik Kolik bisa tenang di alam sana," ucap Azzura.

"Ular itu melilit di keranda jenazah Kolik. Sebenarnya apa yang sudah terjadi?" gumam bu Ani pelan dan hanya Azzura saja yang bisa mendengar nya.

"Ada apa yang terjadi bu? Kolik adalah adik yang baik. Tidak mungkin dia berbuat yang aneh-aneh, bu," ucap Azzura.

"Kolik, putra ku memang anak yang baik dan penurut. Tapi sekarang ini, ibu tidak yakin jika Akram lah penyebab kematian adiknya, Kolik," kata bu Ani. Azzura mengernyitkan dahinya lalu menatap ibu mertuanya dengan geram.

"Apa maksud ibu? Maa Akram tidak mungkin melakukan kejahatan itu, bu? Mas Akram sangat menyayangi Kolik, bu!? Bahkan sebelum Kolik meninggal dunia, mas Akram telah memberikan banyak uang untuk modal usaha dik Kolik. Kenapa ibu tega menuduh mas Akram sebagai penyebab kematian dik Kolik?" protes Azzura panjang lebar. Azzura kini meninggalkan ibu mertuanya lalu mendekati ke ibu dan bapak kandung nya sendiri yang berdiri tidak jauh dari tempat itu. Sedangkan jenazah kolik kini telah diantar ke tempat pemakaman umum oleh beberapa pelayat.

"Aku tidak habis pikir, bu! Bu Ani, ibu kandung dari mas Akram sendiri tega menuduh mas Akram lah penyebab kematian adik Kolik. Sedangkan mereka kakak beradik. Tega sekali ibu Ani berpikiran dan menuduh seperti itu," ucap Azzura pada ibu nya sendiri yaitu ibu Komariah.

Bu Komariah dan pak Kojim kini saling berpandangan lalu sama-sama melihat ke arah Azzura.

"Tuduhan ibu Ani, ibu mertua kamu, mungkin saja beralasan Azzura! Bahkan bapak kamu sendiri melihat di atas keranda jenazah almarhum Kolik ada seekor ular hijau melilit di sana sebelum keranda jenazah itu diantar ke tempat pemakaman umum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!