"Jangan takut, Rani!
Aku dan Amel, akan berada di pihak kamu, dan jadi sahabatmu selamanya. Iya kan, Mel?" sambung Safa yang sedari tadi diam dengan mata yang sudah basah dengan air mata. Harinya ikut perih melihat keadaan Maharani.
"Iya, kita akan terus jadi sahabat, selamanya.
Cepat sembuh, kita akan buktikan sama sama kalau kamu lebih berharga dan lebih baik dari mereka, anak anak sombong yang cuma bisa berlindung dari kekuasaan orang tuanya." ucap Amelia yakin dan benci mengingat Belinda bersama geng nya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Satu Minggu Maharani berada di rumah sakit, dan keadaannya sudah membaik. Hari ini dokter sudah mengijinkan pulang.
Amelia dan Safa sudah berada dirumah sakit untuk ikut menjemput Maharani.
Mereka pulang sekolah langsung menuju rumah sakit.
"Gimana Rani?
Sudah siap kembali ke rumah?" tanya Amelia dengan senyum manisnya.
"Ya jelas siaplah, Mel!
Siapa juga yang mau terus di rumah sakit, aneh!" sahut Safa mencebik kesal pada Amelia.
"Kalian ini, sudah aah bercandanya. Aku sudah kangen sama suasana rumah. Mau makan masakan bundaku. Iya kan bund?" Maharani ikut menimpali dengan senyuman bahagia, akhirnya dia bisa kembali kerumah dan keadaannya pun sudah berangsur pulih.
"Papaku sudah mengurus surat kepindahan kita, mulai hari Senin kita bisa masuk ke SMU negri satu kota. Dan kamu gak usah khawatir soal beasiswa kamu, RAN!
Papaku bilang, beasiswa kamu tetap akan turun saat kuliah nanti. Papaku sudah mengurusnya.
Kita akan sekolah dengan tenang tanpa gangguan anak anak setan itu lagi." ucap Amelia serius dan membuat Maharani dan orangtuanya terharu, Amelia dan keluarganya sudah banyak membantu dan perduli sama Maharani.
"Mel, makasih banyak ya!
Nanti kalau aku sudah benar benar sembuh, aku mau ketemu sama papa mama kamu, aku harus mengucapkan banyak terimakasih sama mereka, kalian sudah banyak membantuku. Terimakasih." Maharani tertunduk dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.
"Aah sudah dong sedihnya, kan kamu mau pulang. Tuhan sudah memberikan kebaikannya melalui orang tuaku, jadi tugas kita, harus belajar dengan giat agar mendapatkan nilai terbaik, hanya itu. Oke?" balas Amelia dengan senyuman hangat.
"Aku jadi iri sama kalian, kalau kalian pindah sekolah, aku sendirian dong. Sayang papa tidak mengijinkan aku pindah, karena nanggung sebentar lagi ujian." sahut Safa terlihat sedih.
"Kita masih bisa bertemu pas pulang sekolah, dan masih bisa mengerjakan tugas sekolah bareng. Jadi gak usah sedih gitu, kamu bagian mengawasi kelakuan geng setan itu, seperti apa mereka kalau Rani sudah tidak sekolah disana!" sahut amelia berapi api.
"Wah bener juga ya. Aku jadi penasaran sama mereka kalau Rani sudah tidak ada.
Apa mereka akan cari mangsa baru buat disiksa ya, kan mereka itu gak punya hati, otaknya juga sudah pada konslet, akibat terlalu banyak makan kecoak." sungut Safa yang diiringi tawa semua orang.
"Sudah, sudah!
Gak baik terus ngomongin kejelekan orang lain.
Biarkan Tuhan yang akan memberi balasan pada orang orang seperti mereka. Tidak selamanya uang dan tahta itu bikin bahagia.
Yuk pulang, keburu hujan." pak Danu ikut menimpali perbincangan anak dan teman temannya.
Tanpa banyak bicara, akhirnya Maharani pulang bersama teman dan keluarganya dengan perasaan lega.
Tanpa ada yang menyadari ada sepasang mata elang yang terus mengawasi mereka dari balik dinding lorong rumah sakit.
"Jangan senang dulu kamu Rani, meskipun kamu pindah ke sekolah baru. Aku tidak akan membiarkan kamu tenang dan nyaman disana.
Dengan pergi menjauh dariku justru akan membuatmu semakin tersiksa." Haris menatap benci ke arah Maharani yang tengah berjalan diantara sahabat dan orang tuanya.
Saat Haris sibuk dengan pikirannya untuk Maharani, tiba tiba ada tangan yang mendarat pelan di pundaknya.
"Papa?" Haris gelagapan saat menoleh ternyata pemilik tangan tersebut adalah papanya sendiri.
"Apa yang akan kamu lakukan lagi terhadap gadis malang itu?
Jangan kamu teruskan kelakuan bodoh kamu, karena kamu pasti akan menyesal suatu saat nanti.
Persiapkan dirimu, setelah selesai ujian, papa akan mengirimmu keluar negri. Belajarlah dengan sungguh sungguh, karena kamu satu satunya pewaris perusahaan papa!
Pulang dan jangan usik gadis itu!" tekan pak Altaf dingin, matanya menyorot tajam pada anak lelakinya.
Haris yang tak berani membantah ucapan papanya langsung pergi meninggalkan rumah sakit dengan langkah gontai.
Bayangan wajah Maharani terus membayangi otaknya, wajah ketakutan, sorot mata kebencian, dan bibir bergetar karena ketakutan. Membuat hati Haris di landa gelisah. Di balik kebencian tak beralasan Haris untuk Maharani, ada perasaan cinta yang tak bisa di jelaskan. Dan semua itu semakin menyiksa Haris dalam setiap tarikan nafasnya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
"Hay, Ran!
Ayo berangkat!" teriak Amelia dibatas motornya, Amelia menjemput Maharani kerumahnya dan berangkat bersama dengan naik motornya.
Hari pertama masuk ke sekolah baru, membuat mereka berdua begitu bersemangat.
Mengawali hari baru dan suasana berbeda dari sekolah sebelumnya.
Maharani segera berlari menghampiri sahabatnya setelah berpamitan pada ibunya, sedangkan bapaknya sudah berada di ladang sejak pagi tadi, setelah sholat subuh.
"Gimana?
Enak ya sekolah disini, anak anaknya ramah, padahal kebanyakan mereka juga berasal dari keluarga kaya. Tapi mereka tidak pada sombong dan kejam.
Jujur aku lebih betah sekolah disini, nyaman saja gitu!" Amelia mengungkapkan perasaannya saat mereka tengah menikmati waktu istirahatnya di kantin sekolah.
"Iya, suasana yang lebih adem dan ramah. Alhamdulillah.
Semoga kita bisa lebih fokus untuk ujian yang sebentar lagi. Aku ingin kuliah di Jakarta. Lalu mendapatkan pekerjaan disana, di perusahaan besar milik GM, pasti gajinya sangat besar. Bismillah!" ujar Maharani dengan senyuman cerah di wajahnya yang cantik.
"Aamiin, semoga ya!
Aku juga mau kuliah di Jakarta, dan papa memintaku untuk meneruskan usahanya yang ada di Bandung. Semoga harapan dan impian kita terwujud dan kita bahagia!" sahut Amelia dengan binar bahagia.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)
#Coretan pena Hawa (ongoing)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)
#Sekar Arumi (ongoing)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )
New karya :
#Karena warisan Anakku mati di tanganku
#Ayahku lebih memilih wanita Lain
#Saat Cinta Harus Memilih
#Menjadi Gundik Suami Sendiri
#Bidadari salju
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Paulina James
terimakasih yang membuat novel ini
2023-08-30
1