''Pagi mommy,''
''Pagi juga sayang,''
Sapa Laura dan James bersamaan, keduanya menarik kursi lalu duduk bersama di meja makan untuk sarapan. Maria duduk bersebelahan dengan Adam sembari punggungnya dipijit Adam. Sudah menjadi rutinitas Adam sejak Maria hamil.
''Mommy sakit?'' tanya Laura. Ia meraih apel hijau diatas meja lalu memakannya, ''Hmm...Apelnya enak bangat loh mom. Nih, Mom coba deh satu ini," lanjut Laura lagi. Ia mengambil satu buah apel untuk Maria.
Maria menggelengkan kepalanya. Dia menolak apel pemberian Laura, ''Mommy nggak mau makan sayang, takut muntah lagi,'' sahut Maria menopang kepala dengan kedua tangannya.
"Emang sampai kapan sih berhenti muntahnya?Laura perhatikan setiap pagi, siang, malam mommy muntah terus." Heran Laura. Karena setiap pagi ibunya terus saja muntah bahkan bukan hanya pagi tapi setiap apa yang dimakan Maria pasti dikeluarkan kembali semua.
"Tiga bulan baru bisa berhenti," jelas Maria.
"Hmm..ribet juga ya kalau jadi ibu hamil. Laura ngga mau menikah kalau menikah lalu hamil harus tersiksa seperti mommy sekarang. Laura nggak sanggup." Laura mengedikkan bahunya. Ia merasa ngeri sendiri, remaja delapan belas tahun itu membayangkan betapa beratnya menjadi ibu hamil dimana pertu tiba-tiba seperti balon di tambah lagi kalau jalan mirip pingun. Laura menatap iba sang ibu dia kasihan melihat Maria sekarang. Ibunya itu pucat, kurus dan kucel karena selama hamil Maria juga malas sekali mandi. Bawaan bayi dalam rahimnya.
Adam mengernyit dia menatap Laura sebentar lalu kembali fokus memijit Maria.
James yang menangkap basah tingkah Adam, ia merasa tingkah Adam barusan sangat aneh dia pun berdehem, "Papa, hari ini papa ke peternakan?" tanya James basa-basi.
Namun, Adam tidak menjawab. Dia terus memijit Maria tapi kali ini sangat kasar hingga Maria menjauhkan punggungnya dari tangan Adam. Namun, Adam tetap saja memijit punggung Maria. Adam pun menarik kasar tubuh Maria yang berusaha menjauh dari dirinya.
"Sayang, kamu pijit aku atau mau menyakiti aku? Punggungku bukannya terasa enak malah terasa sangat sakit. Pijitanmu barusan seperti orang lagi kesal." Maria menyingkirkan tangan Adam. Dia menyentuh punggungnya yang sakit.
"Aaapa? Kamu bicara apa sayang?" Ia terbata-bata. Lagi-lagi Adam menunjukkan tingkah anehnya.
"Punggungku sakit karena pijitanmu barusan," Maria sangat kesal. Dia meringis menahan sakit dipunggung.
"Papa sakit?" tanya James.
"Nggak. Memangnya papa terlihat seperti orang sakit?" Dia menyentuh pipinya lalu menggelengkan kepalanya. Namun, wajahnya sangat berbeda seperti bukan Adam yang biasanya.
"Lalu, mengapa papa nggak fokus?" James tersenyum.
"Aah itu hanya perasaanmu saja." elak Adam lagi.
James menatap Maria yang masih merasakan kesakitan karena ulah Adam yang memijitnya sangat kasar. James tidak tega ia pun menarik kursi lalu berjalan ke arah dapur. James kembali ke ruang makan ia membawa air hangat dan satu kain kecil ditangannya.
"Sini biar James kompres air hangat Bun. Ini pasti sakit karena kulit bunda sampai memerah." James mulai menempelkan kain yang sudah ia basahi dengan air hangat lalu menempelkan di punggung Maria seraya melakukan pijitan lembut.
"Oh sayangku terima kasih.Ini sangat enak Mommy merasa enak banget." ujar Maria.Dia memejamkan matanya menikmati kompres dan pijitan lembut dari James.
"Sama-sama bunda. Bun, Kalau hamil membuat bunda tersiksa sebaiknya kemarin jangan hamil aja. Punya adik satu aja udah bikin pusing apalagi tambah satu lagi," ujar James.
"Issh...aku juga malas punya kakak yang bawel," sahut cepat Laura sembari menginjak kaki James. Lalu ia berlari ke ruang tamu untuk menonton drakor favoritnya.
Adam masih belum fokus pandangan matanya mengikuti ke mana Laura pergi. Lalu Adam pun menarik kursi dan berdiri, " Papa ke kamar sebentar kepala papa tiba-tiba sakit." ucap Adam.
"Baiklah sayang, nanti aku nyusul setelah James selesai mengompres punggungku." timpal Maria.
"Baiklah." sahut Adam. Ia pun bergegas masuk ke kamar mereka setelah lima menit Adam keluar lagi dari kamar.
"Sayang katanya sakit kepala? Bukannya tidur malah keluar lagi?" tanya Maria heran.
"Oh itu Papa lupa sesuatu di lantai dua depan balkon tempat kita bersantai," sahut Adam.
Ia pun bergegas yang menuju lantai dua.
James yang melihat tingkah Adam akhir-akhir aneh.Dia pun berhenti mengompres punggung Maria.
"Mommy, merahnya sudah hilang. James lupa tadi James ngecas ponsel di kamar James. James mau ambil ponsel sebentar nanti kalau mommy merasa masih sakit panggil aja James ya biar di kompres lagi," ujar James seraya meletakkan kain dan wadah yang berisi air hangat di wastafel. James pun meminta tolong pelayan untuk membereskan kain dan wadah itu.
"Terima kasih sayang. Ini jauh lebih baik justru Mommy jadi ngantuk karena punggung mommy enak banget rasanya," ucap Maria.
Namun, James yang terburu-buru tidak mendengar ucapan Maria lagi. Benar, dugaan James selama ini dengan apa yang ia lihat dan menyaksikan secara langsung. Pemuda itu mengusap kasar wajahnya dia menyesal telah menjadikan sang ayah sebagai panutannya selama ini.
"Sepertinya aku perlu bicara berdua dengan papa sebagai seorang pria bukan sebagai anak dan orang tua." batin James seraya mengempalkan kedua tangannya karena menahan emosi.
Ceklek...
Pintu kamar dibuka.
Mendengar pintu dibuka James bersembunyi dibalik gorden ia mengintip Adam dari celah kain bunga-bunga itu. Dia membiarkan Adam pergi ke lantai satu tanpa merasa curiga akan kehadiran dirinya.
****
Mentari pagi pun telah muncul di ufuk timur. Laura mengerjap ia menyibak selimut lalu beranjak turun dari ranjang. Karena hari ini ia akan mengikuti ujian akhir sekolah. Laura tidak sabaran lagi dia akan menyusul sang kakak di bangku universitas nanti.
Setelah mandi Laura berjalan keluar dari kamar mandi dia berjalan menuju meja rias untuk mengeringkan rambut dan memoleskan make up natural di wajahnya. Setelah mengeringkan rambut dan memoles wajahnya Laura mengenakan baju seragam sekolah. Selesai bersiap-siap Laura meraih tas sekolah dan berjalan keluar dari kamar.
"Dek, cepatan. Hari ini ujian loh bukan hari sekolah seperti biasa." teriak James yang melihat Laura menuruni anak tangga menuju ruang makan. Pagi ini karena Laura ujian special James meminta dia yang menyiapkan roti selai untuk Laura.
"Sorry Laura terlambat itu karena keliru setel alarm." Laura tertawa dia meraih cangkir yang berisi susu hangat lalu menenguknya hingga tandas.
Kemudian Laura meletakkan lagi cangkir diatas meja. Tangannya meraih satu slide roti berisi selai stroberi, "Ini untuk aku?" tanya Laura seraya menatap sang kakak yang serius mengoles selai di roti.
"Iya buat tuan putri. Lagian tau ujian malam masih ngedrakor." sindir James.
"Lupakan drakor sebentar kak. Yuk antar aku ke sekolah." Laura sudah selesai sarapan dia bergegas mengambil tas yang tadi ia letakkan diatas meja lalu menenteng di bahunya.
"Jadinya terburu-buru ke sekolah," protes James. Namun dia tidak menolak Laura menarik tangannya berjalan menuju halaman depan tempat mobil disiapkan seraya terus saja mengomel.
"Kakak please deh kalau mau marah nanti aja setelah Laura selesai ujian. Ayo buruan naik aku takut telat ke sekolah." Laura memegang sabuk di tubuhnya.
James masuk dia memasang sabuk pengaman, lalu kakinya pun menginjak pedal gas mobil. Roda mulai bergulir mengantarkan Laura ke sekolah.
"Nanti pulang telpon kakak biar kakak yang jemput. Jangan sering-sering minta tolong papa, kamu kan tau papa itu sibuk di peternakan belum lagi mommy juga akhir-akhir ini manja bangat." ujar James.Matanya terus fokus ke depan jalan.
"Bukan aku yang minta dijemput papa. Tapi, Papa yang nawarin untuk jemput Laura." Laura mencebik. Benar apa yang dikatakan Laura. Adam yang sudah mengetahui jam pulang sekolah Laura. Ia selalu menghubungi Laura setengah jam sebelum Laura keluar dari kelas. Dengan alasan dia sementara berada di sekitar sekolah Laura. Karena, tau sangat papa tulus mencintai dirinya seperti anak kandung sendiri Laura pun sangat bahagia di jemput Adam.
"Dengarin ucapan kakak, jangan ngebantah Kakak," sela James gemas.
"Okey...okey..okey... kakakku yang ganteng, bawel dan menyebalkan." Laura membuka pintu mobil dia bergegas turun karena sebentar lagi ujian akan dimulai.
"Dasar keras kepala setiap kali di nasihati selalu saja ngebantah." gumam James. Ia meletakkan kepalanya diatas setir mobil seraya memandangi punggung Laura yang semakin menjauh dari pandangannya.
"Aku tidak ingin hal buruk terjadi pada dirimu. Laura," gumam James lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Aditya HP/bunda lia
James udah lihat gelagat aneh papanya ...
oh ya Thor dulu pas belum ganti cover pernah bilang ini cerita berdasar kisah nyata yah?
2023-05-03
0
arie
ternyata shi James penyayang juga ya....
2023-04-11
2