"Saya ingin kok, Tuan! Saya, sungguh bersedia," jawab Rania dengan gemetaran.
Rania menajamkan sepasang matanya di hadapan Rangga. Namun Rangga sepertinya sudah tahu bahwa Rania begitu ketakutan dengan dirinya. "Kalau begitu aku akan langsung memulainya!" tambah Rangga yang kembali menantang.
"Hah?!" Rania terkejut dengan tatapan yang tidak menyangka dalam dirinya.
"Apa hah?" lanjut Rangga yang malah main-main dengan gadis itu.
Rania langsung menelan ludahnya sendiri, dia tidak tahu harus bersikap bagaimana di hadapan Rangga. "Ka--kalau begitu lakukan saja!" Rania seolah tidak keberatan, dan malah menyambut api yang menyala sejak tadi.
Meskipun degup jantung Rania berbunyi tidak karuan sejak tadi. Gadis itu masih harus menguatkan dirinya sendiri karena dia kembali disadarkan dengan tujuan yang harus terwujud. Ya uang! Setiap manusia sangat membutuhkan benda itu, begitu juga dengan Rania. Gadis itu tidak bisa kemana-mana sekarang ini. Karena dia memikirkan uang untuk membayar hutang ayahnya yang sudah menumpuk.
Rangga tersenyum licik dan dingin saat mendengar ucapan Rania, tidak sesuai dengan kelakuannya sendiri yang tanpa sadar gadis itu perlihatkan. "Aku akan mendekati kamu lagi, jangan mendorongku," sambut Rangga dengan tegas.
Rania hanya diam dan beberapa kali menelan air liurnya sendiri. Rangga menindih tubuh Rania. Hingga membuat gadis itu malah menyingkir. Dia sangat ketakutan hingga lemas dan pucat. Rangga yang merasa kasihan segera menjauh dari Rania. "Cukup untuk hari ini, aku akan menjadikan kamu selirku, kamu harus melahirkan anak untukku! Maka aku pasti akan menjamin hidupmu menjadi lebih baik lagi, aku pergi dulu! Selamat malam." Rangga memalingkan tubuh dan berjalan keluar dari kamar tersebut.
Dia tidak mengatakan apapun lagi, langsung menghilang dari pandangan Rania. Rania yang melihatnya tentu saja merasa sangat bingung. "Dia sudah pergi? Dan aku resmi menjadi selirnya, tapi aku butuh uang itu secepat mungkin, tenyata aku bukan dijadikan cinta satu malam, namun akan digunakan hingga dia bosan, sungguh malangnya aku, hahahah! Apa yang akan aku dapat setelah ini? Hidupku mungkin akan segera hancur," dalam benak Rania yang menderita.
Tidak lama kemudian Rangga menghampiri Erizal lagi. "Aku menginginkan gadis bernama Rania, berikan apapun yang dia inginkan, namin jangan biarkan dia pergi, dia masih harus melahirkan anak untukku! Beritahukan padanya apa-apa saja yang harus dia lakukan," kata Rangga. Lelaki itu sedang berbicara dengan tegas di samping kiri dari tubuh Erizal.
Erizal cukup terkejut, dia sungguh tidak menyangka jika Rangga mendatangi lelaki itu dengan cepat. Erizal langsung menganggukkan kepalanya saat dia melihat diri Rangga. "Baik, Pak!" balas Erizal dengan sangat sopan.
Setelah itu Rangga pergi lagi. Dia tidak mengatakan sepatah kata apapun. "Rania... Aku tidak salah menilai tentang gadis itu ternyata," dalam benak Erizal yang merasa cukup tenang.
Malam semakin larut, Rania yang terlihat sangat resah di dalam kamarnya bingung sendiri harus berbuat apa. "Sekarang apa yang harus aku lakukan?" dalam benak Rania yang sedang berpikir.
Hingga tidak lama kemudian, Rania mendengar suara pintu kamarnya yang diketuk oleh seseorang, Rania kembali terkejut, dia langsung mengira itu adalah Rangga. "Apakah lelaki itu akan kembali lagi? Sungguh mengerikan, apa yang harus aku lakukan, aku takut saat menghadapi lelaki itu." Dengan suaranya yang pelan. Rania jujur dengan dirinya sendiri, saat menilai Rangga saat pertemuan pertama mereka.
Rania enggan membuka pintu itu, dia tidak mempedulikannya dalam waktu yang cukup lama. Hingga Rania mendengar suara seorang pria yang tidak lain adalah Erizal. "Nona Rania, ini saya Erizal, apakah Anda masih ada di dalam?" tanya Erizal dengan tegas dan tenang. Sambil terus mengetuk pintu kamar.
Rania segera membulatkan sepasang matanya, dia terlihat senang karena ternyata yang datang bukanlah bencana. Ya! Setidaknya bencana besar saat dia bertemu dengan Rangga. "Tuan Erizal?" dalam benak Rania merasa cukup senang.
Rania segera bangkit dari duduknya dan melangkahkan kaki jenjang itu untuk bisa membuka pintu kamarnya. "Tuan Erizal, aku ingin pulang!" kata Rania. Setelah berada tegap dihadapan Erizal.
Erizal hanya diam mendengarkan ucapan dari Rania. "Oh! Ternyata Anda ingin pulang, baik saya akan segera mengantarkan Anda, oh iya..." Erizal mengeluhkan sesuatu dari dalam saku bajunya.
Rania terlihat bingung dan memperhatikan Erizal dengan cukup dalam. "Ini untuk Anda, dari Pak Rangga, ingat ya! Sekarang Anda telah resmi menjadi selir Pak Rangga, Anda juga harus mendampingi beliau sampai Anda melahirkan seorang anak, ini juga harus Anda tanda tangani, sebuah surat perjanjian, Anda dapat membacanya terlebih dahulu, silakan!" tambah Erizal. Yang juga langsung Mengeluarkan sebuah kertas di dalam map coklat dihadapan Rania.
Rania terdiam saat melihat itu, dia menatap tegas uang dan juga kertas di dalam map. Rania menghela napasnya cukup dalam, lalu gadis itu langsung mengulurkan kedua tangannya dan mengambil benda tersebut. "Baik, saya akan melakukannya," ucap Rania. Gadis itu segera membuka map tersebut dan membaca isi perjanjian.
Rasanya semua terlihat biasa saja, akan menjadi pelayan tubuh untuk Rangga setiap malam, wajib setia dengan Rangga, dia tidak diperkenankan untuk bermain dengan pria lain di belakang Rangga. Hanya boleh menjadi milik Rangga. Dia harus menjalani peran sebagai Selir hingga 1 tahun. Tidak diperbolehkan menuntut apapun dari Rangga, harus selalu patuh dengan perintah Rangga. Rania tidak boleh ikut campur dalam hal apapun yang dialami oleh Rangga.
Saat membaca hal itu, Rania merasa semakin kecil lagi dirinya. "Aku ini seperti hewan peliharaan saja, bukan manusia, hahaha! Baiklah, tidak masalah," dalam benak Rania yang merasa sedih. Dia kecewa dengan dirinya sendiri.
Sebenarnya Rania pun tidak ingin jika memilih jalan seperti itu, namun dia tidak mendapat pilihan lain yang jauh lebih baik. Rania memilih untuk berpasrah saja.
Rania tidak akan menyesalinya. "Aku akan melakukannya, Aku sudah tidak peduli lagi dengan diriku sendiri, hidup ini memang sangat keras, dan aku harus lebih tangguh lagi untuk menjalaninya," dalam benak Rania. Dia membaca surat perjanjian itu dengan saksama.
Kemudian Erizal memberikan sebuah pulpen hitam untuk Rania. Gadis itu lancar mengambilnya, dia tidak sungkan untuk menandatangani perjanjian tersebut. Setelah Rania selesai melakukannya, Rania langsung menutup kembali map tersebut, dan dia menyerahkannya kepada Erizal. "Ambil ini, apakah sekarang saya sudah boleh pergi?" tanya Rania dengan penasaran.
Erizal menerima kertas itu, dan dia pun kembali bicara, "Baik, saya akan mengantarkan Anda untuk kembali pulang," sahut Erizal dengan tenang.
"Sebenarnya tidak perlu, tapi karena sudah malam saya tidak akan menolak tawaran Anda," balas Rania tenang, dia tidak tersenyum lagi saat itu, banyak hal yang dia pikirkan.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments