Hingga beberapa saat kemudian, akhirnya Rania dan Erizal tiba di sebuah rumah yang sangat besar milik Rangga Aditama. Rania yang masih berada di dalam mobil segera keluar dengan Erizal. Rania semakin gelisah, dia tatap dengan tajam bangunan besar itu, dia jadi semakin gemetaran.
Erizal yang berada di samping kiri Rania, langsung memalingkan wajahnya dan menatap tegas Rania. "Mari," kata Erizal dengan tegas pada diri Rania.
Rania yang sebelumnya sedang melamun langsung memalingkan wajah dan menatap dengan jelas diri Erizal. "Ba-baik," balas Rania yang gugup.
Rania begitu sulit untuk melangkahkan kaki jenjangnya untuk mendekati bangunan besar milik Rangga. "Selamatkan aku, selamatkan aku, Tuhan," dalam benak Rania dengan perasaan khawatir.
Mereka terus berjalan mendekati rumah tersebut, Rania melihat dari luar bentuk rumah itu sangat sepi dan senyap. Seperti tidak ada yang menghuninya. Rania terus berjalan hingga dia berada di depan pintu rumah itu. Mereka berdiri di sana, sampai Erizal sendiri yang membuka pintu.
Rania menatap penampakan rumah Rangga dari luar. Memang terlihat sangat luar biasa. Rania menelan ludahnya sendiri. "Apakah pria itu bukan orang biasa? Bagaimana ini, sepertinya dia memiliki hak yang besar, pangkat yang tinggi dan kedudukan yang unggul, matilah aku!" dalam benak Rania yang gugup sendiri.
"Ayo, Nona," kata Erizal dengan tegas.
Rania melirik diri Erizal, dan langsung menganggukkan kepalanya dia pun masuk ke dalam rumah tersebut bersama-sama. Erizal membawa Rania ke sebuah ruangan yang cukup tertutup. Saat berada di jalan, Rania yang masih memperhatikan dengan jelas penampakan dari isi rumah itu, dia hanya berpikir rasa yang seperti dipenjara.
Rania mengepalkan telapak tangannya dengan erat dia tahu sebenarnya ke mana Erizal akan membawa dirinya. "Apakah aku akan langsung dipertemukan oleh Tuannya? Aku masih belum siap," dalam benak Rania yang segera melirik kanan dan kiri seperti anak kecil yang kebingungan.
Sampai pada akhirnya, Rania dan Erizal berdiri di depan pintu yang besar berwarna biru. Rania hanya diam, kemudian Erizal membuka pintu itu. Rania tidak menanyakan apapun kepada Erizal.
Mereka masuk ke dalam ruangan hingga Erizal pun menghentikan jalannya lagi, dan bicara kepada Rania. "Kamu tunggu dahulu di sini, jangan pergi ke manapun ya," kata Erizal memperingati.
Mendengar hal itu, Rania yang sudah memalingkan wajahnya menatap dengan tegas diri Erizal. Rania menganggukkan kepala tanpa bertanya. "Baik," jawab Rania yang patuh.
Segera Erizal pun meninggalkan Rania dia keluar dari dalam ruangan tersebut, Rania hanya diam sambil terus memperhatikan sekitar. "Ke mana dia ingin pergi ya? Aku kok jadi takut sendiri," dalam benak Rania khawatir. "Sudahlah, untuk apa aku masih memikirkan masalah itu, sungguh tidak penting, tapi apakah hanya aku yang Erizal pilih?" kembali batin Rania bertanya dalam dirinya sendiri.
Ditengah kerasahannya, Rania langsung dikejutkan dengan sesuatu. Tidak lama kemudian muncul 4 orang gadis lain yang masuk ke dalam ruangan itu. Rania yang terkejut dengan langkah kaki mereka semua, membuat gadis itu langsung memalingkan wajah, dia tatap gadis cantik yang begitu tenang.
"Ternyata pikiranku terlalu sederhana," dalam benak Rania yang tidak menyangka.
Dia menajamkan sepasang matanya dengan tegas, lalu muncul juga Erizal yang berada di belakang 4 gadis itu. Rania hanya diam, dia kembali ke posisi semula. Ke empat gadis itu segera berdiri dengan sejajar di samping Rania. Sementara Erizal berdiri menatap kelima gadis itu.
Lelaki yang berdiri tegap di depan semuanya langsung memulai pembicaraan. "Aku adalah Erizal, semua gadis yang berada di sini telah bersedia tanpa paksaan untuk menyerahkan apa yang seharusnya diberikan, aku akan meminta kalian masuk ke dalam ruangan kamar yang berbeda pastinya untuk menunggu Pak Rangga Aditama mendatangi kalian, tapi tenang saja setelah kalian lelaki yang terbaik kepada Pak Rangga, maka kalian pasti akan mendapatkan harga yang setimpal, jangan takut, sesungguhnya kalian tidak akan menyesal dan sangat dirugikan," kata Erizal dengan tegas.
Semua gadis itu hanya diam mendengarkan apa yang diucapkan oleh Erizal. Mereka langsung menganggukkan kepala sambil memberikan balasan untuk Erizal. "Baik, Tuan!" jawab semua dengan serentak.
Setelah bicara Rania kembali diam, dia terus berpikir dengan dalam. "Tidak terlalu dirugikan katanya? Kami di sini hanya dijadikan bahan pemuas nafsu dan mesin pembuat anak, kamu seperti tidak memiliki harga diri, kami adalah manusia yang seperti bukan manusia, karena kekurangan uang aku jadi harus rela mendapatkan kerendahan ini! Ironinya hidup ini!" dalam benak Rania yang merasa tidak senang. Dia sebenarnya masih menolak apa yang terjadi saat ini.
Tidak lama kemudian setelah semua terdiam, entah mengapa Erizal terus menatap diri Rania dengan tegas. "Gadis ini!" dalam benak Erizal yang memiliki pemikirannya sendiri.
"Baiklah, jika kalian sudah mengerti maka segera masuk ke dalam kamar masing-masing," tambah Erizal tegas.
Mendengar hal itu semuanya langsung mengerti dan menuruti apa yang diucapkan oleh Erizal kepada mereka.
gadis yang bernama, Jasmine, Alice, Miya, Lisa dan terakhir adalah Rania. Mereka masuk ke dalam kamar masing-masing tanpa adanya keluhan apapun. Mereka menerima semua itu dengan sangat baik.
Rania hanya diam di dalam kamar yang begitu besar dan sepi. Dia menghela napas cukup dalam. Memandangi sekitar tempat itu. "Haaaah...." Rania menghela napasnya cukup berat. Gadis itu merasa terbebani dengan semua itu.
Tidak lama kemudian pintu lin di tutup oleh Erizal satu persatu. Erizal langsung meninggalkan tempat itu untuk pergi entah kemana.
Di dalam ruangan yang besar, nyaman dan menenangkan. Terlihat Rangga yang sedang duduk dengan tenang di dalam sana seorang diri. Menggunakan pakaian yang begitu rapi.
Tidak lama muncul Erizal yang mengetuk pintu ruangan lelaki itu. "Pak, ini saja, gadis yang Anda inginkan sudah berada di dalam kamar mereka masing-masing," kata Erizal dengan tegas.
Rangga segera memalingkan wajah dan menatap ke arah pintu. "Baik, kami sudah boleh pergi, nanti aku akan segera menemui mereka," balas Rangga dengan tegas.
"Baik, kalau begitu saya pergi dulu Pak, selamat malam," tambah Erizal dengan tegas.
Setelah Erizal meninggalkan Rangga, terlihat pria itu yang hanya berdiam diri di ruangan besar tersebut. Rangga seperti sedang memikirkan sesuatu dalam dirinya. Namun dia segera mengabaikannya. Rangga bangkit dari duduknya dan berjalan keluar. Dia melangkahkan kaki jenjangnya dengan sangat ringan. Rangga menuju ruangan di manajemen masing-masing kamar dari ke 5 gadis yang telah dipilihkan oleh Erizal untuk dirinya.
Rangga memulai dari kamar urutan paling pertama, dia langsung membuka pintu dengan cepat.
Rania yang berada di dalam kamar hanya terdiam. "Apakah dia akan melakukan itu pada kami berlima hari ini?" dalam benak Rania tidak menyangka.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments