Pertemuan Dengan Erizal

Happy reading...

"Ta--tapi maaf, Pak, saya belum ada uangnya, saya belum gajian lagi, saya benar-benar sedang tidak ada pegangan sepeserpun," kata Rania yang merasa sangat sedih saat itu. Dia sungguh kecewa pada diri Ayahnya yang telah berbohong padanya.

Mendengar apa yang diucapkan oleh Rania tentu saja membuat kedua lelaki itu terlihat sangat tidak senang. Mereka seharusnya mendapatkan uang dari Rania karena mereka juga sedang menjalankan tugas dari pekerjaannya sendiri.

"Mohon Anda jangan mempersulit kami dalam menjalankan tugas ini, Ayah Anda sudah nunggak selama 2 bulan lho, seharusnya kita itu sama-sama enak, Ayah Anda sudah meminjam uang dan kini seharusnya memberikan bayaran, saya lihat Anda juga berkerja kok, seharusnya ada beberapa ratus yang Anda bawa, kan?" balas lelaki itu itu dengan tegas. Dia terlihat sangat tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Sera saat itu.

Sera hanya bisa menghela napas cukup dalam, gadis itu merasa semakin sedih. "Saya mana berani sih, Pak, berbohong kepada kalian, tadi baru saja Ayah meminta uang yang tersisa, tapi saya janji nanti secepatnya saya pasti akan membayar lunas hutang Ayah, saya minta kesabarannya, Pak!" kata Rania dengan perasaan yang tidak menentu.

Kedua pria bertubuh besar dan tinggi itu segera menghela napas mereka. "Baik, karena saya merasa kasihan terhadap Anda, jadi saya akan memberikan sedikit keringanan, saya tunggu satu minggu lagi, saya harap Anda dapat menepati janji Anda, bagaimana?" tanya seorang lelaki dengan tegas di hadapan Rania.

Rania terkejut saat mendengar hal itu. "Terima kasih, Pak! Saya mengusahakannya dengan sebaik mungkin, terima kasih sekali lagi," balas Rania yang merasa cukup tenang.

"Iya, sama-sama, tapi ingat! Jangan sampai Anda berbohong, karena kami tidak akan sungkan lagi nantinya kepada Anda dan Ayah Anda, kami permisi dulu, selamat pagi!" ucap seorang pria yang langsung berpamitan kepada Rania. Dan segera melangkahkan kaki jenjangnya untuk bisa meninggalkan tempat itu.

"Pagi, Pak!" balas Rania sambil tersenyum kecut. Tidak lama kemudian Rania melihat kedua orang itu yang sudah menghilang begitu saja dari hadapan Rania.

Rania langsung menundukkan kepalanya, dan terlihat lemas. "Haaaah... Ayah, mengapa kamu harus berbohong padaku?" dalam benak Rania yang merasa sedih dan tidak percaya dengan semuanya.

"Darimana aku mendapatkan uang sebanyak itu? Bagaimana sekarang, apa yang harus aku lakukan?" dalam benak Rani yang merasa bingung. "Pekerjaan apa yang dapat memberikan aku uang dengan jumlah yang tidak sedikit hanya dalam hitungan beberapa hari saja." Kembali batin Rania bertanya sendiri.

Sementara itu di kejauhan terlihat Erizal yang sudah melihat semua kejadian yang menimpa Rania. Dia juga memperhatikan lagi diri Rania dengan tatapan tegas dan tajam. "Gadis ini cantik, dia terlihat tidak suka neko-neko, terlebih lagi dia sedang mengalami sebuah masalah yang cukup besar yaitu terlilit hutang, hmm... Mungkin saja jika aku menjadikan dia salah satu list di dalam kandidat perempuan yang diminta oleh Pak Rangga, dia akan menyetujuinya begitu juga sebaliknya! Dia cukong cocok untuk menempati posisi itu! Terluka kejam namun ini adalah dunia!" dalam benak Erizal yang tanpa pikir panjang langsung melangkahkan kaki jenjangnya untuk bisa memasuki cafe di mana Rania bekerja.

"Seperti sebuah takdir, saat aku sedang kebingungan untuk mencari ada dia di sini, bagus!" dalam benak Erizal lagi yang merasa cukup tenang.

Segera Erizal masuk ke dalam cafe. Erizal pun melihat diri Rania yang sedang terlamun, hingga Rania saja tidak menyadari hal itu sebelumnya.

"Selamat pagi!" ucap Erizal dengan tegas menatap diri Rania.

Sementara saat itu Rania masih terdiam dengan kesedihan tidak menentu. "Selamat pagi?" tambah Erizal lagi yang segera menatap tegas diri Rania.

Rania langsung terkejut saat dia mendengar suara dari Erizal. Gadis Itu langsung mengangkat wajahnya dan menatap tegas diri Erizal. "Ah, pagi! Perlu memesan apa, Tuan? Silakan duduk," balas Rania dengan gugup.

Gadis itu langsung merapikan segala tempat dengan sangat cepat namun tetap hati-hati. Erizal yang mengetahui hal itu segera bicara, "Apakah sepertinya saya terlalu pagi untuk datang, mungkin masih belum buka ya, maaf saya tidak membaca tulisan di depan pintu masuk," kata Erizal yang pura-pura merasa bersalah.

"Oh, tidak masalah, Tuan! Seharusnya jam segini memang sudah buka, hanya saja saya yang terlambat, Tuan ingin memesan apa?" tanya Rania yang begitu ramah sambil tersenyum manis.

Melihat hal tersebut, Erizal pun merasa cukup kagum dengan diri Rania. Karena baru saja Erizal melihat wajah dari gadis itu yang sangat nelangsa, namun kini dia masih bisa menebar senyuman kepada seseorang seperti tidak memiliki beban apapun.

"Saya ingin memesan Cappucino, dan makanannya roti kering dengan madu, apakah ada di sini?" tanya Erizal dengan ramah juga.

"Tentu saja ada, sebentar ya, Tuan! Saya akan membuatkannya terlebih dahulu, silakan pilih meja Anda sendiri," sahut Rania dengan sangat tenang.

Begitu juga dengan Erizal, lelaki itu langsung duduk di kursi kosong tambah bersih. Sementara itu Rania kembali ke tempatnya dan mulai bekerja, tidak lama kemudian Rania mendapatkan kabar dari seseorang melalui pesan di saluran telepon. Rania segera melihat ponsel yang dia simpan di saku celananya, dan melihat ada berita apa yang akan dia lihat.

[Ran, aku izin tidak masuk untuk bekerja, aku demam]

Pesan seorang gadis bernama Lia. "Hais, kasihan, pasti karena dia kelelahan," dalam benak Rania yang merasa khawatir.

"Baiklah, segera pulih ya, Li!" kata Rania yang mengirimkan pesan suara.

Rania tersenyum dengan manis, lalu gadis itu pun kembali bekerja dengan baik dan fokus.

Hingga beberapa saat kemudian, Rania akhirnya mengantarkan pesanan milik Erizal. "Ini Tuan, silakan dinikmati!" ucap Rania dengan tegas.

"Terima kasih!" kata Erizal ramah.

Rania hanya tersenyum dan gadis itu pun segera memalingkan tubuhnya untuk dapat meninggalkan Erizal, akan tetapi tiba-tiba saja Erizal memanggil Rania. "Hmm, Nona!" ucap Erizal yang segera menatap tegas diri Rania.

Mendengar hal tersebut, Rania pun langsung memalingkan wajahnya dan menatap tegas diri Erizal. "Eh, iya Tuan? Ada masalah apa ya?" tanya Rania penasaran. Gadis itu melihat tegas pesanan Erizal karena Rania khawatir dia melupakan sesuatu.

"Hmm, tidak ada masalah dengan hidangan ini, tapi bolehkah saya bicara dengan Anda?" tanya Erizal dengan tegas.

Rania kebingungan sendiri, dia sungguh tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Erizal kepadamu saat itu. "Eh... B-bicara? Wah, bicara mengenai hal apa, Tuan? Saya masih harus bekerja, sih, tapi apakah Anda sedang membutuhkan seorang teman?" tanya Rania tegas.

Erizal langsung menganggukkan kepalanya di hadapan Rania.

BERSAMBUNG....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!