Rania Dan Lukanya

Happy reading...

Rania ditarik tubuhnya oleh Ayahnya sendiri, dan lelaki tua itu mulai mengoprek isi tas Rania, dia menarik paksa agar dia dapat mengambil uang di dalam dompet. "Ayah, jangan! Apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Rania dengan perasaan yang cukup sedih.

"Sudah diam! Aku dikejar-kejar oleh rentenir dan kamu masih saja pelit padaku, heh! Aku ini Ayahmu, tanpa diriku apakah kamu kira kamu mampu bertahan hingga sekarang?" tanya Ayah Rania sambil menatap dengan tajam wajah Rania. Lelaki itu membulatkan sepasang matanya, sambil membentak Rania dengan kasar.

"Tapi Ayah, aku belum lama ini telah memberikan kamu uang untuk membayar hutang kepada rentenir itu, sekarang kamu di tagih lagi, bukankah ini adalah suatu hal yang cukup aneh? Mengapa mereka melakukannya sedang kamu sudah membayarnya belum lama ini," tambah Rania dengan tegas dihadapan Ayahnya sendiri.

Mendengar hal tersebut, Ayah Rania jadi sensi sendiri dia tatap dengan tajam diri Rania. "Oh! Kamu ingin meragukanku? Kamu ingin berkata bahwa semua uang yang kamu berikan padaku tidak aku sampaikan kepada mereka? Rania, kamu itu adalah seorang anak, lagipula tugas anak itu untuk mencari uang dan diberikan kepada orang tua, selain itu kamu harus patuh terhadap Ayahmu sendiri! Jangan jadi anak yang durhaka, aku lah yang selama ini merawat dan membesarkan kamu, setelah ibunya tidak ada, semua itu juga karena kesalahanmu yang lahir ke dunia!" tambah Ayah Rania dengan tatapan dingin dan sorot mata yang tajam.

Rania terkejut saat dia mendengar hal itu dari mulut Ayahnya sendiri. "Ayah! Apa yang kamu katakan? Mengapa kamu berani mengucapkannya padaku? Ambil semua uang itu, tapi tolong bayar hutangmu, aku berangkat bekerja dahulu," balas Rania. Gadis itu langsung mengulurkan tangan kanannya dan mengambil tasnya, dia memberikan uang kertas dalam dompet kepada Ayahnya.

Melihat hal itu Ayah Rania tentu saja sangat senang, dia dengan tenang ngambil benda yang indah dihadapannya dengan cepat. Ayah Rania tertawa keras, kemudian lelaki itu pun segera pergi meninggalkan Rania seorang diri di depan pintu rumah. "Uangku... Aku sekarang tidak memilikinya lagi, hanya tersisa uang receh, sudahlah tidak apa! Aku harus bekerja hari ini dengan semangat, semangat Rania!" dalam benak Rania yang hanya bisa berpasrah diri.

Ayah Rania mampir ke kedai tuak, dan minum di sana bersama teman-temannya yang lain menggunakan uang milik Rania. Sementara itu terlihat Rania yang baru saja tiba di depan pintu cafe. Dia langsung menyambut seseorang yang berada di dalam sana. "Halo, selamat pagi Nyonya Via, aku sudah datang nih! Bagaimana kabar Anda hari ini?" tanya Rania yang segera meletakkan tasnya ke dalam laci.

Dia mengambil lap meja untuk membersihkan meja di hadapannya. Rania adalah seorang pelayan cafe yang menyediakan berbagai menu makanan dan minuman segar, andalan mereka adalah coffee.

"Selamat pagi, Ran! Akhirnya kamu datang juga, tolong bersihkan meja pelanggan ya," balas seorang wanita yang jauh lebih tua dibandingkan dengan Rania.

"Baik, Buk!" balas Rania dengan semangat. Dia tersenyum dan melakukan segala pekerjaannya dengan baik.

"Ibu tinggal dahulu ya?" ucap Wanita berpakaian kemeja coklat dengan tatapan tenang.

Rania segera menganggukkan kepala dengan perlahan. "Baik, hati-hati di jalan!" tambah Rania dengan semangat.

Wanita itu langsung bergegas meninggalkan cafe miliknya. Sementara itu Rania kembali bertugas seperti biasanya.

Saat Rania sedang fokus dalam bekerja. Dia tiba-tiba dikejutkan dengan suara bel yang berbunyi, Rania kira itu adalah Ini pemilik cafe, karena saat ini cafe masih belum buka. Rania yang mendengar suara itu dia memalingkan wajahnya sambil bicara, "Apakah ada yang tertinggal, Bu...!" Setelah Rania menatap ke arah depan, gadis itu dibuat terkejut saat dia melihat dua pria gagah dengan pakaian yang sangat rapi, hitam berjas.

Wajahnya Rania langsung terlihat pucat, dia cukup khawatir saat itu mengenai hal apa saja yang mungkin dapat terjadi kepada dirinya. "Mereka! Rentenir itu lagi!" dalam benak Rania yang merasa cukup tidak siap.

Akan tetapi Rania berpikir kembali dalam diri. "Aku telah memberikan uang kepada Ayah, untuk membayarkan hutang itu! Mungkin mereka datang kemari karena ingin memesan makanan atau minuman untuk sarapan, hahaha! Iya, mengapa aku baru kepikiran sekarang!" dalam benak Rania yang mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Meskipun gadis itu sambil menelan ludahnya sendiri karena cukup gugup.

"Halo, selamat pagi, Pak! Ada yang bisa saya bantu, Bapak ini ingin memesan apa?" tanya Rania. Yang saat itu juga langsung berjalan untuk bisa mendekati tempat di mana kedua pria itu berada.

Dua orang yang terlihat galak tersebut, hanya diam menatap wajah Rania yang begitu gugup. "Nona Rania, kami tidak suka berbasa-basi, tolong bayar uang setoran kepada kami sekarang, Ayah Anda sangat sulit untuk ditemui, jadi kami pun terpaksa datang kemari, Anda harusnya tahu, jika Ayah Anda berhutang kepada Bank, dan dia juga telah menyetujui untuk membayarnya perbulan dengan senilai uang yang telah disepakati bersama, tapi ini mengapa Ayah Anda tidak menemui kami lagi? Tidak mungkin jika dia lupa kan? Jadi saya mohon sekali kepada Anda, agar sama-sama enak, tolong Anda bayar setoran Ayah Anda hari ini," balas seorang lelaki dengan tegas di hadapan Rania.

Rania sangat terkejut saat dia mendengar hal itu, Rania tidak menyangka mengenai apa yang diucapkan oleh seorang pria gagah yang berdiri tegap di hadapan gadis itu. "Se--sebentar, Pak! Saya telah memberikan uang kepada Ayah untuk membayarkan hutangnya terhadap bapak sekalian, jadi bagaimana mungkin saja lupa mengenai hal itu, apakah kalian sudah mengingatnya lagi dengan baik?" kata Rania yang mencoba untuk tetap tenang.

Dua pria itu segera memalingkan wajah mereka dan menganggukkan sekali kepala itu. "Jika apa yang Anda katakan itu memang benar, dan jika Ayah Anda benar-benar membayarkan kepada kami, saya tidak akan mungkin berada di sini sekarang! Saya tidak lupa dengan data Ayah Anda, mohon Anda nangis tanyakan terhadap lelaki itu mengenai kejelasannya, namun sekarang ini maki membutuhkan setoran dari Anda, jadi mohon jangan mempersulit pekerjaan ini!" seorang lelaki dengan tegas membeberkan apa yang dia rasakan.

Karena dia harus menghadapi penghutang yang cukup menguras tenaga. Seorang pria itu menatap tajam diri Rania. "Sebenarnya kami tidak ingin melakukannya dan membuat Anda malu, kami minta maaf," ucap pria itu dengan tatapan misterius.

Rania hanya diam, dia merasa sakit hati dan kecewa karena telah dibohongi oleh Ayahnya sendiri. "Ayah! Mengapa kamu lakukan ini padaku? Aku sungguh bingung sekarang harus bagaimana?" dalam benak Rania yang terlihat sedih.

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Aura Rizki

Aura Rizki

biar jari yg bicara👍

2023-05-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!