Happy reading...
Mendengar apa yang diucapkan oleh Rangga tentu saja membuat semua orang yang berada di dalam tempat itu terkejut dalam diam mereka. Mereka menatap dengan tajam diri Rangga dengan hal yang baru saja mereka dapatkan.
Samuel langsung menganggukkan kepalanya, dia pun memalingkan wajahnya untuk melihat beberapa orang yang ada di sana. "Apakah kamu sudah yakin akan keputusan ini?" tanya Samuel yang ingin tahu perasaan dari Rangga.
Rangga menghela napas cukup dalam, lelaki itu pun menganggukkan kepala. "Yah, aku sangat yakin dengan apa yang aku katakan padamu, Mamah menginginkan seorang cucu, tapi Olive tidak dapat memberikannya, aku tidak mungkin juga bisa membantah apa yang Mamahku perintahkan padaku, mengenai Olive ya seperti apa yang tadi aku katakan wanita itu jelas marah dengan keputusan ini, namun apa yang bisa dia lakukan selain menerimanya," balas Rangga dengan tegas.
"Hmm, baik aku akan melakukannya dengan baik, aku pasti memilihkan kamu beberapa gadis cantik yang pastinya akan memuaskan kamu," tambah Samuel dengan percaya diri. "Kamu benar-benar tidak salah memberikan tugas ini padaku, tenang saja," sambut Samuel lagi. Sambil mengangkat tangan kanannya dan menepuk pundak Rangga sebelah kiri.
"Baguslah, jika ada perempuan yang cocok aku akan menjadikan dia istri keduaku jika dia menerimanya." Rangga terlihat sangat serius dengan perkataannya itu.
Semua orang kembali menajamkan sepasang matanya, sambil menatap tegas diri Rangga. "Apa? Kamu juga berencana untuk menjadikan perempuan itu sebagai istri keduamu? Apa kamu yakin dengan keputusan ini?" tanya Samuel yang cukup bingung.
"Menurutmu? Seberapa yakin aku? Maka dari itu tolong pilihkan gadis yang cocok untukku, aku menunggunya!" lanjut Rangga tegas.
"O... Oke, serahkan saja padaku," kata Samuel lagi.
Mereka menghabiskan malam dengan melenyapkan perasaan yang tidak ingin dijadikan beban dalam pikiran Rangga.
**
Hingga keesokan harinya, Rangga pulang ke rumah pukul 4 dini hari, dia langsung masuk ke ruang kerjanya dan duduk dengan tenang di sana. Rangga menatap ponsel genggamnya dia mendapatkan sebuah pesan singkat dari Samuel mengenai beberapa kandidat yang dia pilih sendiri. Rangga yang membacanya hanya terdiam. "Hmm, cepat juga dia melakukannya, tapi pilihan ini terlalu mencolok bagiku, tidak bisa! Mereka kurang cocok denganku sepertinya, mungkin aku bisa meminta bantuan kepada Erizal," dalam benak Rangga yang langsung memberikan balasan kepada Samuel.
[Aku tidak menyukai mereka, pilihanmu selalu buruk! Aku akan meminta bantuan kepada orang lain saja!] balas Rangga kepada Samuel.
Melihat hal itu Samuel merasa kecewa sendiri, karena dia diremehkan oleh Rangga. "Hais, dasar anak ini!" dalam benak Samuel sambil menggelengkan kepala.
Rangga menatap layar komputer dan dia kembali bekerja dengan giat. Hingga beberapa jam kemudian, Rangga keluar dari dalam ruangan kerjanya, dia sudah sangat rapi dan langsung berangkat untuk pergi ke kantor. Rangga menaiki mobil tanpa berpamitan dengan Olive, bahkan lelaki itu saja tidak tahu apakah Olive sudah bangun atau belum.
**
Sementara itu dari dalam kamar yang besar, terlihat Olive yang berdiri dengan tegap dibalik jendela yang besar. Olive menatap dengan tajam diri Rangga yang sepertinya tidak memedulikan dirinya. "Dia sungguh keterlaluan jika sedang kesal padaku," dalam benak Olive yang juga merasa tidak senang.
Beberapa saat kemudian Rangga bertemu dengan seorang pria yang tidak lain adalah asisten dan juga sekretarisnya. Yaitu Erizal dan Reno yang sudah sangat setia menunggu kedatangan dari Rangga.
Mereka berdiri dengan tegap di depan pintu kantor bersama security. Rangga langsung keluar dari dalam mobilnya, karena dia saat itu mengendarai mobil seorang diri.
Rangga berjalan dengan langkah kaki yang tegas. Dia sudah melihat dengan jelas dua orang lelaki itu yang memperhatikan dirinya.
"Selamat pagi, Pak!" kata mereka berdua dengan serentak.
"Pagi," balas Rangga tegas. "Erizal, ikut denganku ke dalam kantor, sementara kamu Reno tolong check lagi rincian data yang kemarin sudah disalin," tambah Rangga tegas. Dia langsung memberikan kertas dalam genggamannya kepada Reno.
"Baik, Pak!" jawab mereka dengan serentak. Sementara Reno menerima kertas kerja itu.
Ketiganya langsung masuk ke dalam kantor, mereka terlihat sangat gagah apalagi Rangga yang mempesona.
Setelah tiba di dalam ruangan Rangga sendiri, Erizal segera bicara untuk bertanya sesuatu kepada Rangga. "Kalau boleh saya tahu, apa yang sebenarnya ingin Bapak katakan?" tanya Erizal tegas.
Rangga yang sudah duduk dengan tenang di kursi hitamnya langsung memalingkan wajah dan menatap tegas Erizal. "Aku ingin kamu mencarikan aku seorang gadis, yang bersedia untuk mengandung anak dariku, aku tidak mungkin cuma-cuma melakukan ini, akan ada hadiah fantastis bagi mereka yang bersedia, apakah kamu sanggup?" tanya Rangga dengan tegas.
Mendengar hal itu, Erizal tentu saja langsung mengerti, meskipun sebenarnya dia juga cukup bingung akan keputusan yang diambil oleh Rangga. "Baik, Pak! Saya akan melaksanakannya dengan cepat dan tepat, kalau begitu saya pamit undur diri untuk mencari kandidat yang bisa saya berikan untuk Anda," balas Erizal dengan tegas.
Rangga menganggukkan kepala pertanda bahwa dia menyetujuinya. "Baik, silakan saja, aku percayakan semuanya padamu, Erizal," kata Rangga dengan tenang.
Erizal langsung keluar dari dalam ruangan kerja Rangga.
**
Sementara itu di tempat lain, terlihat seorang gadis cantik dengan kulit putih bersih, rambut hitam panjang, dia menggunakan pakaian berwarna biru muda. Gadis itu bernama Rania, dia baru saja ingin meninggalkan rumah setelah dia mengunci pintu. Akan tetapi gadis itu tiba-tiba saja dikejutkan oleh seorang lelaki yang agak tua menggunakan pakaian putih dan topi hitam menabrak tubuhnya dengan keras. Rania yang terkejut langsung memalingkan wajahnya. "Ayah?! Ada apa?" tanya Rania yang terlihat cemas.
"Cepat buka pintunya, biarkan aku masuk! Cepat! Dasar anak ini!" balas lelaki itu yang sangat khawatir. Dia beberapa kali terlihat sedang memperhatikan kanan dan kiri. Seperti orang yang dikejar sesuatu.
"I... I... Iya, Ayah! Iya, Rania akan membukakannya lagi, tapi Ayah darimana mengapa jam segini baru pulang? Semalam Ayah kemana?" tanya Rania dengan bingung dan penasaran juga.
"Hais! Kamu itu rese sekali ya?! Aku bilang cepat ya cepat, kemana aku pergi itu bukanlah urusan kamu, oh iya! Aku minta uang, cepat berikan padaku!" tambah Ayah Rania sambil menyodorkan tangan kanannya.
Rania yang melihat itu, tentu saja terkejut. "Hah! Uang, tapi beberapa hari lalu Rania baru saja memberikan Ayah uang, sekarang untuk apalagi? Bukannya hutang Ayah sudah dibayar meskipun dicicil?" tambah Rania dengan khawatir sendiri.
"Halah kamu ini, aku banyak hutang tahu, bagaimana mungkin uang hanya segitu cukup untukku! Cepat beri aku uang, Ran!" Ayah Rania terlihat memaksa gadis itu untuk memberikan apa yang dia inginkan.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Nur Ain
bapak nye kaki judi nih
2023-05-13
0