16 : Tidak Akan Ada yang Berubah

“Penipuan ...?” Aisyah mengulang ucapan Ilham dan memang sengaja memastikan, apa yang baru saja ia dengar dari Ilham, benar. Bahwa pria itu merasa ditipu dan Aisyah sadar itu karena keadaannya.

Ilham yang masih menatap Aisyah penuh keseriusan, langsung mengangguk mantap sebagai wujud dari rasa kesal sekaligus kekecewaannya. “Ya!”

“Penipuannya di mana, Mas? Dari awal Mas ditawari menikahi denganku, kan, Mas langsung sanggup. Romo, ... kami semua sudah minta Mas buat mempertimbangkan, tapi Mas dengan tegas bilang, apa pun keadaanku, Mas bakalan terima! Ingat, kan?” balas Aisyah.

Tentunya, alasan Ilham saat itu begitu karena selain tidak menyangka ternyata Aisyah yang lebih tua darinya malah hanya anak sambung, ternyata masih banyak ternyata yang membuat seorang Ilham nangis batin. Iya, saking bersemangatnya tiba-tiba ditawari diminta menikahi Aisyah, ibaratnya dilamar dan itu oleh Romo Kyai sacara langsung, bagi Ilham, itu suatu kebanggaan sekaligus kesempatan langka. Kesempatan yang tidak sembarang laki-laki dapatkan apalagi sampai lebih dari sekali! Menikah dengan putri pimpinan tertinggi pondok pesantren sekaligus pemilik pondok pesantren, laki-laki mana yang tidak bangga apalagi sekelas Ilham yang sekadar kuliah saja sampai dibiayai Arimbi karena orang tuanya tidak mau keluar duit apalagi rugi?

Jadi, saat Ilham diminta untuk pikir-pikir, Ilham menolak karena Ilham terlalu yakin, keturunan petinggi pesantren tidak ada yang keluar dari jalur. Padahal pada kenyataannya, setiap orang memiliki masa lalu termasuk itu Ilham, maupun Aisyah yang sempat Ilham anggap suci. Juga, yang namanya anak juga memiliki arti luas. Tak selamanya anak bagi orang tua apalagi sekelas Romo Kyai, merupakan anak biologis. Sayangnya, Ilham tak sampai berpikir ke situ saking girangnya. Sayangnya, Ilham baru berpikir ke situ, sekarang, setelah kejadian.

Jadi, tanpa mempermasalahkan apa pun, saat itu Ilham langsung mengubah rencana awalnya. Ia yang awalnya akan menikahi Arimbi secara benar, mendadak oleng karena seorang Aisyah yang ia anggap mampu mengangkat derajatnya sekeluarga. Hingga Ilham dengan tega membuang Arimbi tanpa melihat kesetiaan sekaligus pengabdian Arimbi selama ini. Ilham sengaja membuang Arimbi karena takut, wanita itu hanya membuat langkahnya susah dalam menjadi bagian dari pimpinan tertinggi pondok pesantren milik Romo Kyai. Karenanya, setelah mengarang cerita bohong hubungannya dan Arimbi dan sampai ia katai, ia terpaksa menikahi Arimbi demi menutup aib Arimbi, demi melindungi marwah Arimbi sekeluarga, Ilham sengaja meminta pernikahan dipercepat. Dalam artian, Ilham ingin menjadikan Aisyah sebagai istri pertamanya, padahal alasan Ilham mempercepat pernikahan karena Ilham tidak mau Aisyah menikah dengan laki-laki lain.

Tentunya, Ilham dengan segala dramanya sukses membuat Romo Kyai sekeluarga makin simpati. Termasuk Aisyah yang merasa sangat beruntung bahkan spesial apalagi Ilham memang terbilang tampan, walau jika dibandingkan dengan Mas Aidan, Mas Aidan tetap jauh lebih tampan dan Aisyah mengakuinya. Karena setelah masa lalunya yang kelam, ia mendapatkan suami perjaka sekelas Ilham yang ibaratnya orang ulet. Orang ulet yang juga langsung mencintai Aisyah dengan sangat tulus tanpa mau mempermasalahkan masa lalu Aisyah. Kenyataan tersebut pula yang membuat Aisyah tetap membela Ilham ketika Ilham dibabat habis oleh Mas Aidan. Sebab Aisyah sadar, setiap kehidupan memiliki masa lalu apalagi kehidupan manusia. Termasuk dirinya maupun Ilham.

Tentunya, kenyataan Ilham yang sudah langsung menjatuhkan talak tiga kepada Arimbi, menjadi kebahagiaan tersendiri untuknya karena dengan kata lain, ia akan menjadi satu-satunya istri Ilham. Aisyah sungguh tetap sayang kepada Ilham karena bersama Ilham, ia juga tidak akan dilema efek drama poligami yang diperbolehkan oleh agama termasuk keluarga besarnya.

“Mas ... jadi gimana?” lirih Aisyah menagih sekaligus memastikan lantaran Ilham hanya menunduk, diam, menggunakan kedua tangannya untuk menekap wajah.

“Orang bijak bilang, walau nasi sudah telanjur jadi bubur, tetap bisa dinikmati asal kita racik sekaligus kasih bumbu sesuai yang kita inginkan. Nah, ini ... nasinya memang sudah telanjur jadi bubur, masalahnya, apa yang mau diracik kalau dia bahkan cuma anak sambung, sementara sejauh ini yang aku tahu, anak Romo banyak. Dafi semuanya memang Aisyah yang paling dewasa makanya aku semangat banget. Tapi ternyata ... ya Alloh!” sesal Ilham dalam hatinya.

“Mas ....?”

“Jujur, aku syok!” ucap Ilham tetap menekap wajahnya menggunakan kedua tangan.

“Dosa kalau Mas enggak nyentuh aku. Karena walau awalnya kita hanya nikah agama, sekarang kan kita sudah resmi di mata hukum juga.” Aisyah masih menatap Ilham penuh harap. Walau pria itu juga terus menekap wajah. Aisyah sampai lelah menunggu. Kedua kakinya sampai sakit karena Ilham tak kunjung mau menyingkirkan tangan dari wajah. Pria itu belum mau menatap apalagi menyentuhnya.

“Mbiiiiiiii, aku nyesel, Mbiiiiiiii. Kalau kayak gini caranya, mending aku sama kamu. Kita dagang pecel lontong sama gorengan seperti rencana kamu. Kita sewa ruko di sekitar pasar, sekalian jadi rumah makan pasti laris apalagi masakanmu enak banget!” jerit Ilham dalam hatinya.

Aisyah memilih meringkuk di pangkuan Ilham kemudian menyelimuti tubuhnya tanpa berniat memakai pakaiannya dulu.

“Ya Alloh, gimana ini?” batin Ilham lagi.

Aisyah kembali memandangi wajah Ilham, berharap pria itu mau membiarkannya menatap wajahnya yang tampan dan langsung membuatnya tertawan. Hingga ketika sang Romo memintanya untuk menikah lagi, ia dengan sengaja memilih Ilham. Sudah terbilang good looking, Ilham juga terkenal menjalani hidup dengan sangat prihatin, ulet dan cukup berprestasi. Hati Aisyah langsung tertawan karenanya.

“Aku sudah bersih kok, Mas. Meski dua tahun lalu, aku sempat kena kista, dan dokter bilang karena saat muda, aku sudah begitu, sampai aborsee dua kali juga.” Aisyah masih merengek, meminta jatah sekaligus haknya sebagai seorang istri di malam ini yang ibaratnya harusnya menjadi malam pertama mereka.

“Beneran enggak akan ada yang berubah karena memang tidak ada penipuan dalam hubungan kita. Mas yang mau, dan Mas yang selalu mempercepat proses hubungan kita, selain aku yang juga telanjur sayang Mas. Aku cinta banget ke Mas. Jadi, ... pas Romo sampai bilang, kita dikasih ruko kecil di sebelah kantin pondok buat langsung jadi rumah kita, biar kita bisa langsung hidup mandiri dengan berdagang di sana. Masya Alloh, aku bahagia banget, Mas!” lanjut Aisyah yang langsung tersipu. Senyum indah menghiasi wajahnya. Wajah yang masih dihiasi tato bunga mawar berhias nama sang mantan terindah. Meski kini, jejak masa lalu itu sangat ia sesali. Karena andai ada penghapusan tato pun, harganya mahal, selain ia yang sudah dilarang bertingkah oleh sang mamah, termasuk itu menghapus tato-tatonya karena selama menjadi bagian dari kehidupan Romo, Aisyah sudah terlalu banyak membuat kerusuhan. Karena bahkan, sekelas Ilham yang terkenal polos, ulet, gigih, sekaligus berprestasi, nyatanya juga memberi mereka masalah tak kalah mencengangkan dari ulah Aisyah.

“Ya Alloh, ... ruko kecil? Ruko kecil di sebelah kantin pesantren beneran kecil! Paling sekamar ini dan toiletnya pun enggak ada di dalam! Toiletnya bareng-bareng di tempat umum!” batin Ilham. Hancur sudah harapan apalagi impiannya. Apalagi seperti apa yang baru saja Aisyah katakan, memang tidak akan ada yang berubah. Sekarang, tinggal Ilham saja yang menjalaninya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***