Semua orang termasuk orang tua dan saudara saudara Ling, dalam hati berkata secara bersamaan.
'menggemaskan sekali.'
Keheningan pun terjadi dimeja makan itu, membuat Ling yang sebagian pusat perhatian menjadi bingung dengan keadaannya.
'K..kenapa mereka menatapku seperti itu? apakah aku salah berbicara?' Batin Ling. Ling cukup bingung dengan semua orang yang kini menatapnya, sebenarnya apa yang membuat mereka terus menatapnya.
Ayah Ling batuk pelan dan melanjutkan percakapan kepada Ling untuk memecahkan keheningan yang terjadi.
"Sejak kapan kau menjadi bertingkah menggemaskan, hahaha." Ayah Ling tertawa sambil menepuk-nepuk punggung anaknya itu cukup keras. Lalu sang ayah kemudian memajukan kepalanya mendekati pendengaran Ling.
"Ling, jangan seperti itu lagi, tingkahmu tadi itu dapat membuat orang-orang menjadi memusuhi mu, tapi yah hanya lelaki sih, yah pokoknya jangan gunakan ini kalau tidak mendesak." Shoto mengingatkan, sebab, kerupawanan memanglah bagus, namun layaknya pedang bermata dua, itu juga bisa menjadi malapetaka.
"Baiklah." Ling membalas perkataan sang ayah singkat sambil tersenyum.
Setelah beberapa menit kemudian, Ling dan ayahnya pun sudah siap, mereka kemudian berjalan keluar dari kediaman keluarga Gronth. Sesampainya didepan kediaman mereka, kini terlihat sebuah kereta kuda yang melambangkan sebuah palu yang besar, mereka sedang menunggu di depan pintu kediaman Gronth.
Saat baru saja turun dari anak tangga, Ling dan sang ayah di sambut oleh empat orang prajurit dengan peralatan yang cukup lengkap.
"Salam tuan Shoto, kami dari prajurit elite kerajaan datang untuk mengawal dan menemani keluarga Gronth." Ucap salah seorang dari mereka berempat sambil memberikan hormat lalu diikuti oleh ke tiga prajurit lainnya.
Shoto beberapa detik kemudian pun mengisyaratkan mereka untuk berdiri, setelah itu dirinya mempersilahkan anaknya itu masuk terlebih dahulu.
Ling pun masuk dengan santai kedalam kereta kuda yang terbilang bagus itu, sampai di dalam, Ling melihat sang kusir yang sudah bersiap untuk melakukan perjalanan.
Beberapa saat setelah Ling masuk, Shoto pun masuk kedalam kereta kuda itu dengan membawa sebuah koper yang cukup besar ditangannya.
Ling yang penasaran pun bertanya kepada ayahnya itu, "Ayah, untuk apa kau membawa koper?" Tanya Ling.
Shoto tidak langsung menjawab, dia menutup pintu kereta terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan anaknya.
"Tentu saja ini untuk dirimu tinggal di akedemi, dan yah, kau tau, sepertinya kau tidak akan bisa masuk Akedemi Lexington terlebih dahulu, karena mereka tidak memandang uang." Shoto menjelaskan. Dia dan sang istri sempat pergi setelah Ling kembali ke kamarnya.
Ling hanya membuat huruf o pada mulutnya, dia kemudian berpaling dan membuka jendela kereta di kanannya berniat melihat pemandangan, sebenarnya bukan hanya itu saja, dia juga ingin melihat sang pelayan nya yang kini mengikuti Ling dari belakang.
Saat Ling membuka jendela kereta, dia juga melihat dua kuda yang ditunggangi oleh prajurit elite sedang berjalan santai di sampingnya.
'Mereka semua adalah petarung tingkat emas, pantas saja mereka menjadi prajurit elite, dan juga, mereka semua sepertinya mempunyai class fighter.' Batin Ling sambil memandangi dua prajurit yang kini sedang berjalan disampingnya sambil mengobrol dengan rekannya.
Beberapa menit kemudian, Ling pun sampai disebuah Akedemi, sesampainya disana, mereka disambut oleh beberapa tetua dari Akedemi tersebut.
Ayah Ling turun lebih dulu, lalu diikuti oleh Ling. Ling dan ayahnya terlihat mempunyai karakteristik yang sama, hanya saja Ling sebagai anaknya lebih tampan dari pada orang tuanya itu.
"Selamat datang di Akedemi Feniks tuan Ling dan tuan Shoto." Sambut seorang pria tua yang mengenakan pakaian putih berpadu merah, dia juga membukukan tubuhnya sebentar lalu kembali ke posisi awal.
"Terima kasih atas sambutan tetua Leon, kalau begitu kenapa kita tidak langsung saja mulai ujiannya? aku sebenernya juga mempunyai banyak urusan." Sang ayah berkata pelan saat berkata banyak urusan.
Leon cukup mengerti sifat temannya itu, dan juga perlu diketahui bahwa Leon lah yang membujuk ketua Akedemi untuk menerima ling, namun ketua memberikan sebuah ujian masuk, jika dapat melakukan nya, maka Ling akan langsung menjadi murid dalam Akedemi.
"Baiklah, kalau begitu mari ikuti saya." Ajak Tetua Akedemi itu.
Ling dan ayahnya pun mengikuti dari belakang, tidak lupa sang pelayan pun juga mengikuti mereka. Tidak beberapa lama kemudian, Ling pun sampai disebuah tempat yang cukup luas, yah, tidak salah lagi, itu ada arena pertandingan. Namun berbeda dengan yang lainnya, lapangan arena ini hanya digunakan untuk latihan dan juga ujian.
Dilapangan itu juga terdapat satu anak lelaki sebaya dengan Ling dan juga seorang pria berjanggut hitam.
"Queen!" Teriak Leon dari bawah sambil melambaikan tangan.
Pria berjanggut hitam tersebut, atau yang biasanya dipanggil dengan sebutan Queen itu pun memalingkan wajahnya dan segera melihat teman sesama tetuanya itu.
"Ouh Leon, siapa anak tampan itu? dan juga pria gagah itu?" Tanya Queen sambil berjalan ke arah mereka. Queen tidak turun, dia hanya berjonggkok.
Perlu diketahui, lapangan arena ini tidak memiliki tangga, jadi seseorang harus memanjat nya untuk naik, atau bisa juga dengan cara mereka masing masing.
"Ah, perkenalkan, dia adalah Shoto, dia salah satu orang terpenting di keluarga Gronth. Dan juga anak tampan ini adalah anaknya, dia bernama Ling." Leon memperkenalkan Ling dan Shoto secara singkat menggantikan mereka.
"Ouh, ah maafkan saya yang tidak tau sosok penting. Ouh ya, perkenalkan, nama saya adalah Queen Lee, namun para tetua lainnya memanggil saya Queen, salam kenal." Ucap Queen memperkenalkan dirinya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Ayah Ling dan Queen pun bertukar sapa beberapa menit sebelum pada akhirnya ayah Ling pamit undur diri dan menitipkan anaknya itu.
"Kalau begitu, Ling, jaga dirimu baik baik, ayah akan kembali seminggu lagi." Ayah Ling pergi sambil melambaikan tangan, tidak lupa wajahnya terlihat tersenyum lebar.
"T..tapi aku belum tentu lulus ayah? bagaimana jika aku tidak lulus?" Tanya Ling dengan raut wajah khawatir. Namun itu hanyalah sebuah topeng, sebenarnya Ling sama sekali tidak khawatir, namun dia harus menjaga sikapnya agar lebih terlihat seperti Ling yang dulu.
Ayah Ling berhenti sejenak dan tertawa saat mendengar ucapan anaknya itu, dia lalu berhenti dan mengelap air mata yang keluar akibat tertawanya itu, "Ayah percaya kau akan berhasil, kalau begitu sampai jumpa di Minggu selanjutnya."
Perlahan, ayah Ling mulai menghilang dari pandangan semua orang. Bersamaan dengan itu, seorang anak lelaki seusia Ling memanggil namanya sambil mengulurkan tangannya.
"Ling, mari kubantu." Ucap anak laki laki tersebut.
Ling segera memalingkan wajahnya saat mendengar suara namanya di ucapkan, dia lalu tersenyum dan menggapai tangan dari laki laki tersebut, perlahan tubuh Ling tertarik ke atas arena.
"Huh." Anak sebaya Ling itu mengelap keringat di keningnya itu sebelum memperkenalkan dirinya.
"Perkenalkan, namaku Kaito Shin, orang biasanya memanggil ku Kai, atau kau juga boleh memanggilku Kaito." Kaito tersenyum sambil memajukan tangannya itu berniat bertukar salam.
"Baiklah, ah ya, perkenalkan, namaku adalah, Gronth Ling Chen." Balas Ling memperkenalkan dirinya.
"Salam kenal." Ucap keduanya secara bersamaan. Entah apa yang terjadi, tetapi kedua orang yang dipanggil tetua itu melihat sebuah aura yang cukup sama diantara mereka, entah kenapa itu bisa sama, namun sepertinya mereka dapat menyimpulkan bahwa Kaito adalah...
_ _ _
TO BE CONTINUE✓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 278 Episodes
Comments
abdillah musahwi
lah kok Queen⁉️/Slight//Shy/
2023-12-07
1
Muhammad Qurtubi
mungkin baca nya kuen
2023-09-07
0
shadow life
oke
2022-06-09
0