Bab 8

Paula tengah bersiap siap untuk pergi perjamuan. Setelah sarapan tadi, dia mengecek surat dan keuangan si ruangan kerjanya sebentar.

Gaunnya sedikit lebih glamor dari biasanya, riasannta juga sedikit mencolok. Dia meminta Leah untuk membuat riasan matanya terlihat tajam dan lipstiknya sedikit lebih terang. Dia membuang sisi polosnya. Pergi ke medan perang juga butuh persiapan, utamanya mentalnya.

Gery yang merekomendasikan semua undangan yang harus Dia hadiri juga tak pernah memberinya tipis untuk bertahan diri disana. Kali ini Dia memilih membawa Leah untuk menemaninya pergi berperang.

Setelah siap, dia pergi dengan kereta keluarga Grovan yang mencolok.

Paula tahu kalau imagenya di pergaulan kelas atas tak lebih seperti ****** yang menggoda Duke Delta yang tampan, muda dan kaya raya. Jadi sekalian saja dia ingin membuat imajinasi mereka menjadi kenyataan. Pelajaran ini di dapatkan Paula setelah pergi ke perjamuan Lady Cecil. Beruntungnya, menurut sumber Lady Cecil dan Putri Bella tidak dekat karena memperebutkan orang yang sama. Jadi Paula tidak akan menghadapi dua monster sekaligus.

Dia berangkat dengan hati baja, dia sudah membayangkan bagaimana dia akan dikucilkan disana atau mungkin saja akan ada orang yang menyiram air ke badannya abaikan itu secara eksplisit terlihat secara tidak sengaja atau malah disengaja di muka umum, untuk kategori pengiriman langsung sepertinya kecil kemungkinan karena mereka pasti tidak mau berurusan dengan Duke Delta.

Tapi atas kemungkinan yang dia pikirkan itu, Paula sudah menyiapkan gaun ganti sebanyak 3 gaun. Leah sampai bingung karena disuruh menyiapkan baju ganti sebanyak 3 biji. Tapi dia menurut saja dan tidak bertanya, untuk apa gaun tersebut digunakan.

Sampai di istana, sudah ada pelayan yang menuntunnya ke rumah kaca milik Kerajaan yang terkenal cantik dan tidak semua orang bisa masuk. Jujur Paula terkesan dan juga terpukau, itu adalah taman kaca yang cantik. Banyak bunga langka di tanam disana. Juga burung burung eksotis yang dipelihara dan di datangkan dari tempat asing. Untuk sejenak dia merasa tenang.

Sampai di tempat, semua orang langsung memandangnya dengan tatapan mencemooh. Paula menegakkan punggungnya dan berjalan dengan penuh percaya.

Beberapa orang mengibarkan kipasnya untuk berkunjung dengan kedatangan dirinya.

Tak seperti Lady Cecil yang memperlakukan Paula secara langsung, Putri Bella justru menempatkan tempat duduk sesuai jabatan keluarga, jadi Paula yang bergelar Duchess duduk di kursi depan.

Paula menggunakan gaun merah maroon yang cantik dan menunjukkan kecantikan dirinya.

'Disini juga tidak ada yang mau menyapaku.'

July, dayang Putri Bella akhirnya bisa bertemu dengan Duchess Paula. Nama yang setiap hari disebut oleh Putri Bella, lalu diikuti dengan kata j*l*ng, l*cur, sund*l, miskin, udik dan lain sebagainya. Semua umpatan buruk melabeli Paula. Sungguh gadis yang malang.

'Dia cantik dan tampak sengsara.' July bisa tahu bahwa Duchess tersebut sedang menutupi rasa takutnya dengan berdandan sedikit tebal. 'Dia sendiri merasa tidak nyaman dengan tatapan orang yang menatapnya dengan maka up tebal, kenapa dia melakukan itu?'

Lamunan July bubar, saat Putri mulai membuka acara. Putri Bella ingin bermain cantik terlebih dahulu, jadi Dia ingin menunjukkan kuasanya di pergaulan kelas atas dimana semua orang memihaknya. Dan tokoh antagonis disini berubah menjadi Paula.

Semua orang bersimpati dengan Putri Bella. Citranya di pergaulan kelas atas, murni dan baik hati. Topeng buruknya tertutup dengan baik. Dia jelas menjadi tokoh yang tersakiti dengan kehadiran Paula. Duke Delta yang telah lama disukai oleh Tuan Putri berakhir menikah dengan gadis miskin yang cantik dan tidak bisa memberikan kontribusi apa apa pada keluarga Duke. Menurut mereka, kalau Duke menikah dengan Tuan Putri kesayangan mereka, Duke bisa memperoleh status yang lebih tinggi dengan menjadi menantu keluarga Kerajaan. Putri juga cantik dan baik hati. Jadi mereka juga ikut sakit hati dengan pernikahan Paula dan Duke.

Paula sadar bahwa mereka semua tertawa cekikikan, tentu saja tokoh utama pembicaraan tersebut adalah dirinya.

"Duchess Grovan, pasti baru pertama kali datang di perjamuan istana."

"Benar, ini pasti pertama kalinya Duchess memasuki rumah kaca istana yang cantik kan."

Yah, semua yang dikatakan mereka benar, jadi Paula tersenyum dengan santai dan berkata, "Benar..."

Karena Paula terlihat sangat santai, mereka langsung merasa kesal. Paula di didik Ayahnya untuk selalu bersyukur dan rendah hati, jadi Dia tahu betul bagaimana menyikapi orang orang seperti mereka.

"Duchess pasti senang kan, biasanya hidup susah lalu tiba tiba saja bergelimangan harta."

Yang lain tampak cekikikan karena mendapatkan hiburan. Sayang Paula masih terlihat tidak terhina sama sekali. Karena yang dikatakan mereka adalah kebenaran, kecuali dengan kata senang. Paula justru merasa lebih senang saat hidup miskin dan bekerja untuk menyambung ekonomi keluarganya dari pada harus menjadi boneka Duke Muda yang kaya raya.