Hush Jangan Nangis!

"Apa? kenapa bibir dipleyotin kayak gitu? kenapaaa? hah?" Raksa naikin dagunya.

"Kenapa ngeliatin gue kayak gitu?! kalau aku nggak nolongin lo, yang ada lo ketabrak motor, ngerti nggak?!" Raksa marahin bocah yang ternyata temen satu kelas adiknya.

"Kenapa? mau nangis?" Raksa tetep dengan wajah marahnya

Sementara Kalin, matanya merah, lalu dengan deras dan lantang dia nangis "Huaaaaaaa, hiksss...."

"Diapain tuh adeknya?" beberapa pemotor cewek yang lewat ngeliatin Raksa yang berdiri di depan anak SMA yang nangis dengan sekenceng-kencengnya.

"Heh, gue nggak ngapa-ngapain woyy?!!!" Raksa mencoba menjelaskan pada pemotor tadi.

"Beraninya sama cewek?!! maluuu brooooo?!!" ada satu pemotor cowok yang neriakin dia.

"Huaaa, hikss... hikssss...." Kalin malah nangis kenceng, dia kesel banget sama Raksa yang teriak-teriak kayak orang kesurupan tepat di depan mukanya.

"Heh, diem! kalau kamu nangis kayak gitu yang ada orang-orang salah paham..." Raksa berkacak pinggang, sekali-kali dia nunjuk muka Kalin dengan jarinya.

"Huaaa, hikksss ... hiksss..." Kalin menutup mulutnya dengan punggung tangan. BAru kali ini dia melihat orang melotot dan marahin dia di tengah jalan. Padahal dia ini yang salah, lari ke jalan sambil meleng matanya.

Bukannya diem, Kalin malah nangis sesenggukan. Terpaksa Raksa membekap mulut gadis itu dan bawa dia agak kepinggir.

"Diem disini! gue mau ambil motor?!!" kata Raksa yang berlari menuju rumahnya dengan masih memakai kemeja yang pas di badan, beuh damage-nya uwow banget. Jaket yang dia pakai, cuma disampirin doang di motor, karena keburu ngejar Kalin.

Nggak lama Raksa datang dengan motornya, "Cepetan naik?!!" ucapnya pada Kalin.

Tapi Kalin diem aja, dia malah nyuekin.

"Astaga, susah banget kalau berurusan sama bocil!" gumam Raksa, dia gregetan.

"Nih, pakek?!!" Raksa nyodorin helm yang dia pegang, "Tadi Nova suruh gue nganter lo kemana?"

Dan seketika Kalin baru inget kalau dia mau ada les, dan ini hampir jam 5 sore, dan itu artinya dia harus pergi sekarang juga. Buru-buru Kalin mengusap air matanya, lalu dia nyamber helm yang dipegang Raksa.

Dia segera naik motor, ngebonceng di belakang, "Ke tempat les, sekarang! cepetan gue udah telat!" teriak Kalin.

"Lah kenapa dia jadi yang lebih galak? Nova ... Nova, punya temen kok ya kayak gini," gumam pria yang sekarang tancap gas menuju lokasi tempat les Kalin yang nggak jauh dari sana.

"Stoooppp?!! stoooppp?!" Kalin nepuk pundak Raksa yabg bikin Raksa ngerem.

Cyiiiiiittt!

"HEH? KALAU NYURUH JANGAN SEENAK UDEL TETANGGA LO?!!" Raksa nengok ke belakang, sambil buka kaca helm full face nya.

Kalin yang dibentak pun turun dari motor, "Nih, makasih?!" dia kasih helm ke tangan pria galak yang ternyata kakak dari sahabatnya.

Setelah ngasih helm, Kalin mlengos pergi. Tapi dengan secepat kilat tangan Raksa megang ubun-ubun Kalin, "Eeeeeeittt?!!!! main pergi aja?!!

Raksa ngeluarin duit 50 ribuan dan tempelin ke jidat Kalin, "Nih gue balikin! gue nggak sudi terima duit dari bocah ingusan yang masih nodong duit sama orangtua?!"

Raksa gantiin tangannya dengan tangan Kalin sendiri, buat neken tuh duit di jidat biar nggak kabur.

"Inget ya, jangan nongol di hadapan gue lagi!" Raksa nunjukin telunjuknya.

Raksa pergi dengan motornya sedangkan Kalin meniupkan udara dari mulutnya, "Aaarrrrghhh!!!" dia gejag-gejug tanah, saking keselnya.

"Tenang Kalin, tenang....!" Kalin mencoba menarik napas dan menghembuskannya. Dia merapikan penampilannya sebelum jalan menuju tempat les. Sengaja dia minta berhenti beberapa meter dari tempat yang dituju, takut kalau Reno liat dan berpikiran kalau dia selekong sama mas-mas nggak jelas.

"Untung ganteng, kalau nggak?! udah suram tuh masa depannya?!" kata Kalin mengumpat Raksa sambil kakinya terus berjalan.

Dan ketika Kalin sampai, kelas udah dimulai. Matanya memicing saat Reno duduk dengan cewek lain di sana. Kalin yang datengnya telat cuma nganggukin kepala sopan dan mencoba nggak bikin suara-suara nggak penting.

'Siapa sih tuh cewek? ck, berani banget duduk disamping Reno? apa dia nggak bisa milih tempat duduk yang lain?' batin Kalin kesel.

Selama les berlangsung jujur, Kalin yang emang pinter bisa nangkep meskipun matanya terus aja ngeliatin gerak-gerik Reno dari belakang.

'Dibukaaaa dong hapeeenyaaaaaa?!!!!' Kalin semakin gregetan.

Kalin merasa hari ini merupakan hari tersial dalam hidupnya.

Nggak jauh beda dengan Raksa yang pulang dengan muka kusut.

"Bang? temenku tadi udah abang anterin kan?" Nova pegangin perutnya yang melilit.

"Udah!" Raksa dengan muka asemnya.

"Udanya biasa aja kali, nggak usah pakai ngurat gitu!"

"Perut lo kenapa sih? konslet?! mending periksa sono, udah pucet tuh?!" Raksa masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Nova yang masih bolak-balik kamar mandi.

Pria itu membuka kancing kemeja di tangannya dan menggulung sampai siku sebelum akhirnya dia rebahan di kasur.

"Astagaaa, ngimpi apa gue semalem?! apes bener hari ini!" Raksa mijit kepalanya.

Seketika bayangan wajah Kalin ketika meledeknya muncul begitu saja, "Aaaaiiishhhh! bocah nakal itu, hhhh hhhh?!"

Raksa bangun dan duduk dengan kaki yang menjuntai ke lantai, "Ya ampun, itu kenapa---"

"Kenapa Nova bisa punya temen yang modelan kayak gitu?!" Raksa frustasi sendiri.

Dia yang duduk kini berdiri, "Pokoknya gue harus ngasih tau Nova kalau dia nggak boleh temenan lagi sama bocah yang namanya Kalin. Gue yakin tuh anak bisa kasih pengaruh buruk sama adek gue," Raksa dengan langkah pasti berjalan keluar.