JS 4 : Aku Ada Dimana, Bu

Lendri dan kedua orangtuanya sudah menemui Mayra dan juga dua korban lainnya. Mereka juga berbicara singkat dengan keluarga yang bertabrakan dengan Aldo dan Mayra. Mereka sama-sama merasakan kesedihan atas musibah kecelakaan ini. Sedangkan untuk menemui Aldo, mereka belum diizinkan untuk menemui secara langsung.

Dokter yang sebelumnya sudah berbicara dengan bulek Tiyas tadi terlihat akan menghampiri mereka lagi. Langkah kakinya semakin mendekat.

"Untuk keluarga pasien Aldo." ujar dokter itu.

Pak Sandi, bu Sani, dan Lendri langsung mengangkat tangan sembari mengatakan, "Ya, Dokter"

"Mari ikut ke ruangan saya." ujar dokter itu.

Ketiganya berjalan mengikuti langkah dokter tersebut. Pak Sandi dan bu Sani langsung duduk di kursi setelah dipersilahkan oleh dokternya. Sementara Lendri berdiri di belakang kedua orangtuanya.

"Begini, Pak, Bu ... pasien Aldo mengalami pendarahan di kepala yang tidak biasa. Pasien harus mendapatkan penanganan di rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap, sedangkan di klinik ini sangat jauh dari kata lengkap. Untuk itu, kami akan keluarkan surat rujukan ke rumah sakit Greyya Hospital yang ada di kota X." terang dokter tersebut.

"Untuk berangkat kesana, silakan dipersiapkan siapa dari pihak keluarga yang akan ikut mendampingi. Dari sini akan dibawa menggunakan ambulance." imbuh dokter.

"Baik, Dokter, saya yang akan mendampingi putra saya." jawab pak Sandi yakin.

"Baik, Pak, kalau begitu silakan siap-siap ya, keberangkatan sudah dipersiapkan karena melihat kondisi pasien yang harus segera mendapatkan penanganan.'' balas dokter tersebut.

"Baik, Dok, terima kasih." ucap pak Sandi.

"Permisi."

Pak Sandi dan keluarganya langsung cepat-cepat keluar dari ruangan dokter. Mereka kembali menemui bulek Tiyas yang masih berada disana.

"Benar Aldo harus di rujuk, Bulek. Ayah sama aku yang akan ikut kesana naik ambulance." ujar Lendri yang akhirnya memutuskan untuk ikut bersama ayahnya.

"Baiklah kalau begitu." jawab bulek Tiyas.

Pak Sandi dan Lendri sudah bersiap-siap, motor mereka sudah dititipkan ke klinik tersebut agar aman selama ditinggal ke kota X. Mereka sudah di mintai tanda tangan dan sebagainya yang diperlukan untuk rujukan itu.

Beberapa saat kemudian, persiapan mengenai rujukan itu sudah selesai. Ambulance pun sudah siap membawa pasien.

"Do'akan semuanya lancar ya, Bu, Bulek." ujar Lendri berpamitan.

"Iya, Len, do'a Ibu selalu ada untuk kalian." jawab bu Sani.

"Kamu sama ayahmu jangan sampai telat makan, kalian harus sehat." timpal bulek Tiyas.

"Baik, Bulek." jawab Lendri.

Ambulance pun akhirnya sudah meninggalkan klinik tersebut. Aldo belum juga sadarkan diri. Bu Sani menatap mobil ambulance itu dengan perasaan dan pikiran yang hancur.

"San, aku juga mau ke kota X, In syaa Allah nanti aku bisa jenguk Aldo. Do'akan saja semoga Allah memberikan kesembuhan untuk anakmu. Dikuatkan lagi hatimu ya, ada Mayra disini yang nggak pengin lihat kamu sedih terus menerus." ujar bulek Tiyas.

"Ujian ini memang berat, tapi, kamu pasti sanggup menghadapi karena kalian orang-orang pilihan." tutur bulek Tiyas panjang lebar.

Bu Sani menyeka air matanya yang masih saja lolos, padahal ia sudah berusaha menahannya agar tidak menetes.

"Terima kasih Mbakyu, tak do'akan sampean lancar perjalanannya. Terima kasih banyak sudah menolong anak-anakku tadi." ucap bu Sani yang masih terharu.

"Sama-sama, San ... ya sudah aku tak berangkat dulu." pamit bulek Tiyas.

''Assalamu'alaikum.'' ucap bulek Tiyas sebelum meninggalkan klinik tersebut.

''Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.'' jawab bu Sani.

Bulek Tiyas langsung melangkah dengan sedikit buru-buru setelah menerima jawaban salamnya.

''Mimpi apa aku tadi malam? kok ya jelek banget ... mimpi Aldo menikah, ada kembar mayang yang bagus-bagus, di mimpi itu, rumahku juga sangat ramai, keluarga dan tetangga pada kumpul.'' bathin bu Sani sembari melangkahkan kakinya menemui Mayra lagi.

Bu Sani kembali ke ruangan putrinya, Mayra. Ia mendekati ranjang, ia usap kening putrinya itu, lalu menciumnya. Lagi-lagi air mata wanita itu mengalir.

''Ya Allah anakku.'' lirih bu Sani.

''Oalah Nduk, cah ayu, anak gadis Ibu satu-satunya. Cepat sehat to, Nduk, cepat bangun.''

Mayra sempat membuka mata, tetapi ia terpejam lagi setelah menerima pengaruh obat bius di dalam tubuhnya.

Menunggu putrinya yang belum membuka mata, pikirannya terus berputar memikirkan putra sulungnya yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit besar. Bu Sani mencoba menghubungi adiknya yang akan di datangi oleh Aldo dan Mayra tadi pagi.

Suara dering itu tak lama kemudian muncul angka tanda sudah di jawab.

''Halo, assalamu'alaikum.'' ucap bu Sani.

''Wa'alaikumussalam, Mbak San.'' balas adiknya itu.

''Oh ya, Mbak, Aldo sama Mayra jadi kesini apa nggak?'' tanya adik bu Sani.

Bu Sani yang berusaha menahan tangisnya pun lagi-lagi tidak berhasil. Suara tangisnya sampai terdengar pada sambungan telepon itu.

''Lho, Mbak? ada apa kok sampean tiba-tiba nangis?'' tanya adiknya itu khawatir.

Bu Sani mencoba menarik nafas dalam-dalam agar lebih tenang dan bisa menjelaskan pada adiknya itu.

''Tadi pagi Aldo sama Mayra sudah jalan ke rumahmu, Rim. Tapi, pas di perjalanan mereka kecelakaan, tabrakan sama motor juga.''

Bu Sani menarik nafas lagi.

''Mayra di rawat di klinik yang paling dekat sama rumah. Sedangkan Aldo harus di rujuk ke kota karena darah di kepalanya bagian belakang terus ngalir, di sini tidak ada persediaan kantong darah, kondisinya kritis, Rim, Aldo belum sadar-sadar juga. Ayahnya sama Lendri yang ikut ke sana, aku di sini jaga Mayra.''

Setelah berusaha untuk menceritakan kejadian hari ini pada sang adik, bu Sani kembali menangis. Adiknya yang di sana pun juga shock mendengar kabar tidak mengenakkan ini.

''Innalillahi.. yang sabar ya Mbak, aku mau siap-siap ke sana kalau gitu. Nanti aku kabari yang lain dulu, siapa tau ada yang mau ikut, mumpung anak-anak juga masih libur.'' ujar adik bu Sani yang juga sudah mengeluarkan air mata sejak sang kakak menceritakan kondisi Aldo dan Mayra.

''Iya Rim, terima kasih ya.'' ucap bu Sani.

Sambungan telepon itu sudah berakhir setelah saling mengucapkan salam. Bu Sani lanjut menghubungi beberapa saudara lain yang rumahnya tidak terlalu jauh dari rumahnya, hanya tetangga desa.

Begitu mendapatkan kabar dari bu Sani, mereka semua langsung shock. Yang sedang di kebun pun langsung pulang ke rumah masing-masing setelah mendapatkan kabar tidak mengenakkan ini. Mereka tentu saja bersedih dan mengatakan akan datang. Karena kabar itu mendadak, banyak hal yang harus dipersiapkan oleh mereka.

''Buu.'' panggil Mayra lirih.

Mayra membuka matanya secara perlahan, ditatapnya sang ibu tengah menelpon saudaranya sambil menyeka air mata. Setelah dilihatnya selesai, ia baru berani untuk memanggil ibunya.

Kondisi badan Mayra masih lemas, bahkan suaranya juga terdengar lemah.

Mendengar panggilan dari anaknya, bu Sani langsung kembali ke sisi ranjang. Sebelumnya ia sedikit menjauh karena tidak ingin mengganggu.

''Ya Allah, Alhamdulillah anak gadis Ibu sudah sadar.'' ucap bu Sani yang langsung mencium kening Mayra.

''Alhamdulillah kamu sudah sadar.'' ucap bu Sani lagi.

Mayra tersenyum tipis sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan itu. Ia teringat kejadian tadi pagi. Tiba-tiba air matanya jatuh membasahi kedua pipinya.

''Sekarang aku ada di mana, Bu? tadi aku cuma mimpi 'kan, Bu? kak Aldo nggak kenapa-kenapa 'kan, Bu?'' tanya Mayra sembari menangis.

Melihat putrinya menangis, bu Sani pun tak kuasa untuk menahan air matanya.

Episodes
1 JS 1 : Tabrakan
2 JS 2 : Tutup Toko
3 JS 3 : Mimpi Apa Tadi Malam
4 JS 4 : Aku Ada Dimana, Bu
5 JS 5 : Semua Gara-gara Aku
6 JS 6 : Kembali ke Rumah
7 JS 7 : Semakin Kritis
8 JS 8 : Kita Hadapi Bersama, Yah
9 JS 9 : Seperti Keluarga Sendiri
10 JS 10 : Meninggal Dunia
11 JS 11 : Ikhlas Itu Sulit
12 JS 12 : Menikah Sama Bidadari di Surga
13 JS 13 : Iman Kita Sedang Diuji
14 JS 14 : Setua Itukah Aku?
15 JS 15 : Mayra Sayang Sama Kak Lend
16 Part 16 : Saya Meleleh, Pak
17 JS 17 : Grand Opening
18 JS 18 : Kenapa Kamu Menghilang
19 JS 19 : Mamaku Yang Limited Edition
20 JS 20 : Apakah Kita Akan Menikah?
21 JS 21 : Aku Tunggu di Taman
22 JS 22 : Drama Ikan Melayang
23 JS 23 : Ingat Pesan Fathur
24 JS 24 : Keburu Ganti Presiden
25 JS 25 : Sultan Yang Kesasar
26 JS 26 : Takut Kena Karma
27 JS 27 : Kamu Jangan Khawatir
28 JS 28 : Resmi Menjadi Pacar
29 JS 29 : Menjadikan Aku Sebagai Tujuanmu
30 JS 30 : Mama Pengin Nimang Cucu
31 JS 31 : Pengin Nikah Muda
32 JS 32 : Gadis Yang Unik
33 JS 33 : Milik Mayra
34 JS 34 : LDR
35 JS 35 : Kakek Tika Meninggal Dunia
36 JS 36 : Tamu Aji Mumpung
37 JS 37 : Ada Apa Ini?
38 JS 38 : Menjodohkan Sadra Dengan Mayra
39 Part 39 : Kenapa Harus Aku?
40 JS 40 : Menerima Perjodohan
41 JS 41 : Mengingatkan Almarhum Kakaknya
42 JS 42 : Tergantung Seperti Kalong
43 JS 43 : Aku Bukan Pria Pengekang
44 JS 44 : Jangan Mudah Percaya Janji
45 JS 45 : Riska Bicara Tentang Mbak May
46 JS 46 : Sebagai Pengikat Kecil
47 JS 47 : Hanyalah Penantian Yang Sia-sia
48 JS 48 : Mantan Bocah Ingusan
49 JS 49 : Benar-benar Cantik Sekali
50 JS 50 : Aku Menerimamu
51 JS 51 : Takut Tidur Sendirian
52 JS 52 : Kamu Bikin Malu Ayah
53 JS 53 : Mas Mulai Mencintaimu
54 JS 54 : Bahkan Aku Memiliki Keduanya
55 JS 55 : Witing Tresno Jalaran Soko Kulino
56 JS 56 : Cuma Kita Berdua
57 INFO KUIS-KUISAN CIMAI
58 JS 58 : Calon Bidadari
59 JS 59 : Dibawa Santai Aja
60 JS 60 : Nggak Gentle
61 JS 61 : Aku Telah Mengkhianatimu
62 JS 62 : Satu Lawan Satu
63 JS 63 : Aku Ingin Bicara Penting
64 JS 64 : Bukan Jodoh Sebenarnya
65 JS 65 : Tetap Berteman Selamanya
66 JS 66 : Menjadi Istri Mas Sadra
Episodes

Updated 66 Episodes

1
JS 1 : Tabrakan
2
JS 2 : Tutup Toko
3
JS 3 : Mimpi Apa Tadi Malam
4
JS 4 : Aku Ada Dimana, Bu
5
JS 5 : Semua Gara-gara Aku
6
JS 6 : Kembali ke Rumah
7
JS 7 : Semakin Kritis
8
JS 8 : Kita Hadapi Bersama, Yah
9
JS 9 : Seperti Keluarga Sendiri
10
JS 10 : Meninggal Dunia
11
JS 11 : Ikhlas Itu Sulit
12
JS 12 : Menikah Sama Bidadari di Surga
13
JS 13 : Iman Kita Sedang Diuji
14
JS 14 : Setua Itukah Aku?
15
JS 15 : Mayra Sayang Sama Kak Lend
16
Part 16 : Saya Meleleh, Pak
17
JS 17 : Grand Opening
18
JS 18 : Kenapa Kamu Menghilang
19
JS 19 : Mamaku Yang Limited Edition
20
JS 20 : Apakah Kita Akan Menikah?
21
JS 21 : Aku Tunggu di Taman
22
JS 22 : Drama Ikan Melayang
23
JS 23 : Ingat Pesan Fathur
24
JS 24 : Keburu Ganti Presiden
25
JS 25 : Sultan Yang Kesasar
26
JS 26 : Takut Kena Karma
27
JS 27 : Kamu Jangan Khawatir
28
JS 28 : Resmi Menjadi Pacar
29
JS 29 : Menjadikan Aku Sebagai Tujuanmu
30
JS 30 : Mama Pengin Nimang Cucu
31
JS 31 : Pengin Nikah Muda
32
JS 32 : Gadis Yang Unik
33
JS 33 : Milik Mayra
34
JS 34 : LDR
35
JS 35 : Kakek Tika Meninggal Dunia
36
JS 36 : Tamu Aji Mumpung
37
JS 37 : Ada Apa Ini?
38
JS 38 : Menjodohkan Sadra Dengan Mayra
39
Part 39 : Kenapa Harus Aku?
40
JS 40 : Menerima Perjodohan
41
JS 41 : Mengingatkan Almarhum Kakaknya
42
JS 42 : Tergantung Seperti Kalong
43
JS 43 : Aku Bukan Pria Pengekang
44
JS 44 : Jangan Mudah Percaya Janji
45
JS 45 : Riska Bicara Tentang Mbak May
46
JS 46 : Sebagai Pengikat Kecil
47
JS 47 : Hanyalah Penantian Yang Sia-sia
48
JS 48 : Mantan Bocah Ingusan
49
JS 49 : Benar-benar Cantik Sekali
50
JS 50 : Aku Menerimamu
51
JS 51 : Takut Tidur Sendirian
52
JS 52 : Kamu Bikin Malu Ayah
53
JS 53 : Mas Mulai Mencintaimu
54
JS 54 : Bahkan Aku Memiliki Keduanya
55
JS 55 : Witing Tresno Jalaran Soko Kulino
56
JS 56 : Cuma Kita Berdua
57
INFO KUIS-KUISAN CIMAI
58
JS 58 : Calon Bidadari
59
JS 59 : Dibawa Santai Aja
60
JS 60 : Nggak Gentle
61
JS 61 : Aku Telah Mengkhianatimu
62
JS 62 : Satu Lawan Satu
63
JS 63 : Aku Ingin Bicara Penting
64
JS 64 : Bukan Jodoh Sebenarnya
65
JS 65 : Tetap Berteman Selamanya
66
JS 66 : Menjadi Istri Mas Sadra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!