Bulek Tiyas langsung mengambil ponselnya, '' Tak telpon dulu si Lendri.'' ujarnya sembari mencari nomor Lendri.
Suara tanda telpon tersambung sudah terdengar, tak lama kemudian sudah dijawab oleh pemilik nomor.
''Halo, assalamu'alaikum Len, kamu dimana? cepat ke klinik Nayla ya, sekarang! mamas dan adikmu tadi kecelakaan, tabrakan sama motor juga, semuanya sudah dibawa kesini!'' ujar bulek Tiyas dengan cepat. Bahkan jawaban salam dari Lendri pun belum sampai selesai sudah di potong.
Lendri merupakan kakak kedua Mayra.
''Innalillahi ... Bulek, ya Bulek, terima kasih informasinya.'' jawab Lendri tidak ingin banyak tanya.
Bulek Tiyas pun sudah memutuskan sambungan telepon dan sampai lupa mengucapkan salam.
Pria yang masih berusia 22 tahun langsung lari ke dalam rumah untuk mencari keberadaan ibunya. Tadinya ia sedang mencuci sepeda motornya, namun, karena mendapat kabar yang mengejutkan itu, ia sudah tidak peduli mengenai kebersihan motornya.
''Buu! Ibu! Buu!!'' seru Lendri memanggil bu Sani, ia celingukan mencari ibunya di dapur, tapi, tidak ada.
''Di belakang, Len! lagi jemur baju!'' jawab bu Sani nggak kalah seru.
Lendri langsung berlarian ke belakang rumah, ia membuang nafasnya berkali-kali dengan cepat, ia juga tidak sadar dengan air matanya yang sudah menetes.
Ibu yang mendengar suara langkah lari Lendri langsung mengernyit heran. Wanita itu langsung menghentikan aktivitas menjemurnya, dan mendekati Lendri dengan tatapan penuh tanya.
''Ada apa to, Len? ada apa kamu ini kok lari-lari?'' tanya bu Sani semakin dibuat heran oleh putranya itu. Ia pun juga terbawa khawatir melihat putranya menangis sembari mengusap dadanya yang masih terasa shock.
''Bu, ayo sekarang kita susul ayah.'' ujar Lendri tanpa menjawab penasaran ibunya.
''Kamu ini, jawab dulu ada apa sebenarnya?'' paksa ibu.
''Tadi bulek Tiyas telpon aku, Bu, katanya mas Aldo sama May kecelakaan tabrakan, Bu. Sekarang mereka sudah di klinik Nayla.'' terang Lendri.
''Mungkin kebetulan pas bulek Tiyas mau keluar, jadinya beliau yang menolong.'' imbuhnya dengan cepat.
''Hah! ya Allah anak-anakku!'' seru bu Sani yang langsung terduduk lemas. Sesaat kemudian wanita itu kembali berdiri meskipun masih terlihat lemas.
''Se-sebentar, Ibu ganti baju dulu Len, tidak mungkin Ibu kesana pakai baju pendek.'' ujar bu Sani langsung jalan cepat ke dalam kamarnya.
Sembari menunggu ibunya siap-siap, Lendri pun juga siap-siap dengan jurus langkah seribu, terutama memasukkan keranjang pakaian ibunya yang pakaian-pakaiannya belum sempat dijemur.
Sama halnya dengan Lendri, ibu juga menggunakan jurus langkah seribu. Bu Sani mengenakan gamis yang kebetulan masih ada di gantungan dan jilbab instan. Tak lupa membawa dompet andalannya.
Setelah keduanya sama-sama siap, Lendri langsung melajukan motornya dengan kecepatan cukup tinggi menuju toko sembako ayahnya. Tak pakai lama, mereka pun tiba, sudah terlihat beberapa pembeli ditokonya.
''Pelan-pelan Bu turunnya.'' tegur Lendri saat melihat ibunya turun dari boncengan dengan terburu-buru dan ujung gamisnya hampir nyangkut. Tapi, karena saking buru-burunya, bu Sani tidak menghiraukan teguran dari anaknya. Untung saja hanya hampir nyangkut.
Bu Sani tersenyum pada para pengunjung toko, tapi, langkahnya langsung buru-buru menghampiri suaminya yang berada di dalam.
''Yah, Yah, tutup tokonya sekarang!'' ujar bu Sani. Tak lama kemudian, Lendri menyusul masuk dengan langkah cepat. Mungkin orang-orang yang sedang memilih belanjaannya pun bertanya-tanya mengenai sikap ibu dan anak itu.
''Kalian kenapa? ada apa to Bu kok datang tiba-tiba langsung nyuruh tokonya ditutup? masih ada yang belanja itu lhoo.'' balas pak Sandi.
''Ada apa to Bu? Len?'' tanya pak Sandi lagi.
''Yah, mas Aldo sama May tabrakan tadi, sekarang sudah dibawa ke klinik Nayla sama bulek Tiyas. Tadi beliau yang nelpon aku.'' jelas Lendri dengan cepat.
Pak Sandi langsung terkejut, raut wajah pria itu langsung panik. ''Bagaimana ini?''
''Ibu-ibu, Bapak-bapak yang masih belanja, mohon maaf untuk hari ini belanjanya bisa di toko lain dulu ya, kami baru mendapatkan kabar kalau mas saya dan adik saya kecelakaan. Jadi, kami akan menutup toko untuk sementara waktu.'' tutur Lendri dengan volume suara yang bisa terdengar oleh semuanya.
''Innalillahi.''
''Ya Allah, dimana itu?''
Mereka pun saling bertanya-tanya.
''Untuk yang sudah terlanjur belanja dan tidak ada belanjaan tambahan lagi, bisa langsung saya hitung sekarang. Untuk yang belum, mohon maaf sekali lagi, kami benar-benar buru-buru.'' ucap Lendri mewakili ayahnya.
''Ohh, ya-ya, tidak apa-apa.'' jawab mereka mengerti.
Pak Sandi, bu Sani, dan Lendri pun langsung bekerjasama untuk melayani para pembeli.
Setelah semuanya selesai, mereka pun turut mendo'akan yang terbaik untuk anak-anak pemilik toko tersebut.
''Semoga tidak ada yang parah ya, Pak.'' ucap salah satu dari mereka mewakili.
''Aamiin.'' jawab pak Sandi, bu Sani, dan Lendri secara bersamaan.
''Terima kasih semuanya atas do'a yang dipanjatkan untuk anak-anak kami, semoga do'a-do'a kalian semua diijabah oleh Allah.'' sambung pak Sandi dengan sorot matanya yang berubah sayu.
''Aamiin.'' jawab mereka.
Mereka pun langsung meninggalkan toko tersebut. Setelah tidak ada pembeli lagi, Lendri dan pak Sandi langsung menutup rolling door.
Cepat-cepat Lendri menyempatkan untuk mengambil beberapa cemilan dan juga minuman untuk bekal nanti selama disana.
''Jangan lupa dikunci, Yah.'' seru bu Sani yang sudah berdiri di samping motor.
''Ini lagi ngunci, Bu.'' jawab pak Sandi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments